webnovel

Pernikahan Pahit

Ketika pernikahan tidak bahagia, apakah orang ketiga menjadi solusinya? Laura menerima lamaran dari Christian, sebab merasa berhutang budi pada laki-laki yang sudah menyelamatkan nyawa ayahnya itu Namun satu tahun berlalu, pernikahan indah yang diimpikan Laura hancur karena penghianatan yang dilakukan olehnya sendiri. Laura berselingkuh dengan Aldi penyanyi yang bekerja di kafe yang diberikan Christian untuknya. Tapi penghianatan Laura bukanlah tanpa sebab. Karena selama satu tahun menikah, Christian tak pernah memperlakukannya seperti seorang istri pada umumnya.

Rita_sw10 · Urban
Not enough ratings
27 Chs

Tak Terduga

"Ayo Al, kita pulang!" seru Grace pada Aldi yang masih menunggu jawaban dari Laura. Tapi wanita itu tetap tak menjawab pertanyaannya, akhirnya ia memilih untuk pergi dan pulang bersama Grace kembali ke rumahnya.

"Terima kasih untuk waktunya, sudah mau menerima kami untuk makan bersama di sini," ucap Grace sambil pamit sebelum akhirnya mereka benar-benar meninggalkan rumah Christian. Laura hanya memandangi punggung Aldi dengan penuh tanda tanya.

"Kenapa dia menannyakan hal itu padaku?" batin Laura.

"Kamu mau berangkat ke kafe?" tanya Christian membuyarkan lamunan Laura.

"Ah iya, sebentar lagi," jawab Laura. Dia lalu pergi menuju kamar untuk bersiap pergi ke kafe. Sampai di sana ia bertemu kembali dengan Aldi, padahal jam kerja lelaki itu hanya di malam hari tapi dia selalu datang setiap pagi seperti yang lainnya. Terkadang dia akan sedikit membantu pekerjaan Chintia dan Hyunsik, jika tidak dia akan duduk seharian dengan memainkan gitarnya. Mungkin hanya perasaan Laura atau tidak Aldi sepertinya tidak ingin berada lama-lama di rumahnya, jadi ia memilih untuk datang ke kafe setiap pagi dan pulang tengah malam.

***

Laura sedang membuat sebuah pesanan kopi saat tidak sengaja tangannya terkena air panas dari kopi itu.

"Auwhhh!!!!" rintih Laura sambil membungkus tangan kanannya menggunakan celemek yang ia pakai. Sungguh banyak yang dipikirkannya mulai dari sikap Christian yang belum berubah padanya dan juga sikap Aldi yang sepertinya menyimpan sesuatu yang membuat Laura penasaran.

"Kamu tidak apa-apa noona?" tanya Hyunsik yang lalu menghampiri Laura yang terlihat tidak baik-baik saja.

"Sepertinya noona harus ke rumah sakit," tambahnya.

"Iya Ra, mau aku temani?" kata Chintia ikut khawatir.

"Gak usah, biar aku sendiri saja. Kalian lebih baik tetap di sini karena banyak pelanggan menunggu. Akan sangat merepotkan jika hanya satu orang yang berjaga," jawab Laura.

"Biar aku yang menemani," ucap Aldi yang tiba-tiba datang.

"Oh iya benar, lebih baik kamu pergi bersama dengan Aldi. Aku akan menghubungi suamimu nanti," kata Chintiaa sebelum akhirnya Laura mau pergi dengan Aldi.

"Tolong cepat sedikit pak," ucap Aldi pada sopir taksi. Dia terus memegangi tangan Laura yang terbungkus kain. Dia khawatir karena luka bakar pada tangannya memang lumayan parah. Sedangkan Laura hanya diam memandangi wajah lelaki yang ada di sebelahnya itu. Dia terlihat begitu cemas, sesuatu yang tidak pernah ia rasakan dari suaminya. Yaitu rasa perhatian.

Aldi menunggu di luar kamar sembari Laura mendapat penanganan medis. Hingga beberapa saat kemudian dokter keluar dan sudah mengizinkan Aldi untuk masuk. Di sana ia melihat tangan Laura yang sedang digips. Itu menandakan memang luka bakarnya cukup serius.

"Aku tidak apa-apa. Beberapa minggu lagi juga sembuh," kata Laura saat ia menagkap kecemasan pada wajah Aldi. Ia lalu melirik cincin pernikahan yang berada di atas nakas. Tadi dokter meminta izin untuk melepasnya saat akan memasang gips pada tangannya. Laura lalu mengambil cincin itu.

"Maaf, bisa tolong bantu aku melepas ini?" tanya Laura sambil mencoba membuka kaitan pada kalung yang ia pakai.

"Oh, iya tunggu," jawab Aldi. Laura lalu menarik rambut panjangnya ke depan agar Aldi tidak kesulitan melepas kalung itu. Seperti ada aliran listrik yang mengalir saat tangan Aldi tidak sengaja menyentuh lehernya. Tapi anehnya hal itu membuat Laura merasa nyaman dan menginginkan sentuhan itu lagi. Setelah Aldi berhasil melepasnya, Laura lalu menaruh cincin pernikahannya pada kalung tersebut agar tidak hilang.

"Bisa tolong bantu aku lagi," pinta Laura untuk memasangkan kalung itu kembali pada lehernya. Sungguh sesuatu yang hampir membuat pertahanan Aldi runtuh saat ia melihat leher jenjang Laura. Ia sangat menginginkan wanita itu tidak peduli lagi dengan suaminya.

"Kenapa? Kenapa harus kamu?" gumam Aldi.

"Kenapa apanya?" tanya Laura tidak mengerti. Dia lalu memutar tubuhnya dan memandang Aldi yang berdiri di depannya. Hingga pada akhirnya tangan Aldi menangkup wajah Laura dan ia mencium bibirnya saat itu juga.

Laura sempat blank dengan perlakuan tiba-tiba dari Aldi. Awalnya dia mengira jika lelaki yang di depannya itu adalah Christian karena itu Laura diam saja. Tapi beberapa detik kemudian ia tersadar dan mencoba melepaskan diri dari Aldi.

"Apa yang kamu lakukan?!" seru Laura saat ia berhasil melepas tangan Aldi yang menahan wajahnya. Tanpa menunggu jawaban dari lelaki itu Laura langsung turun dari brankar dan pergi meninggalkan kamar. Ia berlari menuju toilet, membasuh wajahnya yang sudah memerah.

"Kenapa dia melakukan hal ini?" gumam Laura. Dia memandang pantulan wajahnya pada cermin. Tidak menyangka jika akan mendapatkan perlakuan seperti ini dari Aldi.

Setelah menenangkan diri cukup lama, ia berniat kembali ke kamar untuk menanyakan maksud Aldi melakukan hal ini padanya. Tapi saat dia membuka pintu ia tidak melihat lelaki itu di sana. Dia hanya menemukan sebuah kertas dan serangkai bunga yang tergeletak di atas brankarnya. Dia lalu mengambil bunga itu.

"Kapan dia membelinya?" tanya Laura pada dirinya sendiri. Ia lalu membuka kertas itu dan terdapat tulisan Aldi di sana.

"Maaf atas perlakuan gak sopanku. Aku menyukaimu, dan itu sudah lama. Kamu gak berhak melarangku karena ini perasaanku. Untuk hal tadi tolong lupakan saja, biar aku yang akan mengingatnya selama hidupku. Yang perlu kamu tahu aku gak akan berhenti menyukaimu. Aku hanya akan menahannya seperti selama ini. Oh iya, Aku sudah memesankan taksi untukmu di depan, jadi cepatlah pulang, kalau gak ongkosnya akan mahal karena argonya terus berjalan."

_Aldi_

Laura menyunggingkan senyumnya membaca kalimat terakhir dari Laura.

"Tunggu, kenapa aku tersenyum. Seharusnya aku marah padanya,"

***

"Kamu sudah kembali Ra?" tanya Chintia seraya menghampiri temannya. Dia melihat tangan Laura yang terbalut gips.

"Kenapa gak pulang ke rumah saja?" tambahnya.

"Kemana orang itu?" tanya Laura.

"Orang? Siapa yang kamu maksud?" tanya Chintia tidak mengerti.

"Aldi, kemana dia?"

"Dia... Tadi ada. Mana ya? Aku juga gak tahu," jawab Chintia.

Hyunsik ikut menghampiri Laura dan Chintia setelah keluar dari toilet.

"Noona sudah kembali?" tanya Hyunsik.

"Iya. Apa kamu tahu di mana Aldi?" tanya Laura kembali.

"Aldi? Tadi aku melihatnya di dalam toilet. Memangnya ada apa?" jawab Hyunsik.

Tanpa menunggu lebih lama Laura berjalan menuju toilet pria yang ada di ujung kafe. Dia membuka pintu seakan tidak peduli jika itu adalah toilet pria. Beberapa lelaki di sana terkejut melihat kedatangan Laura.

"Hei, ini toilet pria. Kamu salah masuk!" ucap salah seorang lelaki di sana, lalu segera keluar karena terganggu dengan kedatangan Laura. Tapi Laura sepertinya tidak peduli, apalagi saat dia menemukan Aldi yang berada di pojok toilet. Lelaki itu juga tampak terkejut dengan kedatangan Laura ke tempat itu.

"Ini toilet pria. Apa yang mau kamu lakukan?" tanya Aldi. Dia sedikit waspada jika Laura akan murka dengannya apalagi jika sampai memecatnya.

Aldi menelan salivanya saat Laura berjalan mendekatinya.