webnovel

Pernikahan Pahit

Ketika pernikahan tidak bahagia, apakah orang ketiga menjadi solusinya? Laura menerima lamaran dari Christian, sebab merasa berhutang budi pada laki-laki yang sudah menyelamatkan nyawa ayahnya itu Namun satu tahun berlalu, pernikahan indah yang diimpikan Laura hancur karena penghianatan yang dilakukan olehnya sendiri. Laura berselingkuh dengan Aldi penyanyi yang bekerja di kafe yang diberikan Christian untuknya. Tapi penghianatan Laura bukanlah tanpa sebab. Karena selama satu tahun menikah, Christian tak pernah memperlakukannya seperti seorang istri pada umumnya.

Rita_sw10 · Urban
Not enough ratings
27 Chs

Gara-gara Payung

Pagi-pagi sekali sudah terdengar suara keributan di sebuah rumah.

Namanya Pak Lukman.

Dia adalah seorang pria paruh baya yang sehari-hari bekerja sebagai tukang proyek bangunan.

Pagi itu dia sudah sangat kesal dengan anak lelakinya.

Tapi anak itu bukan benar-benar anaknya.

Anak itu adalah anak dari hasil hubungan gelap istrinya dengan pria lain.

Saat mereka akan kabur bertiga, mobil mereka mengalami kecelakaan.

Istri dan selingkuhannya meninggal di tempat.

Sedangkan anak yang dulu baru berumur 10 bulan itu masih hidup.

Mau tidak mau Pak Lukman yang mengasuh anak itu hingga sekarang.

Meskipun setiap melihat anak itu, Pak Lukman selalu teringat dengan istrinya yang saat itu berselingkuh dengan pria lain.

Namun Pak Lukman masih mempunyai sedikit hati nurani untuk mau mengasuh anak itu.

Berharap saat ia dewasa bisa ikut membantu perekonomian keluarganya.

Dan saat itu anak perempuannya juga langsung menyukai anak lelaki itu dan sangat senang menganggapnya sebagai adik kandung.

"Sampai kapan kamu mau tidur seharian?!!" teriak Pak Lukman pada Aldi anak lelakinya dan menendang punggungnya.

Aldi meringis kesakitan saat ayahnya memperlakukannya seperti itu.

Meskipun ini bukan kali pertama baginya.

Ayahnya sudah sering memukulinya bahkan untuk hal yang sepele.

Selama ini Aldi mengira jika memang seperti itu sifat ayahnya.

Namun suatu hari Pak Lukman tidak sengaja mengatakan jika Aldi adalah seorang anak haram.

Dari situ ia tahu cerita yang sesungguhnya, hingga ia berakhir menjadi anak seorang pria yang tidak berperikemanusiaan seperti pak Lukman.

Waktu Aldi dihabiskan setiap harinya untuk mengumpat pada kedua orang tuanya.

Kenapa saat mereka meninggal, Aldi tidak ikut meninggal saja dengan mereka.

Dengan begitu ia tidak harus merasakan siksaan dari ayah tirinya itu.

Luka di beberapa sisi wajah yang ia dapatkan kemarin belum benar-benar kering, sekarang ia harus mendapatkan luka baru lagi.

Berkali-kali ia berniat ingin pergi dari rumah itu.

Namun selalu luluh hatinya oleh kakaknya yang selama ini selalu baik padanya.

Kakaknya bilang dia harus bertahan.

Tapi tahu apa kakaknya tentang kelakuan ayahnya selama ini.

Dia selalu berangkat bekerja pagi buta dan pulang larut malam.

"Jangan lemah jadi lelaki! Cepat cari pekerjaan yang menghasilkan banyak uang. Kamu gak kasihan dengan kakakmu yang selama ini banting tulang untuk menghidupi pengangguran sepertimu?! Jika saja bukan karena kakakmu, sudah ku usir kamu dari dulu!" seru Pak Lukman lalu membanting pintu.

Aldi perlahan bangkit dari lantai saat ia terjatuh tadi.

Dia lalu menghidupkan komputernya untuk melihat beberapa lowongan yang mungkin saja cocok dengannya.

Sulit sekali mendapatkan pekerjaan yang bagus, karena Aldi tidak lulus SMA.

Dengan perlakuan ayahnya selama ini dia tumbuh menjadi anak yang pembangkang dan nakal.

Karena itu dia dikeluarkan dari sekolahnya.

Selama ini dia bukan hanya diam saja di rumah.

Namun dia beberapa kali mengisi acara sebagai penyanyi jika ada event tertentu.

Hanya itu keahlian yang ia miliki, yaitu bernyanyi.

Namun ayahnya tidak pernah puas dengan uang yang dihasilkan Aldi dari hasil menyanyi yang tidak menentu.

Karena itu terkadang Aldi menyanyi di jalanan atau dari rumah ke rumah.

Setelah berseluncur di beberapa situs lowongan pekerjaan beberapa lama.

Mata Aldi tertuju pada sebuah lowongan untuk penyanyi di sebuah kafe yang belum lama buka.

Dia lalu mengirimkan email pada kafe itu, dan mereka langsung membalas agar ia datang nanti jam 10 pagi.

Ini kesempatan bagus bagi Aldi untuk membuktikan jika dirinya berguna dan tidak hanya menjadi beban di keluarga itu.

Dia lalu keluar dari kamarnya, dan melihat rumah sudah sepi.

Itu berarti ayahnya sudah berangkat bekerja dan kakaknya sudah pasti berangkat saat ia masih tidur.

Aldi membuka tudung saji di meja makan, dan tidak menemukan apapun di sana.

Saat ia membuka kulkas juga hanya ada air putih di sana.

Dia menghela napasnya.

"Bukankah sudah biasa seperti ini?" gumamnya.

Pagi itu hanya terlihat bekas piring kotor yang berantakan di wastafel.

Akhirnya Aldi mengambil air putih di kulkas dan meneguknya.

Hanya itu sarapan yang masuk ke perutnya.

Dia lalu mencuci piring bekas sarapan ayahnya tadi pagi.

Setelah itu ia menuju kamar mandi untuk bersiap-siap menuju kafe yang ia lamar.

Pukul 09.48 WIB Aldi turun dari bus umum.

Dia menggunakan sisa-sisa uang recehnya agar sampai di kafe itu.

Berharap takdirnya akan berubah setelah bekerja di sana.

Dia lalu melangkah untuk masuk ke sana.

Saat itu Aldi hanya menggunakan dalaman kaos hitam dengan kemeja maroon di bagian luarnya.

Serta celana jeans hitam dan gitar sebagai teman mainnya selama ini yang selalu tersemat di punggungnya.

Hujan deras tidak menyurutkan niatnya untuk mencoba melamar pekerjaan tersebut.

Ia datang tepat waktu menggunakan payung yang kemarin dia dapatkan dari wanita yang tidak di kenalnya.

"Namaku Aldi. Aku mau bertemu dengan Bu Laura," ucap Aldi saat Chintia menghampirinya.

Chintia lalu menyuruh Aldi duduk di salah satu kursi di sana.

Saat itu kafe belum ramai karena belum masuk waktu makan siang.

Setelah itu Chintia menuju ruangan Laura.

"Ada yang mencarimu Ra, namanya Aldi," ucap Chintia saat kepalanya menyembul dari balik pintu.

"Oh, iya minta dia tunggu sebentar. Aku akan keluar," kata Laura lalu membereskan pekerjaannya.

Laura lalu keluar dan berjalan menuju tempat Aldi.

Saat itu Aldi tidak menyadari kehadiran Laura karena sibuk memperhatikan interior kafe yang membuatnya kagum.

Dia berpikir mungkin ia bisa mendapatkan gaji yang tinggi di sana.

Laura duduk di depan Aldi, lalu tidak lama datang Hyunsik yang berniat meletakkan dua minuman di meja itu.

"Oh, ini kan payungku," ucap Hyunsik saat ia tidak sengaja melihat payung yang tadi di pakai Aldo saat ia turun dari bus.

Di sana tertulis inisial nama pemiliknya menggunakan huruf hangul, karena itu Hyunsik langsung mengenalinya.

Laura dan Aldi lalu melirik payung berwarna kuning itu.

Mereka saling berpandangan satu sama lain.

Aldi menelisik wajah wanita di depannya itu yang tidak asing baginya.

Begitupun Laura, ia lalu menutupi wajahnya dengan kertas yang ia bawa karena sudah teringat dengan kejadian memalukan yang ia alami kemarin.

Dia tidak menyangka jika akan bertemu lagi dengan lelaki itu.

Padahal Laura ingin melupakan hal itu agar tidak terus-terusan di selimuti perasaan malu.

"Ini payung yang aku pinjamkan kepada noona kemarin bukan?" tanya Hyunsik.

"Ah, bu bukan. Lain," jawab Laura menyangkalnya.

"Iya kok, ini ada namaku di sini,"

Hyunsik memgambil payung itu dan menunjuk tulisan hangul di sana.

"Ah, kenapa harus ada tulisan itu sih. Mana aku tahu tulisan itu berarti namanya," batin Laura.

Ia masih berusaha menutupi wajahnya dari lelaki itu.

Namun Aldi mengambil kertas yang di pegang Laura untuk memastikan wanita itu adalah wanita yang menolongnya dari kejaran ayahnya kemarin.

"Kamu celana berdarah itu kan?"