15 Mulai Bekerja

Diva tersenyum senang, hari ini hari pertamanya bekerja di rumah sakit. Diva sudah siap tinggal satu pekerjannya membangunkan suaminya.

"Bangun!" Diva menggoyangkan lengan Kenzo membangunkannya, namun pria itu nampak sangat-sangat kebo.

Kenzo menggeliat pelan mengucek matanya yang terasa berat untuk terbuka. Matanya memicing saat melihat Diva yang sudah rapi.

"Mau kemana?" tanyanya serak, khas suara orang bangun tidur.

"Kerja, sayang!" Diva mengecup singkat dahi Kenzo membuat lelaki itu membeku, jantungnya berdegub lebih kencang.

Terlebih dengan jarak mereka yang sedekat ini, kedua tangan Diva menangkup wajahnya mengusap pipinya pelan.

"Kamu mandi sekarang, entar kamu telat!" Diva terus berbicara panjang lebar, membuat Kenzo tersenyum tipis.

Fokusnya hanya pada bibir tipis itu, bibir ranum Diva yang sangat menggoda imannya. Perlahan tapi pasti, Kenzo mendekatkan bibirnya dengan bibir Diva.

"Morning kiss, baby!" ucapnya lalu berlalu masuk ke dalam kamar mandi.

Diva tersenyum malu, menepuk pipinya yang terasa panas saat ini. Pagi-pagi Kenzo sudah menyerangnya dengan ciuman memabukkan itu.

"Dasar!" kekehnya.

Diva segera menyiapkan keperluan Kenzo sebelum dia turun untuk menunggu di ruang makan.

Diva mengambil ponselnya, untuk menghubungi temannya yang waktu itu pulang bersama dengannya, Jessica.

"Hallo, Diva. Bagaimana kabarmu? ah sudah lama kau tak menghubungiku!" ucap Jessica beruntun.

Diva tertawa kecil mendengarnya, dia tidak sabar ingin bertemu Jessica. Jika mereka satu pekerjaan pastinya mereka akan sering bertemu.

"Diva, aku ada kabar baik untukmu. Apa kau sudah ada kerjaan?" tanyanya.

"Oh, sudah. Aku bekerja di klinik kecil di desa, membantu tanteku. By the way, kabar bahagia apa yang kau maksud?"

"Seperti janjiku hari itu, kalau kita akan menjalankan rumah sakit bersama-sama. Jess, aku udah punya rumah sakit sendiri, kita bisa menjalankannya bersama-sama, kau mau?" ucap Diva girang.

"DIVA KAU SERIUS?" teriak Jessica girang, kabar ini yang sudah dari lama dia tunggu.

"IYA. Sekarang bersiaplah, kita akan mulai bekerja di rumah sakit baru itu. Maaf aku memberi kabar secara mendadak, lokasinya nanti aku share lock!"

"Oke-oke, sebelumnya makasih banyak ya, Div. Aku akan segera bersiap-siap, kau tenang saja!"

"Iya, Jess. Aku tunggu kau di sana, oke! sampai jumpa Jessica."

Diva segera menutup telponnya setelah dia mendengar langkah kaki mendekat ke arah meja makan.

"Telpon sama siapa?" tanya Kenzo. Penampilannya masih sangat berantakan, bajunya belum rapi, dasinya pun hanya terselampir.

"Jessica, temanku waktu belajar di luar negeri. Aku mengajaknya untuk ikut menjalankan rumah sakit papa, tidak apa bukan?" tanya Diva, dia memang lancang mengajak temannya tanpa bertanya kepada Kenzo terlebih dahulu.

"Gak apa, lagian rumah sakit itu udah papa berikan untuk kamu, sayang. Ya terserah kamu mau ajak siapa aja buat bantu kelola, rumah sakit itu udah sepenuhnya milik kamu. Milik Dr. Diva Alexander!"

Diva tersenyum malu mendengarnya, Kenzo menambahkan marga keluarganya pada namanya.

"Sudahlah ayo makan, nanti aku ke rumah sakit naik taksi saja ya!" Kenzo melotot dengan tegas dia menggeleng.

"Aku antar, aku jemput, nggak ada sejarahnya istri Tn. Kenzo Xavier Alexander naik taksi ataupun angkutan umum!"

Diva menggeleng pelan, mulai sombongnya keluar. "Tapi arah rumah sakit sama kantor kamu kan beda? emang kamu nggak telat kalau harus ngater aku duluan?"

"Kalaupun aku telat nggak akan ada yang marahi! itu kantor punya aku. Aku bosnya, bebas mau masuk kapan aja!"

"Hm, udah ah ayo makan." Diva memberikan piring yang sudah penuh dengan nasi beserta lauk pauknya.

"Kebanyakan sayang! kebiasaan banget sih kamu ambilin makan banyak-banyak buat aku. Kamu mau perut aku jadi buncit!"

"Emang kenapa kalau perut kamu buncit, aku nggak masalah yang penting kamu sehat wal afiat!"

Diva mendekatkan duduknya dengan Kenzo mengambil sendok lalu menyuapi makanan pada Kenzo.

"Aaa, ayo aku suapin pasti habis!" Kenzo dengan semangat membuka mulutnya, membuat Diva yang melihatnya bergeleng pelan.

"Manja banget sih!"

Kenzo mengambil sendok dan ganti menyuapi Diva, membuat meraka berdua saling suap menyuap dalam satu piring.

"Habis kan!" ucap Diva bahagia, Kenzo ikut tersenyum mengacak rambut istrinya pelan.

"Ayo kita berangkat, kamu inget persyaratan yang aku beri semalam kan?"

Diva mengangguk malas, persyaratan yang sangat banyak.

"Persyaratan yang harus kamu patuhi kalau kamu mau kerja!"

"1. Gak boleh deket-deket sama laki-laki, baik dokter, ob, tukang kebun, pasien sekalipun!"

"Mas, gak bisa gitu dong. Kalau aku dapat pasien cowok gimana masa nggak aku tolong!" bantah Diva.

"No! patuhi apa yang aku perintahkan, kalau ada pasien cowok biarin aja dokter lain yang tangani!"

"Mas!"

"Nggak tetep nggak, atau kamu mau surat izin kamu aku cabut!" Diva menggeleng cepat.

Diva mengambil tangan Kenzo dia kecup punggung tangannya dengan senyum paksa lantaran masih kesal dengan persyaratannya.

"Senyum, sayang!" Diva menampilkan deretan gigi rapinya membuat Kenzo gemas, dia mencubit pelan hidung Diva.

"Nanti aku jemput, kamu jangan pulang dulu! love you." Kenzo mengecup singkat dahi istrinya di akhiri kecupan pada bibir.

"Iya, aku masuk dulu. Kamu hati-hati di jalan, nggak usah ngebut bawa mobilnya!"

Diva mengusap pipi suaminya sayang, sebelum dia benar-benar turun dari dalam mobil.

Setelah Diva masuk barulah Kenzo melajukan mobilnya meninggalkan tempat, semua orang di sana menyambut Diva dengan senang hati.

"Selamat datang Dr. Diva!" ucap merek kompak sembari sedikit menundukkan kepala.

"Makasih semua, semoga kita semua bisa bekerja sama dengan baik! dan kalau pun saya nantinya ada salah kalian jangan sungkan untuk menegur!" ucap Diva tak kalah ramah.

"Baik dokter!" Mereka semua mulai membubarkan diri masing-masing, sedangkan Diva tengah di antar oleh asisten papa mertuanya.

"Nona, ini ruangan Anda." Diva tersenyum senang melihat ruangannya yang sangat indah.

"Terimakasih!" ucapnya, Diva segera masuk untuk segera melakukan pekerjaannya.

****

K

enzo terus tersenyum menatap wajah fokus istrinya dari layar laptopnya. Ya, dia sengaja memasang cctv di ruangan Diva karena dia ingin selalu mengawasi istrinya ingin selalu melihat aktivitasnya.

"Bucin banget lo, Ken!" kekeh Moreo, dia meletakkan tumpukan berkas cukup banyak pada meja Kenzo.

"Itu semua berkas-berkas yang harus lo tanda tangani, semua udah gue periksa lo tinggal tanda tangan aja!"

"Hm."

Mendengar jawaban singkat Kenzo membuat Moreo menatapnya kesal, dia turut melihat ke arah laptop Kenzo yang tengah menampilkan Diva saat ini.

"Terlalu posesif lo, kalau Diva tau apa dia gak bakal marah sama lo?" tanya Moreo.

"Gue gak tau, gue lakuin semua ini demi dia. Gue cuma mau jagain istri gue aja! sana keluar lo, enak aja lihatin wajah bini gue!"

"Terlalu bucin juga gak baik, Ken. Bisa gila lo nanti!" kekeh Morel sebelum dia pergi meninggalkan ruangan Kenzo.

avataravatar
Next chapter