18 Malam Yang Indah

Kenzo terkekeh pelan, mengacak rambut istrinya gemas. Diva makan dengan mata yang terpejam.

"Ayo minum!" Kenzo membantunya, setelah selesai Kenzo membiarkan Diva tertidur di sana sedangkan dirinya ganti yang membersihkan meja makan.

Setelah selesai Kenzo ganti mengendong Diva ke kamar. Mengalungkan kedua tangan gadis itu pada lehernya.

Kenzo lebih memilih menggendong tubuh istrinya di depan. "Berat, makan kamu banyak ya!" Diva memukul kesal dada suaminya.

Nyatanya gadis itu masih mendengar ejekan yang Kenzo berikan. "Turunin aja aku, lagian siapa suruh kamu gendong aku!" cetusnya.

"Dih ngambek!" Kenzo mengecup singkat bibirnya setelah sampai di kamar Kenzo membaringkan tubuh Diva pada ranjang.

Lalu dia akan pergi namun terhalang oleh tangan Diva yang menahan lengannya. "Mau kemana?" tanyanya.p

"Ruang kerja, pekerjaanku belum selesai tadi. Kamu tidur dulu aja!" Kenzo mengecup singkat dahi istrinya sebelum pergi.

"Ikut!" Diva langsung namplok di punggung Kenzo untung Kenzo dapat menahannya jika tidak bisa dipastikan mereka akan terjatuh.

"Manja banget sih, hm?" Kenzo terkekeh pelan, lagi dia menggendong Diva menuju ruang kerjanya.

Saat Kenzo akan mendudukkan tubuh Diva pada sofa gadis itu kembali merengek.

"Nggak mau, aku duduk sama kamu aja.  Pangku kamu!"  Kenzo mengangguk mengiyakan keinginan istrinya.

Dia duduk di ruang kerja dengan Diva yang duduk di pangkuannya. Gadis itu kembali tidur menyandarkan kepalanya pada leher Kenzo.

Hal itu sangat tidak baik untuknya, karena nafas Diva yang menerpa ceruk lehernya. "Sayang, jangan gitu!" ucap Kenzo menahan.

"Apa sih? aku ngantuk!" kesalnya.

Kenzo menangkup wajah Diva mencium bibir gadis itu, membuat mata Diva membola, namun dia tetap menikmatinya.

"Balas!" ucap Kenzo serak.

"A-aku gak bisa!" Diva berucap lirih dengan wajah merah.

"Aku ajarin!" Kenzo kembali mencium bibir istrinya, memberikan rangsangan kecil agar Diva ikut membalasnya.

Tangan Diva mencengkram baju Kenzo lantaran ciuman yang semakin ganas. Tangan Kenzo pun sudah tak terkondisikan.

Ciuman bibir itu turun ke leher Diva, mengecup basah di sana. Menyesapnya memberi tanda kepemilikan di sana.

"Ashh!"

Diva menjambak rambut suaminya, akal sehatnya sudah terpengaruhi oleh nafsu sehingga dia tak sama sekali menahan keinginan suaminya.

"Kau yang membangunkan adik kecilku sayang!" ucap Kenzo.

Tangannya dengan cepat mulai membuka kancing baju Diva. Namun terhenti saat tangan Diva menahannya.

"Kenapa sayang?" ucap Kenzo menahan, jangan sampai gagal lagi!

"Jangan di sini, di kamar aja ya!" ucap Diva sembari mengalungkan tangannya pada leher Kenzo.

Kenzo tersenyum senang, Diva sudah memberikan lampu hijau kepadanya. Sepertinya malam ini akan menjadi malam yang indah untuk mereka berdua.

Kenzo merebahkan tubuh Diva pada ranjang, sedangkan dirinya ada di atas tubuh Diva menindih tubuh kecil istrinya.

Kenzo mengecup seluruh inci wajah istrinya mulai dari dahi, pipi, sampai bibir ranum itu.

Tak hanya bibirnya yang bekerja, tangannya pun ikut dengan gerakan cepat dia meloloskan baju Diva, membuat gadis itu merasa malu.

Refleks Diva menutupnya dengan kedua tangan. "Kenapa sayang?" kekeh Kenzo.

"Malu ih!" Kenzo mendaratkan kecupan basah pada bibir Diva membuatnya hanyut dan melupakan rasa malu itu.

Cetak

Satu-satunya penutup tubuh Diva terlepas sudah. Kenzo mengecupnya singkat membuat Diva mendesah pelan.

Malu rasanya jika dia mendengar suara aneh itu, Diva menjambak rambut Kenzo kala pria itu mulai bermain di area dadanya.

Kenzo menyusuri seluruh inci tubuh istrinya sampai di titik paling sensitif sekali pun. "Sayang kalau sakit cakar aku aja ya!" Ujarnya sembari mengecup dahi Diva.

"I-iya, pelan-pelan aja!" ucapnya takut, jika mendengar ucapan dari orang-orang yang katanya jika awal rasanya sangat sakit.

"Argh---" Kenzo membungkam bibir Diva dengan bibirnya, mendiamkannya terlebih dahulu.

"Hiks, sakit! udahan aja." Diva terisak, intinya terasa sakit, terasa robek saat benda tumpul itu memaksa masuk.

"Sttt, nanti juga enak kok. Udah jangan nangis, maafin aku!" Kenzo mengusap air mata istrinya mengecup kedua mata Diva.

Mulai mengerakkan tubuhnya setelah dirasa Diva tak lagi merasakan sakit. Dan malam indah itu berlangsung cukup lama untuk mereka berdua.

Saling memadu kasih cinta mereka dan berharap akan segera hadir buah cinta mereka yang sangat mereka nantikan.

"Makasih sayang!" Kenzo mengecup singkat bahu Diva menarik selimut untuk menutupi tubuh polos istrinya.

Memeluknya erat, sedangkan Diva sudah tertidur pulas lantaran lelah melayani nafsu suaminya yang amatlah besar.

****

Sinar matahari yang menembus jendela kamar mereka tak membuat kedua pasutri yang baru memadu kasih itu terbangun.

Mereka terlalu lelah setelah kegiatan panjang semalam, saling memeluk erat dan memberikan kasih sayang yang berlimpah.

Namun Kenzo lebih dulu terbang setelah mendengar alarm yang sudah ke berapa kalinya berbunyi.

Dia segera mematikannya, tak ingin membuat istrinya terbangun.

"Udah jam sembilan aja?"

Kenzo tersenyum menatap wajah polos Diva yang tengah memeluk tubuhnya erat, mengingat kejadian semalam membuat Kenzo terkekeh pelan.

"Ganas juga!"

Diva menggeliat merasa terganggu dengan Kenzo yang terus mengecupi wajahnya.

"Eunghh!" Diva membuka pelan matanya yang terasa berat untuk terbuka.

"Morning, baby!" Kenzo mengecup bibir Diva singkat.

"Too." Diva kembali memeluk tubuh Kenzo rasanya sangat malas untuk beranjak, intinya masih terasa sakit.

"Jam berapa?" tanya dengan mata masih terpejam.

"Jam sembilan."

"APA! KOK KAMU GAK BANGUNIN AKU SIH!" Diva melotot galak, dia hampir lupa jika saat ini dirinya sudah mulai bekerja.

Diva buru-buru bangkit dan hal itu membuatnya meringis sakit. "Kan, kamu sih di bilangin ngeyel."

Kenzo kembali membaringkan tubuh istrinya mengusap pipinya pelan. "Hari ini kamu nggak usah kerja dulu, itu kamu kan masih sakit. Aku juga udah izin ke Dr. Famela kok!" ujar Kenzo.

Diva bernafas lega mendengarnya meskipun dia sedikit tak enak lantaran baru kemarin bekerja.

"Udah kamu tidur aja, nanti makanannya biar bibi uang antar!" Kenzo bangkit membuat Diva menatap ke arahnya.

"Terus kamu mau kemana?"

"Kerja sayang, pagi ini aku ada rapat penting!" Diva cemberut mendengarnya, itu artinya dia akan di tinggal di rumah sendiri.

"Mas, tolong ambilin baju di lemari!" mintanya, Kenzo tersenyum mesum.

"Buat apa? aku lebih suka kamu telanjang!" Diva melotot siap-siap melempar bantal ke arah suaminya.

Kamar mereka saat ini seperti kapal pecah karena pertempuran semalam, Diva memilih kembali tidur karena tubuhnya sendiri masih terasa lemas.

"Sayang!" Kenzo mengusap-usap pipi istrinya pelan yang dijawab gumaman saja olehnya.

"Aku berangkat kerja dulu!" Diva kembali bergumam membuat Kenzo gemas.

Dikecupnya seluruh wajah istrinya dan terakhir bibir. "Jangan lupa makan, istirahat yang cukup buat persiapan nanti malam!" kekehnya.

______

Maaf kalau rada gak jelas, haha

avataravatar
Next chapter