1 Maria Scott, Si Singa Betina

"Laporan diakhir bulan ini rasio Price Book Value harus semakin besar. Para pemodal tidak boleh merasa dana yang ditaman diperusahaan ini akan menjadi sia-sia. Dan satu lagi! Perusahaan semakin menunjukkan nilai tinggi karena faktor internal kita menunjukkan angka maksimal, fluktuasi nilai valas dan keadaan pasar modal juga maksimalnya tingkat bunga. Yang kalian tahu, itu semua adalah bagian dari faktor eksternal. Pastikan nilai- nilai ini tidak akan pernah menurun!"

"Tapi Nona, jika terjadi krisis ekonomi mau tidak mau nilai perusahaan akan tetap menurun dari sisi pendukung eksternal."

"Krisis ekonomi? Apa kau mau itu terjadi?!!"

"Ti-tidak Nona. Aku hanya memikirkan jika itu terjadi."

"Kenyataan akan berjalan sesuai dengan pemikiran-mu. Jika kau memikirkan hal buruk, maka hal itu yang akan datang padamu, juga sebaliknya. Tinggal kau pilih saja mana yang seharusnya akan kau pikirkan. Aku pastikan, krisis ekonomi tidak akan pernah terjadi. Kau pikir naiknya nilai perusahaan tidak berpengaruh pada ekonomi negara?"

Suasana lengang dan senyap. Semua karyawan hanya diam juga saling menatap. Mereka tak lagi mampu menyangkal apa yang telah dilontarkan oleh big boss mereka.

"Hal terpenting bagi perusahaan adalah nilai. Semakin tinggi nilai, perusahaan ini akan semakin di perhitungkan. Apa hal ini harus saya JELASKAN?

Singa betina, begitu julukannya. Para stuff sering kali mengandaikannya seperti hewan yang tergolong sipekerja keras itu. Bagaimana tidak, sikap yang ditunjukkan olehnya memang bisa dibilang sama dengan karakter singa betina yang selalu bekerja keras dalam memburu targetnya. Dan dipastikan mangsa yang sudah ditargetkan olehnya tidak akan meleset.

Owner sekaligus CEO perusahaan MEIA Group yang bergelut dibidang property dan real estate, Maria Scott..

Seorang CEO yang tak kenal kata kalah. Tander yang kerap kali dimenangkan olehnya bukanlah diisi oleh kempetitor main-main. Perusahaan raksasa Goldman B'Group adalah salah satu dari pesaingnya.

"Aku mau laporan sudah masuk empat hari sebelum akhir tanggal dibulan ini."

"Siap Nona." Jawab para karyawan serentak.

"Cukup untuk hari ini."

Para karyawan masih duduk dengan rapi dikursi masing-masing. Tak ada yang berani untuk berdiri dari kursi dan keluar dari meeting room sebelum Maria berdiri dan meninggalkan ruangan. Mereka sangat menghormati Maria sebagai atasan. Walau terkadang tak sanggup dengan kerja gila yang harus mencapai target sesuai dengan kehendaknya.

Bagi mereka nilai perusahaan yang naik-turun adalah hal yang wajar karena setiap perusahaan akan mengalami hal yang sama. Tapi tidak bagi CEO mereka, tak ada kata gagal dan penurunan. Setidaknya, jika nilai tidak naik maka nilai harus tetap stabil.

Walau pemikiran CEO out of the box mereka tetap menjalankan dengan aturannya. Karena pembuktian dari pemikirannya bukanlah hanya hal omong kosong. Perusahaan ini menjadi bukti besarnya. Ia merintisnya dengan kerja keras meski ia terlahir sebagai anak sulung keluarga Scott.

Ya, siapa yang tidak mengenal keluarga konglomerat tersebut. Diego Scott, ayah CEO mereka adalah Owner sekaligus CEO perusahaan raksasa Scott L'Group yang bergerak dibidang funiture, perusahaan yang memang sudah mendunia secara turun-temurun. Bahkan pemerintahan berada dibawahnya.

Jika ia ingin, perusahaan Scott akan secara bulat jatuh dibawah kepemimpinannya. Yang diyakini oleh para karyawannya itu adalah impian seluruh anak yang ada didunia ini.

Tapi tidak untuk Maria. Dia lebih memilih merintis perusahaan ini dari nol tanpa bayang-bayang nama besar keluarganya. Karena prinsipnya, seseorang yang berlindung dibalik nama besar popularitas keluarga adalah seorang pengecut yang tak berani keluar dari zona nyaman.

Sungguh, pemikiran yang sangat berani. Pemikiran itu bukanlah hanya sekedar stuck didalam pikiran. Tapi ia menunjukkan dengan actionnya.

Dan terbukti bahwa MEIA Group, perusahaan yang dirintisnya menempati posisi sepuluh besar ditahun kesepuluhnya.

Bukan hal yang mudah bisa berada dipuncak piramida berbisnis. Banyak hal yang dilewatinya. Atas prinsip dan kerja kerasnya dia bisa membawa perusahaannya diposisi yang sekarang ini.

Walau para karyawan terkadang kelagapan dengan pola pikirnya, namun, rasa salut dan kagum juga besar terhadapnya. Mungkin bisa dibilang dari seribu manusia yang ada dimuka bumi ini, hanya satu yang seperti boss mereka.

"Bawa dokumen ini keruanganku," ucap Maria pada seorang wanita yang berdiri disampingnya.

Maria memundurkan Kursi yang terlihat lebih besar dari kursi-kursi lain yang berada diruangan itu. Ruangan besar dengan segala fasilitas berkelas dengan tatanan yang rapi.

Beberapa Ilustrasi gambar dengan simbol-simbol pekerja keras juga terdapat diruangan itu. Ruangan dengan konsep monokrom ini terlihat benar-benar meningkatkan produktivitas.

Geraknya menunjukkan bahwa dia akan segera beranjak dari duduknya dan meninggalkan ruangan. Benar saja, hentakkan high heels yang khas mulai terdengar. Hentakkan yang biasanya membuat para karyawan berhamburan kembali ke meja kerja masing-masing jika mereka saling bertandang kemeja satu dan lainnya sekedar untuk melepaskan penat.

Maria tidak melarang mereka untuk beristirahat jika itu memang waktunya, tetapi jika belum waktunya dia akan menegur langsung secara to the point dengan kata-kata yang tidak ingin didengar oleh siapapun.

Disiplin juga salah satu prinsip hidup Maria. Prinsip-prinsip yang ada didirinya memang tak bisa terbantahkan.

"Nona ada tamu yang menunggu."

Sambut seorang wanita yang sudah menunggu Maria didepan pintu meeting room. Ialah Laurent, sekretaris pribadi Maria yang sedikit lebih tua darinya.

"Sudah ada janji?"

"Belum Nona."

"Lantas?" Tanya Maria sambil melanjutkan ltaangkahnya yang pasti dan sigap, tentu saja diikuti oleh sekretaris yang berada dibelakang bahu kanannya.

"Beliau memaksa untuk bertemu. Katanya ada hal penting yang harus disampaikannya sendiri."

Maria menghentikan langkahnya, "apa ada yang lebih penting dari waktu ku?" Pertanyaan Maria membuat Laurent menelan ludah.

Ia seolah menjadi posisi yang serba salah. Seharusnya tidak seperti ini, Laurent biasanya dengan tegas menolak tamu yang ingin bertemu dengan Maria sebelum membuat janji dengannya. Tapi, kali ini kenapa seolah ini berat untuknya.

Ia juga memiliki karakter yang tegas, disiplin dan bertanggung jawab. Kriteria yang memang dibutuhkan oleh Maria untuk menjadi orang kepercayaannya. Karena bukan hal yang mudah bisa menempati posisi Laurent saat ini.

"Apa agendaku setelah ini?" tanya Maria tanpa perduli wajah bingung Laurent.

"Mengunjungi lahan pembangunan residental property di Sektor Timur, non."

Maria selalu terjun langsung kelapangan untuk memastikan setiap inci pekerjaan dari para pekerjanya. Meninjau segala perkembangan usahanya untuk memastikan tak ada satu hal pun yang terlewatkan olehnya. Perfect, itu lah yang dia inginkan.

"Berapa waktu yang tersisa?"

"Satu jam empat puluh lima menit tiga belas detik Non."

"Siapkan Mobil." Tegas Maria.

Keputusan yang membaut Laurent sedikit menarik nafas dalam.

"Wah, apa tak ada sedikit waktu yang bisa kau luangkan untukku?" Terdengar suara bariton khas dari seorang pria yang sangat di kenal Maria. Langkahnya seketika berhenti.

avataravatar
Next chapter