1 Chapter [01]

Xin Qian (7 tahun) rambut hitam pekat dan hanfu berwarna putih menyelimuti tubuhnya. Duduk manis di atas kursi dan pohon yang melindunginya dari sinar matahari, jemari lentik membuka setiap lembar di buku pelajaran etitut kerajaan.

Xin Qian sangat ingin menjadi partisipasi politik di istana lalu mengharumkan nama keluarga seperti yang di lakukan ayahnya. Matanya sedikit sayu, lamban membaca karena mengantuk, ia tersadar bahwa seseorang tengah duduk di sampingnya.

"Long Yihua!" Xin Qian tersenyum sumringah.

"Kamu membaca apa?" Tanya Long Yihua calon putra mahkota kerajaan timur.

"Aku sedang mempelajari tata krama kerajaan." Jawab Xin Qian sembari menunjukkan bukunya.

"Sepertinya kamu sangat ingin bekerja dengan orang kerajaan." Gumam Long Yihua.

"Memangnya kenapa? Kamu tidak ingin?" Tanya Xin Qian.

"Yang aku inginkan hanyalah kebebasan. Xin Qian, jangan bercita-cita seperti itu jika kamu mewujudkan mimpi hanya demi negara, kamu tidak akan bisa mengatur diri mu sesuka hati." Jelas Long Yihua.

Xin Qian (20 tahun) putri dari keluarga bangsawan Xin nomor 2 urutan terkaya di negara timur telah mewujudkan mimpinya. Apa yang di katakan Yihua benar, dia tidak bisa mengatur dirinya sesuka hati namun berada di samping Long Yihua itu lebih baik dari pada tidak sama sekali.

"Kenapa kamu masih ada disini?" Tanya Long Yihua.

Xin Qian mengerjapkan matanya, puluhan tahun yang lalu suasana mereka masih dalam rasa manisnya persahabatan namun sejak menikah mereka sering bertengkar hanya karena perbedaan pendapat.

"Aku keluar." Xin Qian beranjak dari kursinya, menutup pintu ruang kerja dengan keras.

Long Yihua menghela nafasnya kasar, mereka sama keras kepalanya dan tidak ingin mengalah. Entah harus menyesal telah merekomendasikan Xin Qian menjadi calon permaisuri dulu, tapi dia melakukan itu untuk membantu Xin Qian mewujudkan mimpinya selain itu Long Yihua juga memiliki perasaan terhadapnya.

"Kaisar, apa kita harus memberikan hadiah untuk Permaisuri agar perasaannya membaik?" Tanya pendamping kerja Long Yihua.

"Tidak. Dia akan semakin marah jika seperti itu." Jawab Yihua.

Beberapa minggu lalu Yihua mencoba membujuk Xin Qian dengan hadiah tetapi rusak dalam hitungan detik setelah itu mereka tidak bertegur sapa selama satu bulan. Terkadang Xin Qian masih bersikap kekanak-kanakan.

"Apakah pasukan sudah di siapkan?" Tanya Long Yihua.

"Sudah kaisar, kita tinggal menentukan jam keberangkatan."

Benar, Xin Qian tidak mengizinkan Long Yihua untuk berperang lebih awal. Hatinya merasa tak enak dan takut terjadi sesuatu pada suaminya, Tapi Long Yihua membantah dan tetap akan melakukan perjalanan yang membuat hubungan mereka semakin renggang karena pertengkaran.

"Yang mulia, apakah anda tidak bertemu dengan permaisuri sebelum pergi?" Tanya pelayan pribadi permaisuri, Ciaomei.

"Suasana hatinya sedang memburuk. Katakan saja padanya bahwa aku pergi hari ini." Jawab kaisar.

Brak! (Suara pukulan meja)

Air mata mengalir perlahan membasahi pipinya, mulut berkata bahwa dia sangat membenci Long Yihua tetapi hatinya tidak menginginkan laki-laki itu pergi. Dia hanya bisa memandang kepergian suaminya bersama dengan ratusan prajurit.

"Aku harap kau pulang dengan kemenangan." Ucap Xin Qian.

Mengatur posisi setengah tidur di dalam tabung air yang di penuhi kelopak bunga mawar. Xin Qian terus memikirkan bagaimana kabar Long Yihua setelah 3 hari lamanya tak kunjung pulang.

"Ciaomei, tanyakan pada petinggi aparat istana, sudah mendapatkan kabar dari kaisar atau belum." Perintah Permaisuri.

"Baik permaisuri." Ciaomei pergi secepatnya agar Permaisuri tidak terlalu khawatir.

Dia mulai berpakaian dengan tampilan anggun. Kain hanfu yang lembut menyelimuti tubuhnya, malam hari bintang yang gemerlap di langit bibir berwarna merah mudah menguap tanda mengantuk tapi Ciaomei datang dengan terburu-buru.

"Yang mulia permaisuri! Kaisar baru saja tiba!" Ucap Ciaomei dengan tiba-tiba.

Senyum sumringah muncul dan wajah berseri-seri. Langkahnya di percepat menuju aula istana utama, melewati lorong dengan pencahayaan yang kurang bermodalkan lilin remang-remang akhirnya Xin Qian sampai dan melihat pria yang ia cintai ada di sana.

"Long Yihua!" Panggil Xin Qian.

Long Yihua menoleh tentu ia tersenyum, tapi pada saat Xin Qian ingin memeluknya tiba-tiba muncul seorang gadis berambut cokelat dengan senyuman yang ramah, tanpa tahu malu mengucapkan hal yang tidak boleh di lakukan.

"Jiejie!" Katanya sambil tersenyum.

Plak!

Ciaomei menampar wajah seorang budak yang di bawa pulang kaisar setelah berpulang, entah apa yang ia lakukan hingga bisa menarik simpati sang kaisar. Tapi yang jelas di dalam tata krama kerajaan sangatlah tidak sopan jika seorang pelayan maupun rakyat biasa memanggil permaisuri dengan sebutan kakak seperti itu.

"Ciaomei siapa yang menyuruh mu untuk menampar gadis itu!" Marah kaisar membuat Xin Qian pun terkejut.

"Maafkan saya yang mulia! Tapi gadis ini tidak berlaku sopan terhadap Permaisuri." Kata Ciaomei.

"Permaisuri bahkan tidak marah, tapi mengapa kamu seenaknya menampar dia? Apa jangan-jangan selama ini kamu mengatur permaisuri?" Tanya Long Yihua dengan tatapan sinis.

"Saya tidak berani yang mulia! Mohon ampuni saya." Jawab Ciaomei sambil bersujud.

"Kalau begitu serahkan tangan mu sebagai permintaan maaf." Inilah sifat kejam Long Yihua ketika ia marah besar, tapi Xin Qian justru kecewa terhadap sikapnya yang hanya demi membela seorang budak.

"Atas dasar apa kamu memberikan hukuman itu kepada pelayan ku?" Tanya Xin Qian dengan raut wajah datar.

"Ketidak sopan sikap pelayan mu." Jawab Long Yihua.

"Lalu budak yang kau bawa, apakah dia bersikap sopan pada ku?" Tanya balik Xin Qian membuat Long Yihua tertegun dan tidak bisa membantahnya.

"Aku tidak tahu apa yang gadis itu lakukan pada mu, seorang Yihua membuat ku terkejut saat ia memberikan simpati pada budak, wajahnya? Sikapnya? Ataukah tubuhnya?" Bisik Xin Qian.

Gedubrak!

Long Yihua menerjang barang yang ada di dekatnya, membuat suasana semakin mencengkam dan tidak ada seorang pun yang berani bicara. Hanya terdengar suara nada meninggi dan perdebatan yang sulit di selesaikan.

"Jaga ucapan mu Xin Qian." Kata kaisar Long Yihua.

"Aku pikir ini akan menjadi hari bahagia kita berdua, menyambut mu dengan hangat tapi sepertinya kau tak butuh itu. Karena sekarang sudah ada gadis itu bukan?" Kekeh Xin Qian lalu pergi membawa Ciaomei dan beberapa pelayan lainnya kembali ke kediaman Permaisuri.

Rasa kesalnya bercampur dengan rasa bersalah, Long Yihua tidak tahu harus berbuat apa. Tapi dia sudah terbiasa membiarkan Xin Qian yang sedang marah dan nantinya akan membaik sendiri. Tapi siapa sangka bahwa itu terakhir kalinya mereka bisa berbicara santai dan saling tersenyum satu sama lain.

"Yang mulia permaisuri, saya mendengar katanya budak itu di jual ke istana utara dengan alasan butuh pengobatan biaya adiknya." Cerita Ciaomei.

"Jadi itu alasan Long Yihua bersimpati padanya. Tapi kenapa harus gadis itu?" Sedih Xin Qian, memang dahulu Yihua memiliki seorang adik yang sedang sakit-sakitan dan merasa gagal menjadi kakak sejak kematian adiknya.

Xin Qian jadi teringat dengan perkataan mendiang ibunya, menjadi permaisuri nanti tentu harus bersikap pandai dan mengatur emosi. Dirinya sekarang masih bersikap kekanak-kanakan dan tidak merelakan kaisar bersama gadis lain.

"Menjadi permaisuri kamu harus siap bersedia menerima kehadiran wanita lain di hati suami mu." Ujar seseorang.

avataravatar