webnovel

Terlalu Mabuk Untuk Minum (2)

Translator: EndlessFantasy Translation Editor: EndlessFantasy Translation

Mobil Xiaye melaju dengan kencang, dia harus mengantarkan dokumen kembali ke kantor. Saat dia telah menyelesaikan pekerjaannya, jam pulang kantor telah lama usai, langitpun telah menjadi gelap.

Di lantai bawah, asistennya Xiao Mei bergegas pulang. "Direktur Xi, aku akan pulang duluan. Berhati-hatilah berkendara!"

Xi Xiaye menatap langit malam yang tenang. Berpikir, lalu berkata, "Masuk ke mobilku. Kita kan searah. Aku akan memberimu tumpangan."

"Tidak perlu, Direktur Xi. Lagi pula, masih ada bus kota! Terlalu merepotkan. Aku tidak ingin merepotkanmu." Xiao Mei tersenyum berterima kasih.

"Bus kota seharusnya cukup ramai pada jam ini. Kebetulan, aku ingin pergi ke toko teh di dekat tempatmu untuk membeli teh," kata Xi Xiaye dengan tenang sebelum mengeluarkan kunci mobil dari sakunya dan berjalan menuju ke kursi pengemudi. Dia menarik pintu mobil terbuka dan dengan cepat naik ke mobil.

Xiao Mei ragu-ragu sejenak sebelum dia melangkah dan masuk ke kursi penumpang depan. Dia mengenakan sabuk pengaman dan mengucapkan terima kasih dengan senyum lebar. "Terima kasih, Direktur Xi!"

Xi Xiaye mengangguk sedikit sebelum dia dengan santai memasukkan CD ke pemutar musik sebelum menghidupkan mobil. Kemudian mereka berangkat.

Lagu-lagu yang diputar adalah musik yang sangat cocok untuk berkendara dengan cepat. Xiao Mei merasa musiknya familiar, namun dia tidak bisa mengingat judul lagunya. Dia menoleh ke arah Xi Xiaye, terlihat Xi Xiaye sedang menopang kepalanya dengan satu tangan yang terganjal di jendela mobil. Tangan satunya mencengkeram kemudi dengan kuat, matanya yang terlihat lelah menatap ke depan. Angin sepoi-sepoi yang sejuk terus mengalir masuk dari luar jendela mobil, menerpa rambutnya yang indah ...

Entah bagaimana dia merasakan suasana samar kesedihan dan rapuh.

Xiao Mei ragu-ragu tetapi dia masih tidak bisa menahan diri untuk bertanya. "Direktur Xi, apakah anda baik-baik saja akhir-akhir ini? Anda tampak sangat lelah ..."

Ketika dia mendengar ini, Xi Xiaye terkejut sesaat. Matanya yang tak berkespresi tertuju pada Xiao Mei. "Aku baik-baik saja."

"Direktur Xi, staff di kantor sebenarnya diam-diam berbicara tentangmu ..."

Xiao Mei tiba-tiba ingin mencari topik untuk dibicarakan dengan gadis di sampingnya itu. Meskipun Direktur Xi tidak terlihat ramah, dia mengerti bahwa Direktur Xi sebenarnya adalah orang yang sangat mudah didekati dan sangat baik. Dia sangat peduli dan perhatian kepada bawahannya.

Ketika ayah Xiao Mei jatuh sakit dan dirawat di rumah sakit, biaya medis yang mahal membuatnya kewalahan. Setelah Direktur Xi mengetahuinya, dia segera memberikan Xiao Mei $ 50.000 untuk membantunya membayar biaya medisnya, dia sangat berterima kasih kepada Direktur Xi.

Dia bahkan mendengar bahwa Direktur Xi sering mengurus panti asuhan yang ada di bagian utara kota. Dia menawarkan bantuan-bantuan kepada panti asuhan itu.

"Apa yang mereka katakan?" tanya Xiaye dengan jelas, sangat menyadari hal yang wajar untuk setiap karyawan perusahaan bergosip di lingkunhan internal, yang biasanya tentang manajemen tingkat atas, jadi dia sebenarnya tidak terkejut mendengarnya.

"Mereka mengatakan bahwa Direktur Xi itu sangat pintar dan cantik, tetapi anda sangat misterius. Mereka bertanya-tanya apakah anda single atau tidak. Banyak kolega pria di perusahaan yang menyukai Direktur Xi, tetapi mereka tidak ada yang berani mendekati ... Sehingga, saya pikir orang yang akan menikah dengan Direktur pasti orang yang luar biasa. Dia juga akan sangat beruntung ... "

Dia merasa bahwa Xi Xiaye dalam suasana hati yang senang, jadi Xiao Mei merasa nyaman mengatakan hal-hal ini.

"Beruntung?"

Xi Xiaye bergumam pelan, lalu dia tertawa dingin. Dia miris mendengar kata itu, lalu tatapannya redup lagi.

Ketika dia menyadari bahwa Xi Xiaye tiba-tiba terdiam, Xiao Mei tiba-tiba tidak berani mengatakan apa-apa lagi dan suasana di dalam mobil kembali senyap.

Dia berhenti di toko teh terdekat, menurunkan Xiao Mei dan mengambil daun teh. Ketika dia melewati sebuah klub hiburan kelas atas di bawah Emperor Entertainment City, dia berhenti.

Tempat itu terlihat ramai meskipun secara teknis bukan termasuk dalam pusat kota.

Xi Xiaye masuk, saat itu sedang ramai di dalam. Seorang penyanyi berada di atas panggung dengan penuh semangat menyanyikan lagu yang mengharukan, tidak seperti bar biasa yang selalu disambut dentuman musik ketika masuk suatu klub. Klub hiburan ini lebih tenang dibandingkan dengan klub lain.

Xiaye sudah beberapa kali datang kesini, meskipun dia tidak sering mengunjungi tempat-tempat klub seperti ini. Jika bukan karena perasaan kesal di dalam hatinya, dia tidak akan datang.

Xiaye duduk di sudut gelap bar ketika bartender tersenyum dan bertanya, "Nona, apa yang ingin Anda minum?"

"Sebotol wiski," kata Xi Xiaye lembut. Ketika dia melihat reaksi bartender yang sedikit terkejut, dia hanya mengalihkan pandangannya ke bawah.

"Nona, wiski cukup keras. Aku sarankan kau meminum yang lain. Gadis-gadis tidak biasa memesan wiski." Bartender itu adalah orang yang sangat tampan dia menjalankan pekerjaannya dengan baik, sambil tersenyum dia melanjutkan kata-katanya "Banyak gadis suka minum hal-hal seperti Tears of a Lover atau sejenisnya. Apakah kau ingin mencobanya?"

"Tidak perlu. Ambilkan saja wiski untukku," Xi Xiaye berkata dan memegang kepalanya yang sakit.

"Nona, untuk wiskinya, apakah perlu ..."

Sebelum bartender selesai berbicara, tangan Xi Xiaye terangkat memerintahkannya untuk berhenti berkomentar, kemudian mengambil botol ditangannya dan menuangkan minuman itu untuk dirinya sendiri. Xi Xiaye mengerutkan keningnya sambil memperhatikan minumannya itu lalu menenggak isi gelasnya.

Saat Xi Xiaye menghabiskan wiskinya, rasa panas langsung menyebar mulai dari tenggorokan sampai ke dadanya. Kemudian, seluruh tubuhnya seolah-olah terbakar.

Lampu yang menyilaukan berkedip menyinari setiap sudut yang suram itu. Di atas panggung, lagu berganti lagu. Xi Xiaye tak tahu berapa banyak gelas yang telah diminumnya, tetapi walaupun dia telah menegal beberapa gelas whiski, dia masih bisa dengan samar-samar terjaga.

Ada beberapa hal yang ingin dia lupakan, namun tak bisa. Bukan hanya tidak bisa melupakan mereka, tetapi pada momen itu, ingatan masa lalunya muncul, sangat jelas di benaknya, menelan segala sisa kendali diri yang ia miliki.

Han Yifeng memutuskan semua hubungan dengannya, raut wajah penuh air mata Xi Xinyi memohon maaf, permusuhan oleh ayahnya, ketidakpedulian akan ibunya, dan kehangatan semua orang berangsur memudar ...

Xi Xiaye bertanya pada dirinya sendiri seribu kali, apakah dia bisa menebus dirinya sendiri dan membuat semua masa lalunya tuk kembali, namun jawabannya selalu tetap sama: udara dingin.

Bagaimana bisa membuat semuanya kembali seperti sedia kala, bagaimana dia harus merubahnya?

Dia telah mencoba segalanya dan berusaha keras, tetapi apapun yang dilakukannya, dia masih tidak bisa mengubah apa pun. Dia masih tidak bisa membuat orang tuanya berdamai, dan dia tidak bisa memaksa Han Yifeng untuk kembali ke sisinya dan membalas cintanya.

Mungkin Han Yifeng memang tidak pernah berjodoh dengan Xi Xiaye. Apa yang harus dilakukan untuk membuat Han Yifeng kembali ke sisinya?

Xi Xiaye menunduk dan tertawa pada dirinya sendiri. Penglihatannya yang agak kabur menatap whisky yang berputar-putar di gelasnya, lalu memandang dirinya yang penampilan kurusnya dengan kekecewaan. Tiba-tiba, rasa pahit akan kehidupan muncul dalam dirinya.

Lihat dirimu, Xi Xiaye ...

Lihatlah dirimu yang telah babak belur sekarang. Kau terlihat seperti badut yang terkubur di air yang tergenang. Kapan kau akan benar-benar mengerti bahwa jika mereka mulai meninggalkanmu, tidak peduli seberapa keras kau berusaha, mereka tidak akan pernah kembali?

Selamanya tidak akan pernah kembali ...