webnovel

Pria Sampah dan Teratai Putih

Translator: EndlessFantasy Translation Editor: EndlessFantasy Translation

"Cukup!"

Di seberang Su Nan, Han Yifeng yang telah diam beberapa saat akhirnya berujar dingin. Dia menarik Xi Xinyi di belakangnya menjaganya dan dengan marah menatap Su Nan. "Su Nan, kau bisa datang padaku kalau marah tentang apapun. Tidak perlu menyerang Xinyi dengan pembicaraan kasar seperti itu."

Begitu mendengarnya, Su Nan tertawa keras dengan pandangan merendahkan di matanya. "Menyerang Xinyi dengan pembicaraan kasar? Han Yifeng, aku tidak pernah berpikir kau sebenarnya bedebah tak berperasaan. Bagaimana kalian berdua melakukan ini pada Xiaye?"

Xiaye...

Xinyi terpaku mendengar namanya. Tanpa sadar tubuhnya menegang.

"Yang terjadi antara aku dan Xiaye tak ada hubungannya dengan Xinyi. Tidak perlu menjadikannya sasaran."

Sesuatu yang muram terpancar dari mata Han Yifeng. Suara pelannya berlalu dalam gerimis, terdengar dingin tak berperasaan.

Xi Xinyi mendengus sambil menggigit bibir dan terlihat tabah mendengar celaan itu. Membuatnya bersimpati saat dia mengulurkan tangan menarik lengan Han Yifeng. Dia menggeleng pelan. "Cukup Yifeng. Dia benar mengkritikku. Semua salahku. Aku selalu merasa sangat bersalah…"

"Xinyi, ini tidak ada hubungannya denganmu. Tidak perlu menyalahkan dirimu!"

Su Nan mencibir lagi dengan sedih. Matanya tidak bisa menahan air mata yang mengalir. Dia perlahan mengangkat tangannya menunjuk Xi Xinyi yang ada di belakang Han Yifeng, tersedak air matanya. "Cukup! Kamu tidak perlu berpura-pura lagi. Untuk apa ?! Xiaye dulu buta ketika mengetahui dua bedebah tak berperasaan seperti kalian. Kau telah mencuri semua milik Xiaye. Kau puas? Aku, Su Nan, sudah hidup selama hampir 30 tahun, namun belum pernah melihat wanita yang tak tahu malu dan menjijikkan sepertimu! Sepanjang hari, kau berpura-pura menjadi Perawan Maria, seperti teratai putih murni ketika kau benar-benar dipenuhi dengan trik jahat. Yang suka padamu itu buta. Seorang pelacur pantas mendapatkan pria berselingkuh!"

Kata-kata jahatnya terus terlontar seperti senjata mesin. Dia berharap tatapannya ini mampu menghukum keduanya di depannya pada kematian tanpa akhir.

"Jaga perilaku, Su Nan!"

Alis tampan Han Yifeng berkerut menyatu. Dengan kata-kata kasar seperti itu yang masuk ke telinganya, meskipun dia biasanya tak acuh, dia masih merasakan sengatannya.

"Masalah antara aku dan Xiaye tidak bisa dijelaskan begitu saja. Lagipula itu sesuatu hanya antara aku dan dia. Kuharap kau tidak ikut campur!"

"Perilaku? Apa aku harus peduli dengan perilaku saat menghadapi orang gila sepertimu? Pikirmu kata-kataku sulit dicerna? Ayam liar! Dia itu ayam liar! Tak peduli bagaimana rupanya, dia tidak bisa menjadi feniks yang sebenarnya! Han Yifeng, kau akan menyesali ini!"

Su Nan sangat marah dan wajah kecilnya berubah garang.

Ekspresi Han Yifeng berubah kelam. Matanya berubah marah kala tangannya mengepal dan berteriak tegas, "Su Nan! Katakan itu sekali lagi?!"

"Kenapa? Apa kata-kataku salah?"

Su Nan menanggapi teriakannya dengan percaya diri, "Kubilang Xi Xinyi itu ayam liar. Tak peduli bagaimana rupanya, dia tidak bisa menjadi feniks yang sebenarnya. Dia hanya teratai putih tak tahu malu dengan trik murahan untuk menggapai apa maunya. Apa kata-kataku salah?"

"Diam!"

"Yifeng… Sudahlah…"

"Su Nan, kukatakan padamu antara aku dan Xi Xiaye tidak ada hubungannya dengan Xinyi. Untuk Xiaye, aku hanya bisa bilang maaf. Sudah jelas tentang siapa yang pantas untukku. Kenapa kau begitu menyusahkanku karena ini?"

...

Menyusahkan?

Jadi ternyata seperti itu ditanggapinya.

Ada sesaat dia merasa melihat dirinya waktu dulu lagi…

Di hujan malam itu, dia berdiri di jalan dengan lelampuan bersinar.

Dia tersenyum dan melihat dirinya yang dulu setelah terluka…

Xi Xiaye, yang berdiri di belakang Su Nan, tiba-tiba menarik nafas panjang dan menutup matanya perlahan. Kemudian dibukanya, dan berbalik. Dia melihat sosok Su Nan yang ramping itu dan berkata dengan kelelahan dalam suaranya, "Su Nan, naik ke mobil."

Suaranya yang lirih dan serak terdengar, mengejutkan mereka.

Han Yifeng perlahan melihat dan menyadari bahwa di sebelah mobil tidak terlalu jauh di belakang Su Nan, Xi Xiaye, dengan mata terkedip menyaksikan semua itu, berdiri dengan payung dalam gerimis.

Angin dingin terus menyibakkan pakaian dan jaket angin yang membuatnya terlihat lebih rapuh, namun wajahnya yang menawan sedikit tertutup kacamata menunjukkan kebengalan dan ketidakpedulian.

"Xiaye..."

Wajah tampan Han Yifeng tiba-tiba kaku. Perasaan bercampur aduk terlihat dari dalam dirinya dan mata terpaku dikala tangannya perlahan menggenggam erat.

Xi Xinyi juga merasakan tangan Han Yifeng yang merangkul pinggangnya menjadi kaku. Seketika bibirnya digigit perlahan dan melihat matanya mengedip dengan cahaya, menunjukkan kelemahan dan kerinduan dalam caranya melihat Xiaye.

Dia mendengus dan tiba-tiba matanya berlinang kala memanggil Xi Xiaye dengan suara lirih, "Sis…aku…aku benar-benar merindukanmu…"

Sis?

Aku benar-benar merindukanmu?

Kata-kata itu bergema di telinga Xi Xiaye seperti pisau tajam menyayat lukanya yang belum sembuh. Dingin mulai menggerayangi tubuhnya…

Kata orang-orang, waktu adalah penyembuh terbaik, bahwa dalam waktunya, luka terburuk pun dapat terobati…

Kata mereka, sekali kau biarkan pergi, kau akan sadar bahwa orang itu sebenarnya tidak begitu penting…

Kata mereka setelah putus dan terbiasa akan kesendirian, kau tidak akan mencintai orang itu sedalam yang kau kira sudah melakukannya…

Awalnya, pikirnya sejak berlalu beberapa tahun lamanya, semua itu tertinggal waktu. Dia pun juga sudah terbiasa. Dengan pelan dia bisa menanggungnya, tapi kabar angin hanyalah kabar angin. Siapa yang bisa membuktikan kalau itu benar?

Dalam detik itu, dia merasakan banyak hal sekaligus. Dadanya terasa sakit dan nafasnya memendek. Dia menemukan itu sulit saat gerimis melandanya dan hatinya tersakiti.

Namun, sebanyak apapun ketidaknyamanan itu membuatnya menderita, dia hanya bisa memalingkan muka. Dia menutup mata dan menahan diri. Kemudian, membuka mata lagi dan bersembunyi di balik kacamata, mereka kembali pada ketidakpedulian sebagaimana biasanya.

Dia menarik nafas sedikit dan dengan tak acuh memandang dua orang di depannya, bibir tipisnya dengan samar melengkung menjejakkan ketidakpedulian itu. Perlahan mengangkat tangannya menepuk punggung Su Nan. Tanpa melihat pada kedua orang itu lagi, ditutupnya payungnya, masuk ke mobil. Dari awal sampai akhirnya, dia tidak berkata sepatah katapun pada Han Yifeng dan Xi Xinyi.

"Kenapa Xiaye? Kau baik-baik saja?"

Kala itu, Su Nan mulai merasakan sorot matanya begitu melihat Xiaye yang sudah berada dalam mobil. Saat dilihatnya Xiaye sudah duduk bersandar menoleh di sisi yang lain, hatinya pun sakit. Tak bisa ditahannya, ditutupinya setengah wajahnya dengan tangan. Tatapan berangnya menembus cahaya terang berwarna berkelip pada Han Yifeng dan Xi Xinyi…

"Han Yifeng, kau tidak akan pernah tahu yang kau lewatkan. Kuanggap aku buta mengenal kalian bedebah tak berperasaan!"

Dengan nada serak, Su Nan melontarkan kata-kata itu sebelum masuk ke mobil.

"Xiaye, kau kenapa? Katakan sesuatu!"

Dalam mobil, dia bergeser perlahan ke Xi Xiaye dan kedua tangannya merangkul bahunya dengan erat. Begitu dilihatnya Xi Xiaye tidak bergerak sama sekali, dia mulai panik.

Xi Xiaye menolak tangan Su Nan di bahunya dan memalingkan wajahnya ke luar jendela. Dengan tenang, dia berkata, "Aku baik-baik saja. Ayo jalan, Pak. Ke Emperor Entertainment City di bagian utara."

Seketika dikatakannya itu, sang sopir pun menyalakan kendaraannya.