webnovel

Pisau di Bahu, Balasan Untukmu! (2)

Translator: EndlessFantasy Translation Editor: EndlessFantasy Translation

Itu adalah suara Han Yifeng, Deng Wenwen, dan Yue Lingsi.

Xi Xiaye kesulitan bernafas. Tangannya yang berusaha menopang dinding mulai kehilangan kekuatannya. Dia mengangkat kepalanya melihat Deng Wenwen dengan tidak percaya, namun dia tak bisa berkata apa-apa.

Xi Xinyi tiba-tiba mulai menangis, "Maafkan aku, aku tidak bisa. Aku tidak bisa menerima pernikahan tanpa restu Kakak apalagi saat aku…aku hanya mau kau memaafkanku, Kak… Xiaye, bagaimana caraku membuatmu lebih baik? Apakah kau memaafkanku dan yang lainnya jika kubiarkan pernikahan ini?"

Mata Xi Xinyi berlinang penuh air mata melihat Xi Xiaye. "Jika begitu, aku rela melepaskannya…"

"Xinyi!" Han Yifeng mengernyit selagi menariknya dengan sangat cemas.

"Xinyi, apa yang kau katakan?!"

Yue Lingsi melihat Xi Xinyi ketakutan. Akhirnya, dia memandang Xi Xiaye. "Xiaye, Yifeng dan Xinyi akan bertunangan segera. kau tahu sendiri bagaimana perlakuan Xinyi padamu selama ini. Kenapa kau masih bergantung pada masa lalu saat mereka sudah saling jatuh cinta? Dulu Xinyilah yang menyelamatkan hidupmu di luar sana. Sebegitu sulitkah bagimu untuk memaafkannya?"

"Hentikan, Bu!" Xi Xinyi meneriakinya.

"Aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Bukankah keluarga kita telah menjadi seperti ini karenanya? Tubuhmu masih lemah karena kecelakaan itu, namun dia tidak tahu berterima kasih dan bahkan tidak memaafkanmu? Xinyi, kau ini terlalu baik. kau begitu peduli padanya dan keharmonisan keluarga Xi. Tidakkah kau tahu, dia tidak menghargai semua ini!"

Yue Lingsi melihat Xi Xiaye dengan kecewa.

Wajah Xi Xiaye terlihat benar-benar lemah. Apa mereka benar-benar mengatakannya bahwa dialah yang menyebabkan kekacauan di keluarga ini?

Bagaimana dengan keluarganya?

Siapa yang mengacaukannya?

Bertahun-tahun silam, wanita inilah yang mengacaukan keluarganya, namun malah dia yang menyalahkannya!

Dia menunduk mencoba menghela nafas. Matanya yang penuh dengan kemarahan berkedip, namun tak setetes air mata pun menetes dari matanya yang kering. Suaranya begitu tenang bak air tak beriak.

"Aku yang mengacaukan dan menghancurkan keharmonisan keluarga ini? Tidakkah kau pikir kaulah yang menghancurkan keluarga seseorang saat kau merebut ayahku dari kami dulu? Apa Xi Xinyi bersalah karena dia mencoba mendekati Han Yifeng dengan maksud lain?"

Kritiknya yang tenang itu membuat Yue Lingsi dan Xi Xinyi terdiam.

"Di antara seluruh anggota keluarga, kalian berdua tidak berhak membicarakan ini. Maaf? Tak akan kumaafkan kalian bahkan sampai aku mati pun. Kalau kalian benar-benar berpikir aku berhutang hidup pada Xi Xinyi…"

Xi Xiaye mendorong Xi Xinyi dan buru-buru menuju kereta makanan sebelum akhirnya terhuyung-huyung karena langkahnya yang tidak stabil. Qi Lei mencoba menolongnya, namun malah didorongnya dan meraih kereta makanan itu.

Semuanya terpana melihat hal itu.

Buk!

Terdengar suara pisau menusuk daging.

"Xiaye!" Han Yifeng terpaku sambil memeganginya.

"Kak!" Tubuh Xi Xinyi gemetaran kala melihat pisau buah menancap di bahu Xi Xiaye. Darah segar pun bertetesan dari luka itu.

Deng Wenwen dan Yue Lingsi juga terkejut. Mereka tidak pernah menyangka Xi Xiaye yang pendiam dapat melakukan hal sekeras kepala itu.

Rasa sakit yang menusuk membuatnyanya tetap tersadar. Matanya menatap sedingin es. Dia berusaha keras untuk mencabut pisau itu dari bahunya kala bau logam bercampur anyir darah menyeruak di udara.

"Xi Xinyi, ini untuk membalasmu. Dari sekarang, aku tidak berhutang apapun padamu…"

Dilemparnya pisau itu dengan darah yang mengucur dari bahunya. Ditekannya luka itu dengan mantel hitamnya yang sudah berlumuran darah.

Namun anehnya, dia tidak merasa sejelas ini sebelumnya. Dia bahkan dapat berjalan dengan tenang bahkan dengan orang-orang yang menatapnya tercengang.

Terdapat jejak darah di sepanjang jalan Xi Xiaye berlalu.

Selagi melangkah ke lekukan tangga, didengarnya suara tamparan keras dan tangisan Xi Xinyi, namun Xi Xiaye tidak mempedulikannya lagi.

Mulai saat ini, dia tidak ada urusan apa-apa lagi dengan keluarga Xi.

Di sisi yang lain –

"Ayah! Kenapa kau tega menampar Ibu?"

Xi Xinyi menatap dengan marah pada Xi Mushan; wajah Yue Lingsi memerah.

Dia tak percaya bahwa ayahnya yang biasanya tenang dan sabar ini akan menampar seseorang bahkan di depan Han Yifeng dan Qi Lei.

"Masih belumkah kau merasa malu? Tamu di sana sedang menunggu. Kenapa tidak kau jemput Ayah tadi?"

Xi Mushan memandang Deng Wenwen, kemudian kepada Qi Lei. "Tuan Qi, pestanya berlangsung di lantai bawah. Mohon dimaafkan atas ketidaknyamanannya."

Qi Lei hanya mengangkat kening dan menatap semuanya sesaat sebelum akhirnya mengangguk dan beranjak turun dengan pengawalnya.

"Xi Mushan! Beraninya kau?"

Yue Lingsi menangis kala ditatapnya Xi Mushan, tidak percaya dengan apa yang barusan terjadi.

Xi Mushan hanya menampakkan wajah dingin dan tegas sebelum beranjak menuruni tangga. "Hari ini ulang tahun Kakek. Jangan salahkan kalau aku keras jika ada seorang pun yang membuat masalah."

"Xinyi, pergi dan jemput kakekmu untuk turun!"

Dia kemudian beranjak turun dengan asistennya Ah Hui mengikutinya dari belakang.

"Pergi dan lihatlah. Pastikan dia dibawa ke rumah sakit." Xi Mushan mendesah ringan.

"Siap!" Ah Hui menjawab dan dengan cepat pergi ke arah belakang rumah.