webnovel

Perjalanan Nandi Touka Dari Yang Terlemah Menjadi Yang Terkuat!

0

KikiYasarF · Realistic
Not enough ratings
4 Chs

Kaisar (2)

Si penjaga mengenakan jubah berwarna biru, jubah itu menggantung sampai ke paha. Di pinggang si penjaga, ada sebilah pedang tipis yang masih disarungkan. Nandi mengecek sekeliling, untuk ukuran akademi sebesar ini, penjaga gerbangnya cuman ada satu orang saja. Nandi pikir setidaknya penjaganya akan ditambah setelah perpustakaan dibuka untuk umum.

"Ke perpustakaan." ucap Nandi.

Si penjaga menghela napasnya, bergumam, "kamu orang ke-18 yang datang hari ini."

Nandi tersenyum, "perpustakaan Hajime Touka ini adalah salah satu yang besar di negeri ini soalnya, jadi ketika perpustakaannya dibuka untuk umum, pasti banyak orang yang datang."

Jika Nandi orang yang ke-18, hal ini justru aneh. Perpustakaan di Akademi Tarian Matahari—diberi nama pahlawan dari 1000 tahun yang lalu—memiliki banyak arsip penting dan cuman bisa dimasuki oleh siswa atau guru di akademi ini. Banyak peneliti dan akademisi yang sebelumnya tidak bisa masuk ke dalam perpustakaan penting ini sekarang bisa masuk, jadi 18 itu angka yang kecil.

Si penjaga berdecih, "pekerjaan ini makin sulit karena jadi banyak yang masuk dan keluar akademi ini, bagaimana kalau ada orang berniat jahat masuk dan melukai murid-murid akademi?"

"Mending penjaganya ditambah pak." Nandi melirik ke belakang pundak si penjaga, melihat sebuah lorong yang masuk ke gedung utama. Gedung utama ini katanya baru, sedangkan gedung-gedung lain, seperti gedung asrama, masih mempertahankan gedung dengan arsitektur lama.

"Oh, gak perlu kok," ucap si penjaga, menyeringai, "kami gak butuh penjaga tambahan, karena gak bakalan banyak orang yang masuk. Kamu, beserta dengan 17 orang lainnya, adalah orang-orang yang kurang peka dan cuman menyia-nyiakan waktu kalian di sini."

Nandi mengernyitkan dahinya, mengabaikan perkataan si penjaga. Mana mungkin ada orang yang menyesal masuk ke dalam perpustakana itu.

"Jadi di mana perpustakaannya?" ucap Nandi, dia tidak sabar membuka buku "Kaisar", buku yang Nandi harap di dalamnya terdapat petunjuk tentang Shiromaru, sebuah kota kecil yang diberi nama berdasarkan hewan peliharaan pahlawan Hajime Touka. Kota yang katanya memiliki rahasia untuk menyembuhkan segala macam penyakit.

"Lihat ke sana," si penjaga menunjuk ke jalan setapak di sebelah gedung utama, "ikuti saja jalan itu, nanti kamu ketemu sama semacam meja pendaftaran, daftar di situ, tunggu kartu membermu siap, baru kamu boleh masuk ke," si penjaga tersenyum kecil, "perpustakaan Hajime Touka."

Nandi mengernyitkan dahinya sekali lagi, alarm mulai menyala di kepalanya. Pasti ada sesuatu yang aneh di sini, reaksi dari si penjaga tidak normal, seolah perpustakaan itu adalah hal yang boleh dibercandakan. Namun dia mengabaikannya dan berjalan pelan ke arah yang ditunjuk. Apa pun hal aneh ini akan Nandi temukan di pintu masuk perpustakaan Hajime Touka.

Setelah berjalan beberapa menit, Nandi sampai di meja pendaftaran yang dimaksud. Meja itu berdiri di depan sebuah gedung ukuran sedang, ada semacam kanopi di pinggir gedung, dan ada belasan orang berkerumun di sana, melingkari seorang petugas berseragam hitam-hitam—kemungkinan besar penjaga perpustakaan. Mereka tidak terlihat senang.

Apa yang mereka lakukan di sini? Dan di mana perpustakaan yang Nandi cari? Meja pendaftarannya di sini, namun dia tidak melihat gedung perpustakaan megah nan luas.

Memutuskan untuk mengecek keadaan di sini, Nandi berjalan ke belakang kerumunan itu, dia menyapa seorang gadis di depannya, seorang gadis yang mengenakan seragam akademi yang sama dengan Nandi. Tidak aneh ada anak yang satu sekolahnya datang ke perpustakaan ini.

"Ada apa di sini?" ucap Nandi.

Gadis itu berbalik, memperlihatkan retinanya yang berwarna biru terang; rambutnya yang berwarna pirang yang diikat ke belakang berkibas, hampir mengenai hidung Nandi. Nandi mengernyitkan dahinya, menatap wajah yang kelihatan bosan itu. Seketika Nandi tahu kalau gadis ini bukan murid di Akademi Kurandi���sekolahnya.

"Bapak-bapak akademisi ini sedang kesal."

"Kenapa?" ucap Nandi, memutuskan untuk tidak bertanya kenapa gadis ini berpura-pura jadi murid di sekolahnya.

"Dengar saja sendiri." Gadis itu menunjuk ke kerumunan di depan.

Nandi membuka telinganya lebar-lebar.

"Ini penipuan! Akademi Tarian Matahari sudah setuju untuk membuka seluas-luasnya perpustakaan sekolah, tapi ada apa dengan bangunan kecil ini? Ini bukan perpustakaan Hajime Touka!" ucap seorang pria, sudah tua dengan rambut yang putih.

Nandi melirik ke bangunan kecil yang dimaksud, dan mengernyitkan dahinya ketika melihat papan plang "Perpustakaan Hajime Touka" di atas pintu masuk. Mustahil bangunan ini adalah perpustakaan yang namanya menyebar di seluruh negeri. Bangunannya palingan sebesar ruang kelas dengan kapasitas 40 orang, dan Nandi tidak bisa membayangkan ada ribuan buku di sana.

Nandi sadar kenapa bapak-bapak di depan tidak senang.

Si petugas perpustakaan bicara. "Perpustakaan ini adalah perpustakaan asli yang dibangun hampir 500 tahun yang lalu, perpustakaan yang diberi nama Perpustakaan Hajime Touka ini perpustakaan yang dibuka untuk umum."

"Omong kosong! Perpustakaan Hajime Touka harusnya sudah direnovasi dari 100 tahun yang lalu, diperluas dan diperbesar oleh kepala sekolah Akademi Tarian Matahari yang ke-19, bapak profesor Nautikam! Tidak mungkin gedung kecil ini adalah Perpustakaan Hajime Touka."

"Mau percaya atau tidak ya silakan," ucap si petugas, "perpustakaan ini Perpustakaan Hajime Touka!"

Debat antara kerumunan akademisi dan petugas perpustakaan berlanjut. Dan Nandi mendengarkan dari pinggir, duduk di sebuah kursi yang disediakan. Nandi menyerap semua informasi yang dia dengar dan menyimpulkan keadaan yang tengah terjadi.

"Intinya, pihak akademi gak mau ada orang luar masuk," gumam Nandi, mencubit dagunya. Dia mendapatkan banyak informasi dari perdebatan mereka.

Perpustakaan ini dibuka untuk umum karena skandal. Anak dari wali kota meninggal setahun yang lalu karena salah memetik bunga. Dia pergi ke hutan di pinggir kota untuk mencari obat kuat, namun justru memakan tanaman beracun. Yang jadi masalah adalah, anak ini sudah meminta akses ke perpustakaan Hajime Touka untuk mengecek sebuah ensiklopedi tanaman, namun permintaannya ditolak.

Wali kota menyalahkan kematian anaknya ke pihak akademi, dan pejabat-pejabat, peneliti, serta akademisi, memanfaatkan ini untuk memaksa akademi membuka perpustakaan ini untuk umum. Setelah debat panjang, pihak akademi terpaksa membuka perpustakaan Hajime Touka untuk umum. Namun pihak sekolah sepertinya tidak menurut begitu saja. Mereka mengubah nama perpustakaan Hajime Touka menjadi Perpustakaan Tarian Matahari, dan menggunakan gedung perpustakaan 500 tahun lalu, yang sudah dipindah alihkan menjadi gudang alat kebersihan, yang sudah direnovasi puluhan kali, menjadi perpustakaan lagi.

Nandi mendengus, melihat kerumunan akademisi yang mulai berpencar itu, mereka kalah debat dengan petugas perpustakaan yang mengatakan kalau mereka tidak melangar ketentuan, dan mulai berpencar sambil berkata kasar, mengancam mereka akan melaporkan hal ini kepada wali kota.

Nandi pesimis wali kota bisa melakukan sesuatu. Yang dibuka adalah Perpustakaan Hajime Touka, bangunan itu Perpustakaan Hajime Touka, dan di dalamnya terdapat ensiklopedi tanaman. Secara teknis, Akademi Tarian Matahari berhasil mengikuti peraturan wali kota, sekaligus tetap tidak menyerahkan pengetahuan di dalam perpustakaan itu ke orang umum.

Ini masalah besar bagi Nandi. Nandi bukan murid di akademi ini, jadinya tidak memiliki akses ke perpustakaan utama. Mending kalau buku yang dia cari ada di dalam perpustakaan kecil ini, namun kemungkinannya minim.

"Tapi mending cek dulu, siapa tahu aku beruntung." ucap Nandi.

Nandi berjalan ke arah meja "resepsionis", namun karena jalannya pelan, dia didahului oleh gadis berambut pirang. Dia tidak pergi bersama para akademisi tadi, jadi yang tersisa di sini cuman Nandi dan gadis ini.

Setelah proses registrasi selesai, Nandi masuk ke perpustakaan kecil itu. Matanya mengecek sekeliling, rak buku berjejer memenuhi ruangan, membentuk sebuah labirin kecil; dan di tengah ruangan, Nandi bisa melihat gadis tadi duduk dengan wajah bosan sambil membaca sebuah buku tipis.

Nandi mulai mengecek buku di perpustakaan ini, dimulai dari rak yang paling dekat dengan pintu masuk sampai yang paling jauh, namun "Kaisar" tidak ada di seluruh rak buku di sini.

Nandi menghela napasnya, hal ini sudah dia antisipasi, namun tetap dia merasa kesal karena keberuntungan tidak berpihak padanya. Dia harus berbuat hal ekstirm agar bisa mendapatkan akses ke buku "Kaisar."

Nandi harus masuk ke perpustakaan itu apa pun yang terjadi, jadi dia berjalan menuju gadis itu. Nandi bertanya-tanya, kenapa seorang anak di Akademi Tarian Matahari menggunakan seragam sekolahnya, den kenapa dia berada di sini ketika wajahnya mengatakan kalau dia bosan setengah mati.

Siapa tahu, mungkin Dinalan—gadis itu, bisa jadi kunci untuk mendapatkan buku yang dia inginkan.