1 Bagian 1. Awal Mula

"Ughhh"

Perutku kelaparan karena belum makan seharian. Aku mencoba melihat-lihat sekitar. Namun mustahil ada orang yang lewat di tengah hutan belantara.

Suara langkah kaki mendekat ke arahku. Makhluk buas atau monster? Saat aku melihat ternyata hanya seorang orc.

Orc dengan pakaian mengikuti fashion berkacamata hitam dan bertopi koboi menghampiriku. Dia serba putih kecuali kacamatanya.

"Oy nak apa yang kau lakukan di sini?"

"Aku hanya tersesat dan kelaparan"

"Kau nekat sekali ke hutan tanpa membawa makanan"

Orc itu menggaruk-garuk kepalanya. Dia lalu melihat ke arah sebuah gerobak yang dia bawa.

"Hey bagaiamana bila kau membantuku? Aku akan bayar kau dengan makan"

"Membantu apa?"

"Bantu aku tarik gerobak itu"

"Aku harap kau tidak memberiku makanan yang aneh"

"Tenanglah aku juga tinggal di desa manusia jadi aku tahu jenis makanan kalian"

Aku bangkit dan mendorong gerobak milik orc tersebut. Biasanya mereka membawa kuda untuk mengangkut gerobak. Kenapa dia tidak bawa.

"Mana kudamu?"

"Aku diserang bandit dan kudaku kabur saat aku membiarkannya minum di tepi sungai"

Malang sekali kau.

Sebuah desa terlihat. Desa kecil hanya berkisar 10 rumah saja. Kami menghentikan gerobak di depan rumah kepala desa. Kami disambut oleh gadis manusia yang menyapa Orc tersebut.

"Selamat datang kembali Kak Kevin. Ngomong-ngomong dimana kuda kita"

"Itu Ira tadi aku diserang bandit dan kudanya kabur"

"Oh jadi kau lari ketakutan melupakan tungganganmu" Mengerikan! Wajah gadis itu menjadi sangat mengerikan.

"Lalu siapa pria ini" Ira melihat ke arahku.

"Aku Jafar"

"....."

"Gitu doang?!"

"Maaf. Aku ulangi lagi aku Jafar Aditya tadi aku bertemu kakakmu di jalan"

"Kak Kevin bukan kakakku. Dia hanya lebih tua dariku"

Kevin hanya bisa melihat dan terlupakan oleh pembicaraan kami berdua. "Ngomong-ngomong dari namamu apa kau orang Sumatrana?" Kevin mencoba tidak terlupakan.

"Bisa dibilang begitu"

Daritadi saat pembicaraan kami bertiga. Aku melihat warga sedang sibuk seperti mau melakukan perayaan. Mereka berkumpul untuk mempersiapkan sesuatu.

"Ngomong-ngomong mau ada acara apa?"

"Cuman acara peringatan kemenangan sebagai tanda untuk mengingat petarungan kami melawan bandit tanpa bantuan kerajaan"

Ira dan Kevin membawaku masuk. Sebuah tumpeng raksasa disiapkan untuk acara tersebut. Ira memberiku sesendok besar nasi dan ayam. Berkat bantuan mereka masalah kelaparanku hilang.

"Apakah ada lagi yang bisa kubantu?"

"Tidak enak buat kamu merepotkanmu"

"Tenanglah. Kalian membantuku maka aku juga akan membantu kalian"

Aku mencoba membantu mereka. Sebuah acara akan diperingatkan. Ada baiknya aku membantu mereka untuk dapat makanan gratis.

Suasana malam menjadi sangat ramai. Banyak obor dihidupkan. Sebuah tumpeng dikeluarkan dan dibagi kepada seluruh warga. Aku juga mendapatkan bagian.

"Makanan seenak ini apakah kau yang memasaknya, Ra?"

"Tentu saja bukan. Ini semua Kevin yang memasak"

Aku terkejut. Sebuah masakan ras manusia dimasak dengan sempurna oleh ras orc seperti Kevin. Dia tidak bercanda sama sekali.

Malam semakin larut aku melihat kevin sedang berdiri senden pagar dekat rumah kepala desa. Aku berdiri dari kursiku dan membawa segelas minuman untuk diminum bersamanya.

"Yo Kevin masakanmu sangatlah hebat. Darimana kau belajar"

"Aku sudah tinggal di desa ini lebih dari 20 tahun. Aku selalu mencoba memasak untuk tuanku yang kini sudah tiada"

"Maafkan aku atas pertanyaanku"

"Tidak apa"

Kami berdiri berdampingan melihat langit malam bersama. Apa yang akan kulakukan sekarang? Hal ini masih jadi masalah. Aku tidak tahu arah tujuan sekarang ini.

"Hey Jafar mungkin kau bisa membantu di desa ini"

Suaraku terkejut. Dia seperti membaca pikiranku."Ya" aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatanku lagi.

"Benarkah. Akhirnya aku sekarang ada teman untuk pergi dari desa ke desa. Aku akan beritahu Ira kalau kau setuju membantu kami"

Kevin pergi ke tempat perayaan yang kini sudah mulai sepi. Aku melihat ke langit yang di hiasi bintang-bintang jatuh. Mulai hari ini hidupku akan dimulai.

Doarrrrr!!!!

Aku terpental ke dindin rumah kepala desa. Sebuah batu meteor dilempar ke arah desa menggunakan sihir. Aku sedikit demi sedikit kehilangan kesadaran. Hal yang kulihat sebelum menutup mata adalah Ira dan Kevin yang berlari ke arahku.

"Haaaa!" Mimpi?! Apakah tadi itu hanya mimpi. Aku bangkit dari tidurku. Badan sakitku mengatakan kalau yang tadi bukan mimpi. Aku mengingat Ira dan Kevin yang datang menemuiku. Aku mencoba mencari mereka.

"Hukhh....hukhk....hukh..Kenapa jadi seperti ini. Padahal malam ini harusnya jadi malam yang indah"

Suara tangis Ira membuatku dengan mudah menemukan mereka berdua. Kevin melihatku"Sudah bangun rupanya". Ira yang sedih hanya bisa melihatku dengan sekilas. Aku hanya bisa menunggu sampai Ira berhenti.

"Jafar, bisa ikut aku sebentar?" Aku mengangguk dan mengikuti Kevin pergi menjauhi Ira.

"Kita tak bisa begini terus. Para bandit tidak membiarkan kita beristirahat. Kita akan pergi saat fajar"

Kevin kelelahan. Suaranya terengas-engas. Aku melihat ditangan kanannya bercahaya. Tidak mungkin?! Dia punya 3 Royal Tatoo. Kevin menyadari sorot mataku.

"Kau ingat tentang perayaan tadi. Ada satu orang yang memimpin para warga untuk bertarung"

"Dan itu adalah kau"

Kevin hanya bisa mengangguk. 3 tato itu sudah cukup untuk menjadi buktinya. Tato yang berbentuk kancil, singa, buaya. Mereka milik dari Raja dan Pangeran Negara ini.

"Kemana kita akan pergi?" Sebaiknya aku langsung mengalihkan pertanyaan.

"Ibukota. Kita bisa menemukan bala bantuan dan tempat tinggal yang pasti aman"

Kevin tiba-tiba memberikanku sebuah pisau untuk jaga-jaga. Dia tersenyum ke aku."Entah firasat apa tapi aku saat kau makan tadi aku tahu kau pintar dalam menggunakannya". Dia benar-benar orc yang peka.

Ira akhirnya selesai menangis dan menemui kami berdua. Matanya masih kosong dalam ketidak percayaan.

"Ira tidurlah. Kau juga Jafar. Aku akan menjaga kalian"

"Bagaimana kau bisa-"

"Aku adalah seorang orc aku tidak akan membiarkan comrade-ku mati"

Tak bisa melawan aku pergi tidur membiarkan Kevin terjaga menjaga kami.

avataravatar
Next chapter