webnovel

Perjalanan Cinta Riza

Riza dengan sabar menunggu kalimat yang akan diucapkan sahabatnya. "Aku suka kamu, Za" Semburat merah jambu kembali menghiasi pipi Riza, ia terkejut dan tak kuasa menahan glenyer yang tiba-tiba muncul di hatinya saat Akmal mengungkapkan perasaannya. "Aku tahu ini tak boleh karena kita tidak diperbolehkan untuk berpacaran. Tapi aku tak kuasa lagi untuk menyimpan rasa ini. Rasa yang tiba-tiba datang sejak pertama kali kita bertemu." Akmal tersenyum getir "Kamu tidak harus menjawabnya, Za. Aku hanya ingin kamu tahu isi hatiku. Jika kamu mempunyai rasa yang sama terhadapku maka berjanjilah untuk menjaga hatimu hingga kelak aku meminangmu" Riza menundukkan wajahnya semakin dalam. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya jika dalam posisi seperti ini. Bagaimana ia harus bersikap?. Hatinya terus berdzikir karena jantungnya seperti hendak meloncat-loncat. Akmal melirik Riza yang masih menundukkan kepalanya, gadis itu menatap ujung sepatu flatnya lurus-lurus. Dirinya tahu posisi mereka sedang sulit karena harus menahan gejolak, Allah memberikannya anugrah dengan mengirimkan rasa suka dihatinya. Tetapi mereka harus mampu meredamnya dengan menghindari pacaran dan bermunajat hanya pada Nya hingga suatu saat munajatnya itu akan didengar oleh Allah dan memberikan jalan yang mudah untuk mereka bersatu dalam ikatan pernikahan.

Mairva_Khairani · Teen
Not enough ratings
28 Chs

Teman Baru

Bismillah...

Riza tinggal di sebuah desa kecil dimana hanya ada Sekolah Menengah Pertama yang merupakan jenjang tertinggi tempat anak-anak usia sekolah menimba ilmu. Jika ada warga yang mampu menyekolahkan sampai Sekolah Menengah Atas ataupun Perguruan Tinggi itu artinya mereka akan merelakan anaknya untuk hidup mandiri di kota guna bersekolah di sana.

Sosok Riza Anandita adalah gadis belia yang sangat merasa terpukul saat ayahnya meninggal dunia. Ia tumbuh menjadi gadis yang pendiam dan pemalu walaupun kenyataanya cerdas.

Berkat kecerdasanya pula ia dapat melanjutkan Sekolah Menengah Atas di kota tanpa biaya sepeserpun walaupun ibunya masih terbilang mampu.

"Ingat pesan ibu ya,nduk. Jaga dirimu dan nama baik keluargamu saat jauh di sana" Ibunya menarik nafas panjang.

"Ibu tidak bisa meninggalkan harta warisan yang melimpah karena hanya kasih sayang dan nasehat kebaikan yang bisa ibu berikan" Bu Leni mengusap-ngusap puncak kepala Riza lembut.

Memang semenjak ayahnya jatuh sakit hingga meninggal, harta benda dan beberapa petak sawah telah dijual untuk biaya pengobatanya hingga hanya tersisa sepetak sawah untuk membiayai kebutuhan sehari-hari dan sebidang tanah luas dan kebun dimana rumah bu Leni berada di atasnya.

"Ibu akan selalu mendukungmu selama itu baik walaupun kamu anak ibu satu-satunya dan terpaksa harus berpisah karena cita-cita muliamu,nduk"

"Iya,bu. Insyaallah Riza akan selalu ingat nasehat ibu. Riza berjanji akan membahagiakan ibu nanti. Doakan Riza sukses dan berhasil menggapai cita-cita Riza ya,bu" Riza menciumi pipi bu Leni yang basah.

Pandanganya juga berkabut, sejenak ia bimbang dengan tekadnya. Besok ia harus ke kota untuk bersekolah di sana dengan jalur beasiswa, meninggalkan ibunya seorang diri karena tak menikah lagi sepeninggalan ayahnya. Tapi akhirnya ia dapat menenangkan gejolak hatinya, karena keinginan untuk mengubah nasibnya dan mengangkat derajat ibunya lebih kuat.

****

"Bismillah..." Riza berdoa dalam hati, hari ini adalah hari pertama ia masuk sekolah. "Masih pukul 6.30" Gumamnya.

Gadis itu mengedarkan pandanganya menyapu seluruh halaman sekolah, ia melihat sekelompok anak-anak yang sama denganya (masih memakai seragam putih biru).

"Hai, ke sana yuk" Ajak sesorang yang tiba-tiba berada dibelakangnya. Riza reflek menoleh ke arah suara yang mengagetkannya, ada sosok anak laki-laki memakai seragam yang sama denganya tersenyum manis ke arahnya. Riza membalas senyuman itu sesaat,kemudian mengangguk.

"Kenalin, namaku Akmal. Akmal Lazuardi"

Tangan anak laki2 itu terulur dan mensejajarkan posisinya.

Riza menyambut uluran tangan itu

"Aku Riza" Suaranya pelan.

"Ayo, ke sana" Tiba-tiba tangan Akmal menarik tangannya nya menuju sekelompok anak berseragam putih biru tidak jauh dari tempatnya berdiri, Riza tersentak kaget tak menyangka.

Selama ini ia hanya mempunyai beberapa teman laki-laki dan itupun prosesnya agak lama hingga sampai ke tahap akrab karena sifatnya yang pemalu dan pendiam. Beruntung Riza memiliki otak yang encer dan tidak pelit sehingga teman-temannya banyak yang mengenal dan menyayanginya walaupun ia merasa susah bergaul sejak dulunya.

"Haiii!!!" lagi-lagi Akmal sok akrab menyapa sekelompok anak yang berkumpul dan berseragam sama dengannya.

Riza mengekori dibelakangnya.

Untuk beberapa saat mereka saling berkenalan dengan siswa baru lainnya, hingga ada suara dari pengeras suara yang memerintahkan pada siswa baru untuk berkumpul membuat barisan karena upacara hari senin pagi akan segera dimulai.

45 menit upacara bendera telah selesai, setelah itu pembina upacara yang merupakan kepala sekolah mengumumkan beberapa pengumuman penting dan kemudian upacara berakhir menyisakan wakasek kesiswaan, siswa baru dan para kakak pengurus OSIS.

"Bapak akan membagi kalian menjadi beberapa kelompok untuk mengikuti kegiatan Masa Orientasi Sekolah (MOS) ini. Nanti anak-anak berbaris sesuai kelompoknya ya" Pak Hadi, demikian guru yang sedang berbicara di depan mix itu memperkenalkan dirinya. Beliau adalah wakil kepala sekolah bagian kesiswaan. Setelah Pak Hadi membacakan nama-nama siswa sesuai kelompoknya, kegiatan diambil alih oleh kakak-kakak pengurus OSIS.

"Wah..ternyata kita sekelompok, Riz".

"Iya, Mal" Jawab Riza sambil tersenyum. ABG yang kebanyakan masih polos itu sejenak saling mengobrol dan melanjutkan perkenalannya sebelum kakak-kakak OSIS di depannya menyiapakan acara selanjutnya.

Kegiatan MOS hari ini telah usai.

***

Pukul 14.00 seluruh siswa baru diperbolehkan untuk pulang. Riza berjalan bersama Wardah teman semejanya tadi ketika di kelas. Rencananya mereka akan pulang bareng karena rumahnya searah dengan kostan Riza.

"Tadi kak Eki keren banget ya, Riz" Wardah asik membahas kakak ketua OSIS nya sambil berjalan beriringan dengan Riza. Belum sempat Riza menjawab tiba-tiba terdengar suara anak laki-laki berteriak di belakang mereka.

"Riz, Arda.., ko nggak nungguin aku sih?!!" Teriak Akmal sambil berlari-lari ke arahnya. Keduanya kompak membalikkan badan dan berhenti menunggu Akmal yang ngos-ngosan.

"Lah.. tadi kan kami lihat kamu lagi asik ngobrol sama temen-temen yang lain, jadi kita duluan deh. Ya, Riz?" Riza langsung mengangguk.

"Ya udah yuk, langsung pulang aja" Ajak Riza

"Eh sebentar, itu ada Faiz. Katanya dia searah pulangnya sama kita" Tahan Akmal

"Iiiiz" Teriak Akmal, sambil melambaikan tangannya.

Anak yang bernama Faiz mencari suara yang memanggilnya kemudian melambaikan tangannya juga sambil tersenyum. Mereka berdua berbicara sebentar, Faiz mengangguk dan melihat pada Riza juga Wardah kemudian berjalan mengikuti Akmal menghampiri kedua gadis itu.

Riza tersenyum dalam hati sambil memandang Akmal, baru kali ini ia mendapatkan teman baru yang sok akrab dengan siapapun dan suka sekali berbicara.

"Ini Riza dan Wardah" Akmal mengenalkan keduanya pada Faiz yang langsung dibalas dengan senyuman

"Hai... "Sapa Wardah. Faiz berbeda kelas dengan mereka beritiga tetapi ruang kelasnya bersebelahan.

Mereka berempat berbincang akrab sambil menunggu angkot yang akan membawanya pulang, sedangkan Riza yang pendiam berperan sebagai pendengar dan sesekali tersenyum kemudian mengangguk-angguk.

Ini awal mula perkenalan Riza dengan teman-teman barunya.

Kediaman Faiz dan Wardah memang satu kota dengan tempatnya bersekolah sedangkan dirinya dan Faiz sama-sama anak kost di sana.

Riza berpamitan kepada ketiga temannya saat angkot berhenti di depan kostnya setelah Riza memberhentikannya. Tempat kostnya berada paling dekat dengan sekolahan jadi ia turun paling duluan.

"Assalamualaikum. Sampai ketemu besok ya"

"Waalaikumsalam" Jawab ketiganya bersamaan.

"Ok,sampai ketemu besok Riz" Wardah melambaikan tangannya setelah Riza menuruni angkot. Ketiga temannya memandang Riza hingga hilang dari balik gerbang kostnya, kemudian mereka melanjutkan obrolan yang seperti tak ada habisnya diselingi cekikikan yang ditahan karena takut mengganggu kenyamanan penumpang yang lain.

Angkot kembali berjalan membawa sisa penumpang lainnya membelah aspal jalan yang panas karena memang cuaca sedang terik-teriknya di Jogja siang ini.

****

Assalamualaikum...

hai readers, terimakasih telah membaca karya pertama author.

Dukung author untuk terus update ya...