webnovel

Perjalanan Cinta KIRA

Shakira Chairunisa yang ingin menyelamatkan ayahnya dari kesalahan masa lalu, akhirnya setuju untuk menikah dengan seorang pemuda kaya usia 30 tahun bernama Ryan Adiantara, pemilik kerajaan bisnis Rich Tech Company. Pernikahan tanpa cinta yang dilandasi oleh dendam Ryan kepada ayah istrinya membuat kehidupan wanita berusia sembilan belas tahun itu hidup bagaikan dalam neraka. Ditambah dengan penyakit mental yang di derita Ryan, membuat semua menjadi semakin berat dari hari ke hari untuk Kira. Akankah keberuntungan berpihak pada Kira? Bisakah Kira bertahan dengan semua kesulitan yang dialaminya? Akankah Kira mampu memperjuangkan masa depan dan kebebasannya dari belenggu kekejaman Ryan? Mimpi untuk menjadi seorang scientist.. Akankah itu terwujud? Ikuti kelanjutan kisahnya dalam novel bergenre romantic - Perjalanan Cinta KIRA

Ri_Chi_Rich · Urban
Not enough ratings
102 Chs

Pizza Rasa Cinta

Kira mengangguk

"Iya suamiku, aku mengerti." Kira sudah menatap Ryan dan menjawab pertanyaannya

"Aku ngerti banget.. Parfum-parfum ini mahal kan, jadi aku ga boleh pakai kalau ga lagi bersamamu, hehe..." Kira terkekeh sendiri mendengar kata hatinya.

"Ya sudah, ayo bangun. Kau memang mau sampai kapan di depan meja riasmu?"

"Ehm iya.." Kira bangun dari duduknya dan berdiri.

"Tunggu!" Ryan mengamati wajah Kira, menyentuhnya dengan jarinya dan tersenyum. " Seperti ini.. Aku suka penampilanmu seperti ini didepanku. Dan pakai make up seperti ini.. Jangan berlebihan.. Aku ga suka! Kamu mengerti?"

Kira mengangguk, dengan segurat senyum membuat rona merah muncul di wajahnya.

"Jangan pakai baju lain kalau aku dirumah. Pakai ini.. Seperti ini, mengerti?"

"Ehmm. Apa maksudnya? Apa aku pakai baju seperti ini di seluruh ruangan di rumah ini?" Kira mengklarifikasi pada Ryan.

Ryan mengangguk.

"Hah. Apa maunya, pakai baju begini di rumah ini? Kenapa dia ga sekalian menyuruhku tanpa memakai baju saja! Bagaimana sih otaknya bekerja?" Kira ngedumel dalam hatinya. Tak pernah terbayangkan olehnya harus memakai pakaian seperti saringan tahu dalam apartemen yang sebesar ini.

"Pakai ini.. Tak ada yang akan masuk ke apartemen ini. Jadi kau tak perlu khawatir. Aku juga sudah matikan semua CCTV selama kita berdua. Jadi kau harus pakai seperti ini, tak ada alasan lain. Aku suka warna merah.. Pakai semua yang berwarna merah seperti ini!" Ryan mendaratkan bibirnya di tengah dada dua gunung kembar Kira berada, setelah menyelesaikan kata-katanya.

"Aku mau bisa seperti ini!" Reyhan menunjuk bekas kecupan bibirnya tadi dengan telunjuknya. "Aku mau kau pakai baju ini, supaya aku ga ribet harus membuka terlalu banyak kain. Kau juga sudah membuat para wanitaku pergi, jadi kau harus bisa selalu menggodaku! Mengerti?" Ryan mengecup leher jenjang Kira, dengan posisi tangan kirinya memegang kepala Kira dan tangan kanannya menyusup ke dada Kira sebelah kanan setelah menyelesaikan kalimatnya. Posisi mereka berdua, masih berdiri.

"Tak menjawabku?"

"Aku mengerti!"

"Kenapa suaramu begitu?"

"Tanganmu.. Membuat suaraku begini" Kira kali ini lebih berani menjawab Ryan. Membuat Ryan tahu isi hatinya, membuatnya menjadi lebih aman.

"Hahaha.. Kau mudah sekali terangsang olehku, ShaKira Chairunisa.. Kau suka sekali yang seperti ini.. Aku suka kau begini!" Ryan sangat puas dalam hatinya.

"Ayo keluar. Aku mau makan pizza!" Ryan tak mengomentari kejujuran Kira, karena dia sudah ke ge-er an, jadi mencari peralihan dengan menggandeng tangan Kira keluar dsri ruang ganti, keluar dari kamar, menuruni tangga untuk makan Pizza.

"Tunggu.. Apa kita mau keluar dari apartemen ini, jam segini, aku pakai baju begini?" Kira meminta Ryan berhenti dan menjelaskan padanya. Saat ini, mereka baru saja keluar dari kamar tidurnya.

"Kau pikir aku akan membiarkan seseorang melihat tubuhmu seperti ini?"

"Apa sih mau wanita ini? Apa dia pikir aku rela membiarkan seseorang melihatnya dengan pakaian ini? Bahkan Aku tak mengizinkan seorangpun menatap wajahnya bagaimana bisa aku menyuruh seseorang melihatnya dengan pakaian seperti ini?" Ryan sangat tak sabar dengan cara berpikir Kira. Tapi kali ini dia sedang malas memarahi Kira dan memilih mengomentari hanya dalam pikirannya saja.

"Jadi kau tak akan membuatku keluar seperti ini, kan? kira sudah tersenyum lagi

Ryan mengangguk..

"Ayo jalan, aku sudah lapar. Aku mau makan pizza!" Ryan menggandeng Kira untuk turun dan mengambil Pizzanya.

"Ambil di meja ruang makan, bawa ke sini!" Ryan duduk di sofa besar, menunggu Kira mengambil Pizza.

"Kau beli Pizza hut?" Wajah Kira sudah berbinar-binar.

"Uhuuuu.. Banyak banget dia Belinya.. Biasanya cuma bisa makan sensasi delight. Itu juga pan kecil.. sekarang, banyak dan pannya besar semua.. Aaaakh.." hati Kira sangat senang walau baru mencium bau yang ada ditangannya.

"Kau suka?"

Kira mengangguk. "Aku suka pizza.. Aku suka sekali.. Hehe!" jawab Kira jujur, diakhiri dengan seringai tawa kecil.

"Suapin aku.."

"Ini.. Bukan mulutmu!"

"Kau gigit dari yang aku gigit tadi. Kita makan berdua, mengerti?"

Kira mengangguk. "Aku mengerti".

"Mendekat sini! Taruh saja satu dusnya di sofa, supaya ga jauh harus ambil di meja!"

Kira mengikuti semua perintah Ryan. Menaruh satu kotak pizza di sofa disampingnya, dan Kira duduk di samping Ryan, dalam rangkulan Ryan, sambil menyuapinnya.

"ShaKira Chairunisa.. Setiap hari, akan ada terapis datang ke sini untuk memassage tubuhmu, kau juga akan memiliki dokter kulit pribadi, untuk merawat tubuhmu.. Aku ingin kau selalu cantik seperti ini!" Reyhan bicara sambil berbisik di telinga Kira.

"Ehmm. Apa itu ga berlebihan? Itu mahal sekali, suamiku.."

"Aku mau.. Jangan protes, mengerti?"

Kira mengangguk. Sambil menyodorkan Pizza untuk di gigit Ryan.

Klik

Ryan menyalakan televisi.

"Kau mau nonton apa?"

"Tumben dia nonton tivi.. Dulu, waktu tahu aku nonton tivi dia memakiku habis-habisan, katanya ga suka lihat orang nonton tivi. tapi sekarang malah nonton tivi! Huuh" Aksi protes, yang hanya akan didengar oleh orang yang memprotesnya. Kira tak mungkin bicara seperti ini di depan Ryan.

"Jangan cerewet! Ini tiviku, aku bebas mau nonton apa! Suapin aku lagi.. Kau juga makan yang banyak, jangan terlihat kurus seperti kurang gizi.. Tapi aku juga ga mau kau gendut.. Mengerti?"

"Jadi, kalau aku gendut, kau akan membuangku?"

"Apa kau bodoh?"

"Hmm.. Maaf.. Aku hanya coba menebak."

"Kalau kau berani menjadi gendut, kau harus ikut aku ke gym. Sedot lemak, operasi plastik, semua yang bisa membuatmu jadi seperti sekarang lagi. Mengerti?"

"Hah. Gila.. Kenapa dia jadi gilla begini sih. Apa aku kelewatan menyuruhnya menjauhi wanita lain, sehingga dia kini menyiksaku lebih parah?"

"Kau belum menjawabku!"

"Ehm.. Iya, suamiku. Maaf.

"Sudah, aku tak butuh maafmu.. Tiduran sini!" Ryan menyuruh Kira tiduran di pahanya. " Suapin aku seperti ini, lebih enak."

"Hahaha.. Kau bilang enak? Tentu saja, tanganmu bisa mudah menjelajah tubuhku seperti ini.. Terus saja memutar-mutar tanganmu di sana, ah.. Apa yang dia mau sih! Fantasi apa yang ada dalam otak suamiku" Kira tak habis pikir dengan suaminya..

"Ehmm...kenapa kau lakukan itu?"

"Diamlah, aku suka lihat seperti ini! Kau lihat.. Ini kan lucu!"

Ryan mengeluarkan dua gunung kembar Kira, membuat lingerinenya berada dibawah gunung kembarnya, sehingga keduanya menjadi terlihat lebih besar, sekal, dan kenyal karena menempel dekat. Lalu Ryan menggoyangkan, memainkan puncak tertinggi di sana dan ini menurutnya adalah lucu.

"Aaah.. Tapi aku ga tahan, suamiku.. Ini membuatku hampir gila.. Shshshsh, huuuf!"

"Lepaskan , jangan di tahan. Aku ingin kau makan pizzanya, sambil merasakan itu! cepat lakukan."

"Tapi gimana caranya aku ngunyah.. Bahkan aku ga bisa konsentrasi.."

"Lakukan" Mata elang Ryan sudah tak bisa lagi di tolak. Membuat Kira mau ga mau mengunyah pizza dengan meraskan sensasi luar biasa dari perbuatan Ryan.

"Hmmm.. Eeehmm.. Ssssh!"

"Kunyah, telan pizzamu!" Ryan sudah dalam posisi lututnya menempel di lantai, dan Kira terlentang di sofa ruang tamu, menerima semua permainan tangan dan bibir Ryan. Berkali-kali sudah Kira mendapatkan pelepasan, dengan Ryan terus memaksanya memakan Pizzanya. Berjam-jam Ryan belum juga luas dan berhenti. Tak bisa memasukkan bagian tubuhnya ke dalam tubuh Kira, membuat Ryan bertahan bermain lebih lama. Terus saja memainkan tubuh Kira.

"Ryan..ssshshh.. Ryann..berhentilah! Aaakh.. Ryan.. "

"Apa kau tak suka permainanku, sehingga menyuruhku berhenti?"

"Aku juga mau.. Aku juga mau bermain seperti mu.."

"Baiklah, aku mengatakan hal bodoh kali ini.. Aku harus membuatnya berhenti, kalau tidak dia terus tak akan berhenti sampai pagi.. Bagaimana kerjaanku di lab.. Kuliahku.. Aishhh.. Bahkan aku belum menyalin catatan agus karena perbuatannya ini!" gumam Kira

"Apa tadi kau bilang?"

"Aku mau bermain denganmu.. Bukalah.. Aku mau.. Biarkan aku menghisapnya seperti di mobil tadi malam." Pinta Kira dengan suara yang sudah tak jelas, karena menahan semua rasanya.

"Baiklah.. Lakukan yang kau mau dengan tubuhku!"

"Aaakh. Dia mengizinkan.. Habis kau Ryan.. Huh.. Aku sudah lelah.. Sudah ngantuuuuk!" hati Kira melonjak girang, sebentar lagi aksi balas dendam dapat dilakukannya

Kira bangun, melepaskan semua pakaian Ryan, sehingga Ryan menjadi polos.

"Kau mau aku bagaimana?" tanya Ryan, yang tangannya masih memegang di dada Kira, membuat nyeri dan perih di sana, karena terus-terusan di mainkan.

"Ryan..duduklah!" Kira setengah mendorong Ryan untuk duduk.. Dan dengan posisi berlutut, Kira mengulum milik Ryan bermain disana.

Tapi kali ini, berbeda..

Saat di mobil, Ryan tak menyentuh kira sama sekali.. Saat ini, Ryan duduk tegak, dan tangannya juga masih bermain di tubuh Kira, membuat Kira yang ingin balas dendam, justru semakin menggila, mengulum, Menjilat, dan juga terus terangsang membuatnya berkali-kali lagi keluar,

"Haha.. Kau pikir permainan ini akan berakhir mudah, ShaKira Chairunisa? Tak akan aku biarkan.. Habis kau malam ini!"

"Haaah. Bagaimana dia bisa sekuat ini. Aku sudah mengeluarkan segala cara, tapi dia justru makin kuat.. Aku malah berkali-kali keluar dan ditertawakan olehnya.. huufh.."

Ryan sudah mengantisipasi Kira akan melakukan ini. Ryan membuat Kira justru kewalahan dengan aksinya sendiri. Keduanya, membuat malam ini menjadi malam yang panjang dan melelahkan. Hingga akhirnya, menjelang jam empat pagi, Ryan merelax-kan dirinya, dan mengizinkan sesuatu di bawah sana untuk keluar kembali dalam mulut Kira.

"Berapa kali?"

"tiga belas atau empat belas.. Sssshhh..ehmm"

"Ada apa?"

"Ryan.. Aku masih mau.. Satu kali lagi, ini sudah mau keluar.. "

"Haaah.. Kau merepotkan saja.. Ke sini!"

"Aaaakh.. Shhh.. Ehmm.. Enak Ryan.. Terus.. Terus.. sedikit lagi.. Aaaaaakh.." Kira mengejan dsn menjambak rambut Ryan dengan sangat kencang.

"Apa sudah selesai?"

Kira mengangguk saat Ryan menatapnya

"Jadi berapa kali?"

"lima belas."