webnovel

Perjalanan Cinta KIRA

Shakira Chairunisa yang ingin menyelamatkan ayahnya dari kesalahan masa lalu, akhirnya setuju untuk menikah dengan seorang pemuda kaya usia 30 tahun bernama Ryan Adiantara, pemilik kerajaan bisnis Rich Tech Company. Pernikahan tanpa cinta yang dilandasi oleh dendam Ryan kepada ayah istrinya membuat kehidupan wanita berusia sembilan belas tahun itu hidup bagaikan dalam neraka. Ditambah dengan penyakit mental yang di derita Ryan, membuat semua menjadi semakin berat dari hari ke hari untuk Kira. Akankah keberuntungan berpihak pada Kira? Bisakah Kira bertahan dengan semua kesulitan yang dialaminya? Akankah Kira mampu memperjuangkan masa depan dan kebebasannya dari belenggu kekejaman Ryan? Mimpi untuk menjadi seorang scientist.. Akankah itu terwujud? Ikuti kelanjutan kisahnya dalam novel bergenre romantic - Perjalanan Cinta KIRA

Ri_Chi_Rich · Urban
Not enough ratings
102 Chs

Perjalanan

Klek

Ryan membuka pintu ruangannya.

"Andi, bawakan tas Nyonya Muda ShaKira Chairunisa, Kita pergi sekarang!"

"Baik Tuan Muda!"

Asisten Andi segera berjalan ke ruang CEO, dan mengambil tas Kira. Ryan berjalan menuju lift, sambil merangkul Kira. Tatapannya lurus ke tujuannya, yaitu lift.

"Pergi bersama wanita ini, sepertinya Aku sudah gila!" Pikiran Ryan menceramahi dirinya sendiri. Tapi apalah itu, kali ini logika Ryan terkalahkan oleh emosinya. Beginilah akhirnya. Ryan merangkul Kira seperti sepasang kekasih.

Semua yang melihat pasti berpikir seperti itu. Seperti seorang sekretaris CEO yang diam-diam meremas kertas dimejanya karena menahan kesal dengan apa yang dilihatnya barusan.

"Ingat, kertas laporan itu, harus Kau laporkan. Aku tidak mentolerir sedikitpun kesalahan!"

"Ah, Ba..baik Asisten Andi!"

Sekretaris yang terjebak dengan kebodohannya, sangat takut melihat perbuatannya diketahui Asisten Andi. Segera Dia memperbaiki semua kerusakan. Suara Asisten Andi yang sangat pelan, tentu tak mengganggu sepasang yang sedang saling merangkul didepan lift.

TING

Pintu lift terbuka.

Ryan memasuki lift bersama Kira yang masih dipelukannya. Asisten Andi masuk setelahnya. Menutup Lift dan memencet tombol basemen.

Mobil Ryan sudah siap ketika mereka keluar dari lift. Asisten Andi membukakan pintu.

"Masuklah!" Ryan melepaskan rangkulannya pada Kira.

Kira masuk ke dalam, dan Asisten Andi memberikan tasnya.

"Terima Kasih!" Kira menerima tasnya. Berbarengan dengan Ryan yang menutup pintu mobil disebelahnya.

Asisten Andi duduk bersebelahan dengan supir di depan.

"Rumah Sakit. Kita ke tempat Dokter Lusi!"

"Baik, Tuan Muda!"

Mobil melaju ke tujuan yang telah diperintahkan oleh Ryan.

"Kenapa Kami ke rumah sakit? Apa Ryan Sakit? Apa ada yang ditutupinya selama ini? Oh Tuhan... Maafkan Aku yang tak memperhatikan suamiku.. Aku bahkan tak tahu kalau Ryan sakit.." pikiran Kira sudah kemana-mana mendengar tujuan mobil yang ditumpanginya.

"Mendekatlah"

"Haaah?"

Kira kaget, mendengar suara Ryan yang memecah keheningan mobil ini.

Ryan tak ingin mengulangi kata-katanya. Dia hanya melirik dengan tatapan matanya seperti pedang menghunus ke dada Kira. Tak ingin membuat Ryan marah lagi. kira langsung mendekatinya, masa bodoh Dia salah dengar atau enggak. Tapi Dia mendekat ke Ryan.

Ryan kembali merangkulkan tangannya ke Kira. Memaksa Kira untuk bersandar kepadanya.

"Hufff... Apasih maksudnyaaa.. Ya Rob.. Dadaku kok deg degan begini ya.. Kenapa lagi-lagi dipeluk gini.." Kira kebingungan dengan perlakuan Ryan. Tapi Dia tetap diam.

"Gila.. Gila.. Gila... Kenapa Aku memeluk wanita ini lagi!! Arghhh.. Masa bodohlah! Salah wanita ini kenapa Dia begitu bodoh dan penurut!" Ryan menggerutu melihat tindakannya yang ga sinkron sama perintah otaknya yang masih ingin dirinya menjauhi wanita ini.

"Kenapa masih membawa tas ini!" Ryan menendang sebagai pengalihan dari rasa nervous-nya berada disamping Kira dengan posisinya merangkulnya. Yah, selalu saja Ryan berusaha membuat Kira susah setiap kali hatinya menunjukkan perasaan aneh untuk Kira yang segera harus ditepisnya.

"Aahh.. Astaghfirulloh!" Kira yang kaget keluar dari pelukan Ryan dan melihat isi tasnya.. Mukanya panik.

"Hey, Apa Aku menyuruhmu mengambil tas itu?"

"maa..aafkan Aku.. Tapi di tas ini ada laptopnya. Kalau rusak, Aku ga bisa mengerjakan tugas kuliahku lagi.." Kira menatap Ryan sambil memeluk tasnya, dan mau menaruhnya disamping kanan bawah, antara kakinya dan pintu mobil.

"Sini, Aku liat!" Ryan merebut tas Kira. Tas usang yang sudah belel dan tua. Tapi masih dipakai Kira.

"Apa wanita ini sebegitu miskinnya sampai ga bisa ganti tas?" Ryan stress sendiri memikirkannya. Dan Dia juga sadar.. Selama tiga bulan pernikahannya, Dia memang tak pernah memberi satu rupiahpun pada Kira. Membuat Rian tambah stress.

"Tasku.." Kira memegang tasnya dengan kencang.

"Aku hanya ingin lihat laptopmu! Lepaskan!" Kira akhirnya melepaskan tasnya, membiarkan Ryan membuka dan melihat isi tas Kira dan mengambil laptop. Kira segera mengambil tasnya dan menaruhnya lagi dibawah, ditempat Dia mau menaruhnya tadi. Tas satu-satunya yang dimilikinya.

"Laptop apa ini? Kapan Kau membelinya?"

"Eh itu.. Waktu awal kuliah.."

Ryan membuka, menyalakan tombol ON dan Ryan mulai merasa tak nyaman. Laptop kecil sekitar 11-12 inchi yang processornya sangat lemot. Membutuhkan waktu cukup lama untuk dibuka. Ryan kehabisan kesabaran. Dibukanya kaca jendela.

PLUUNG

Menutup kembali kaca jendela setelah membuang laptop itu ke trotoar jalanan.

"Aaaaaah..." Kira berteriak histeris.

"Apa-apaan Kau berteriak seperti itu? Mau buat gendang telingaku rusak?" Tangan Ryan sudah menuding-nuding dahi Kira lagi.

"Tapi laptopku.."

"Apa? Benda itu Kau sebut apa? Kau ingin membuat kesabaranku habis, menunggu benda itu loading?"

"Hufff.. Aku ga nyuruh Kamu buka laptop Aku.. Aku tahu Kamu tipe ga sabaran.. Siapa suruh buka laptop Akuuuuu.. Itu benda penting untukku. Aku butuh untuk mengerjakan tugas kuliahkuuu.. Asal Kau tahu. aku menabung sepanjang masa SMA ku untuk membeli itu! Sekarang, Aku ga mungkin bisa membeli lagi laptop itu.. Uang tabunganku juga sudah menipis untuk membiayai tugas-tugas kuliahku dan untung Aku dapat beasiswa. Tak harus pusing untuk bayaran kuliah!" Tentu saja Kira ngomel seperti ini hanya didalam hatinya.

Kira hanya bisa diam sambil mengepal tangannya melihat Ryan membuang laptopnya.

"Hey! Kenapa tanganmu mengepal seperti itu? Kesal padaku? Mau marah karena Aku membuang sampah itu?" Teriakan dan tudingan di kepala Kira membuatnya tersadar, Dia masih bersama seorang malaikat berhati iblis.

"Apa Kau lupa, Aku tak suka Kau memakai ini dihadapanku!" Ryan megang niqob Kira. mulai stress lagi, karena tak bisa melihat ekspresi Kira dibalik niqobnya.

"A.. Aku butuh laptop itu buat tugas kuliahku.." Kini Kira mulai menangis. "dan apa Kau ingin Aku membuka ini walaupun didepan ada asisten dan supirmu?" Kira bertanya masih sambil menangis. Dan ingin membuka niqobnya.

Ryan memegang tangan Kira.

"Apa Kau ingin Andi memujimu cantik? Sampai Kau mau membuka itu? Hah? Kau ingin sekali ya. Pria lain memujimu cantik? Kau jadi genit ya? Apa Kau mau Aku menjualmu saja ke club malam untuk melayani para hidung belang?"

"Hey.. Hey.. Kau marah kenapa jadi bawa-bawa Aku?" Asisten Andi bergumam didalam hatinya mendengar pernyataan Tuan Mudanya tadi.

"Maafkan Aku.. Maafkan Aku Suamiku.. Ampuun.." Kira bergidik ngeri dengan perkataan suaminya. Dia tak jadi melepaskan nigobnya dan bahkan lupa dengan kekesalannya karena Ryan membuang laptopnya.

"Kau tau Aku tak suka kalimat itu! Kenapa bilang itu terus, hah?" Kini kaki Ryan sudah menendangi kaki Kira. Ga menyakitkan untuk Kira. Tapi risih rasanya ditendang-tendang begitu bagi Kira. Dia juga masih ketakutan dengan ancaman Ryan tadi, dijual di Club malam..

"Ya Rob.. Lindungi Aku dari Club malam.. Aku ga mau dijual jadi pelacur.." Do'a Kira dalam hatinya.

"Apa Kau tuli? Tak menjawab kata-kataku?"

"Aku jawab, suamiku?" Kira segera menjawab. Dia tak ingin membuat Ryan marah lagi.

"Kau mau jawab apa, hah? Mau membangkang? Berani menjawabku?"

"Tidak Suamiku, Aku ga berani menjawab..."

"Maksudmu apa, hah? Kau tak ingin menjawabku? Apa Kau sudah bosan hidup, hah? Begitu sikapmu sekarang? Berani tak menjawab suamimu?"

"Maafkan Aku suamiku.."

"Apa? Kata-kata itu lagi?"

Sudah kehabisan akal Kira melayani Ryan..

"Ya Rob.. Memang aku harus jawab apa sih? Memang suamiku yang gila ini bertanya apa siiiih? Kok Aku ga inget ya Dia tadi nanya apa? Aku ga ngerti harus jawab apa? Bisa menjadi idiot Aku didekatnya.. Hufff... Ya Rob.. Tolong Akuuuuu!" Jerit hati Kira.

Begitulah Ryan. Saat hatinya mulai menimbulkam desiran rasa yang selalu ingin ditepisnya, Dia akan membuat Kira susah. Ini menurutnya adalah satu-satunya cara untuk mengingkari kata hatinya. Mengingatkan hatinya siapa wanita didepannya.

"Tuan Muda, Kita sudah sampai!"