webnovel

Perjalanan Cinta KIRA

Shakira Chairunisa yang ingin menyelamatkan ayahnya dari kesalahan masa lalu, akhirnya setuju untuk menikah dengan seorang pemuda kaya usia 30 tahun bernama Ryan Adiantara, pemilik kerajaan bisnis Rich Tech Company. Pernikahan tanpa cinta yang dilandasi oleh dendam Ryan kepada ayah istrinya membuat kehidupan wanita berusia sembilan belas tahun itu hidup bagaikan dalam neraka. Ditambah dengan penyakit mental yang di derita Ryan, membuat semua menjadi semakin berat dari hari ke hari untuk Kira. Akankah keberuntungan berpihak pada Kira? Bisakah Kira bertahan dengan semua kesulitan yang dialaminya? Akankah Kira mampu memperjuangkan masa depan dan kebebasannya dari belenggu kekejaman Ryan? Mimpi untuk menjadi seorang scientist.. Akankah itu terwujud? Ikuti kelanjutan kisahnya dalam novel bergenre romantic - Perjalanan Cinta KIRA

Ri_Chi_Rich · Urban
Not enough ratings
102 Chs

Membujuk Ryan

"Hai Ryan.. Kau bisa sakit juga?" tanya Dokter Farida menggoda..

"Kenapa kalian datang berdua?" Ryan kembali memberikan pertanyaan yang sama.

"Iya, Andi meneleponku saat aku sedang hang out bersama Farida. Jadi aku bawa dia sekalian. Kau sakit apa?" tanya Tante Lusi yang kemudian menengok ke arah samping Ryan, tempat Kira berdiri. "Kira sayang, apa kabarmu?" Lusi tersenyum ramah.

"Aku sehat, alhamdulillah. Teirma kasih, Tante mau datang ke sini. Hmm, bisa kita cepat periksa Ryan? Badannya sangat panas.. Aku mohon.. Aku sangat khawatir" Kira mengingatkan Tante Lusi tujuan Asisten Andi memanggilnya tadi.

"Kau.. Jaga bicaramu.. Aku tak sakit, tak ada yang perlu dikhawatirkan, ini cuma kecapean karena kau memaksaku membawa mobil macet-macetan seharian, apa kau mengerti?" Ryan sudah kembali memaki Kira untuk menyelamatkan harga dirinya di depan kedua dokter yang belum diizinkannya masuk melewati pintu villanya.

"Kau jangan membuatku malu di depan Farida, ShaKira Chairunisa! Enak saja kau bilang aku sakit!" Ryan sudah sangat kesal dalam hatinya. Ryan tak ingin harga dirinya jatuh di depan Farida..

"Ah, baiklah... kau kecapean karena perbuatanku tadi menyuruhmu menyetir, makanya aku sangat panik karena aku berbuat salah padamu. Sekarang.. Ayolah... periksa dulu ya.. Supaya tak makin parah!" Kira sudah mengalah dan menerima kesalahannya.

"Kau boleh memakiku.. Yang penting, kau harus periksa dulu penyakitmu, suamiku.. Hmm..tapi siapa wanita di samping tante Lusi? Kenapa Ryan menatapnya seperti itu?" Kira mukai bertanya dlam hatinyaz taoi tak berani mengutarakan, mengingat hal tersebut tidaklah sopan.

"Ryan menggeleng. Apa kau tuli. Hah? Aku bilang aku tak sakit. Kau lihat aku bisa berjalan sampai depan sini dari kamar tadi?" Ryan masih berusaha membela dirinya.

"Huffff!" Kira menarik napasnya dalam-dalam "Apanya yang ga sakit, badanmu panas tinggi seperti ini, pucat, kau tak mirip dengan suamiku yang tampan.. Kau tahu, kau mirip zombie sekarang.. Hmm.. Berantakan dan pucat!"

"Hey, beraninya kau.. Apa? Kau bilang apa tadi?"

"Zombie.."

"ShaKira Chairunisa.." Ryan sudah sangat gemas pada Kira dan mengangkat tangan kanannya, namun tak memukul Kira, secara refleks diarahkan menjambak rambutnya sendiri.

"Arghhhh.. Kau berani sekali... Apa kau sangat berani menantangku sekarang, hah?" Kata - kata Ryan sambil menjambak rambutnya.

"Ya.. Ya.. Aku berani! Kenapa memangnya, kau sedang sakit, tak mau menurut, jadi aku harus berani menantangmu supaya kau mau diperiksa, minum obat dan sehat lagi, jadi lebih baik kau memarahiku, suamiku! Ayolah kita periksa dulu!" Kira memaksa.

"Hey.. Kalian berdua.. Apa melupakan keberadaanku dan Farida?" Lusi langsung masuk tanpa memperdulikan Ryan

"Siapa yang mengizinkanmu masuk?" Ryan berteriak ke Tante Lusi.

"Aku tak butuh izin darimu! Villa ini milik ayahmu, kan... aku adik ayahmu... aku masih punya hak waris atas Villa ini. Ayo duduk di sofa itu! Biar aku periksa!" dokter Lusi memaksa

"Aku ga mau.. Aku ga sakit! Andi! Antar mereka semua kembali" Ryan berkilah.

"Suamiku... Sudahlah, jangan marah lagi.. Aku mohon... Aku tak mau melihatmu sakit seperti tadi.. Rasanya sungguh menyiksaku, pikiranku kemana-mana melihatmu sakit seperti itu.. lebih baik kau sehat dan galak kepadaku daripada kau sakit seperti ini.. Biarkan Tante Lusi memeriksamu, yah.." Kira spontan memeluk Ryan saat Ryan sudah memanggil Asisten Andi

"Kau ini.. Bodoh! Apa kau pikir aku akan mati dengan sakit seperti ini?"

"Huuufh.. Anak ini.. Kalau sudah begini, mana bisa aku menolaknya! Kau benar-benar mempermalukanku di depan Lusi dan Farida dan dua nenek tua ini pasti akan menghinaku habis-habisan! Awas kau, ShaKira Chairunisa!" Ryan sudah mengancam Kira di dalam hatinya. Tapi, yang dilihat orang adalah Ryan yang ikut memeluk Kira dari luar.

"Iya, aku takut sekali. Jadi tolonglah buat aku tenang.. Kalau hasil pemeriksaanmu baik Aku ga akan stress lagi. Tolonglah, Ryan." Kira sudah memasang wajah memelas.

"Fuuuuuh!" Ryan menghela napas dan melepaskan pelukan Kira, mengusap air mata Kira dengan tangannya, lalu menggandeng Kira duduk ke sofa

"Berapa lama kau butuh waktu untuk memeriksaku?" Ryan menatap Tante Lusi dan sudah mengizinkan dirinya untuk diperiksa di depan Farida.

"Tak lama, Ryan.. Aku tak butuh waktu lama untuk mengecek keponakan kesayanganku dan aku tak akan mengganggumu lagi setelah ini!" Dokter Lusi duduk di sebelah kanan Ryan, dan memakai stetoscop lalu membuka kancing baju Ryan, mengecek seberapa parah ponakannya.

"Ryan.. Kau memberikan pertunjukkan sangat bagus tadi.. Untungnya Kira memancingmu untuk marah. hhaaha.. Aku yakin Farida sudah mengambil kesimpulan sesuatu..aku memang ingin melihat sejauh mana kondisi kesehatanmu sekarang.. Apalagi setelah kembalinya Cassey.. Huh.. Aku sangat tak menyukainya. Aku tak ingin dia menguasaimu seperti dulu!" Tante Lusi berguman, sambil memeriksa kondisi Ryan, yang memang sakit karen demam biasa, kecapekan..

"Hmm.. Wanita ini sangat penting bagimu, kah Ryan.. Kau sungguh sudah berubah. Kejiwaanmu lebih baik sekarang kau lebih mirip manusia bersamanya. Tapi memang, kau masih belum sepenuhnya menyerahkan dirimu dan percaya pada wanita ini.. kau masih defense dan mencoba untuk tak terjatuh dan tergila-gila padanya seperti pada Cassey. Tapi itu bagus, Ryan... Dan wanita ini...dia sangat peduli padamu. Ada beberapa hal yang ingin aku tanyakan padanya... Aku dan Farida harus memastikan sesuatu sebelum kau terjerumus pada orang yang salah seperti Cassey." Farida bergumam, dan duduk di sofa di sebelah kiri Kira.

"Kau kelelahan Ryan.. Beristirahatlah yang cukup." Tante Lusi bicara sambil membuka stetoscopenya.

"Jadi.. Tak ada penyakit aneh-aneh dan suamiku akan sehat kembali, kan?" Kira memastikan.

Tante Lusi mengangguk. "Ryan akan sehat kembali. Kau jangan khawatir. Dia cepat sekali sembuh. Kau tahu Kira, bahkan Ryan cuma butuh waktu kurang dari tiga bulan untuk sembuh dari kecelakaan yang dialaminya sepuluh tahun lalu. Tangan dan kakinya patah, tulang iganya retak, tangan kanan Ryan juga patah. Ryan koma selama dua mimggu, dan dia berusaha pulih dalam tiga bulan."

"Siapa menyuruhmu untuk menceritakan itu, hah?" Ryan memasang wajah tak menyenangkan pada tante Lusi.

"Tak ada, aku hanya bercerita pada istrimu. Aku kan tantemu!" Tante Lusi tersenyum licik.

"Huh, kau memang ingin membuatku terlihat begitu terluka dan menyedihkan di hadapannya..Apa maumu, hah? Dasar kau nenek tua!" Ryan kembali memaki tante Lusi dari dalam hatinya.

"Tante Lusi, jangan cerita seperti itu, aku takut dan sedih memikirkannya seperti itu!" Kira memegang telapak tangan kiri Ryan.. "Hmm.. Ada obat yang bisa aku berikan untuk menurunkan demamnya?" tanya Kira.

"Ryan tak suka minum obat, tapi kalau kau bisa memaksanya.." tante Lusi menghentikan kalimatnya membuka hand bagnya dan mengambil obat "Berikan ini padanya. Malam ini Ryan akan tidur pulas, dan besok pagi, kondisinya akan jauh lebih baik. Karena yang dibutuhkan adalah istirahat." tante Lusi memberikan obat pada Kira dan tersenyum.

"Ryan akan meminumnya, terima kasih."

"Apa kau bilang? Aku tak akan meminumnya! Kembalikan!" Ryan menatap kesal ke Kira.

"Iish.. Kau ni." Kira tak memperdulikan Ryan dan menatap Asisten Andi. "Asisten Andi, apa ada bahan makanan di rumah ini?"

"Ada, nyonya Muda, semua sudah disiapkan di dapur, saat Tuan Muda bilang ingin datang ke Villa ini." Asisten Andi menjelaskan..

"Ah, baiklah.. Ryan, kau tunggu disini, aku siapkan makan dulu untukmu, baru kau minum obat ya!"

"Hey, aku tak mau obat.. Apa kau tuli?" Ryan berteriak berbicara memanggil Kira, tapi tak dihiraukan oleh Kira. Dia tetap berjalan menuju dapur membuat makanan untuk Ryan.

"Hai Ryan.. Sudah lama kau tak mengunjungiku!" Dokter Farida duduk di tempat Kira duduk tadi.

"Hahahha.. Minggir kalian berdua, jangan dekat-dekat denganku. Aku tak suka berdekatan dengan wanita tua!" Ryan melipat tangannya tak ingin tangannya dipegang.

"Jangan terlalu kasar Ryan.. Kita harus bicara.. sudah lama, kan kau tak mengunjungiku! Apa kau tak ingin bercerita sesuatu padaku? Apa nenek tua ini bukan lagi pendengarmu yang baik?"