webnovel

Perjalanan Cinta KIRA

Shakira Chairunisa yang ingin menyelamatkan ayahnya dari kesalahan masa lalu, akhirnya setuju untuk menikah dengan seorang pemuda kaya usia 30 tahun bernama Ryan Adiantara, pemilik kerajaan bisnis Rich Tech Company. Pernikahan tanpa cinta yang dilandasi oleh dendam Ryan kepada ayah istrinya membuat kehidupan wanita berusia sembilan belas tahun itu hidup bagaikan dalam neraka. Ditambah dengan penyakit mental yang di derita Ryan, membuat semua menjadi semakin berat dari hari ke hari untuk Kira. Akankah keberuntungan berpihak pada Kira? Bisakah Kira bertahan dengan semua kesulitan yang dialaminya? Akankah Kira mampu memperjuangkan masa depan dan kebebasannya dari belenggu kekejaman Ryan? Mimpi untuk menjadi seorang scientist.. Akankah itu terwujud? Ikuti kelanjutan kisahnya dalam novel bergenre romantic - Perjalanan Cinta KIRA

Ri_Chi_Rich · Urban
Not enough ratings
102 Chs

Meja Operasi

"Dia sedang hamil? Dia mengandung anakku?" HatI Ryan bagaikan dihujam ribuan samurai. Rasa sakit tak tertahankan disana. Sebelumnya Dia tak pernah berpikir akan menghamili seorang wanita, karena Ryan selalu melakukannya dengan aman. Tapi pada Kira, Dia memang tak pernah memakai pengaman. Sejak awal, Ryan seperti lupa untuk memakai pengaman. Dia selalu melakukannya langsung.

"Sha.. Maafkan Aku.. Aku sudah telat kembali dan membiarkanmu menjadi seperti ini." Rasa sedih yang mendalam dirasakan oleh Willy. Sakit dihatinya. Tak dapat ditutupi olehnya. Air matanya bahkan mengalir melihat kondisi Kira sekarang.

"Beritahu ruang operasi, siapkan Kuretase sekarang juga! Pasien emergency" Williy memanggil perawat masih sambil menangis. "Siapkan darah, paling sedikit lima kantong. Golongan darah B Rh negatif." Pinta Willy lagi.

Willy meletakkan kepalanya di sepatu Kira. "Maafkan Aku, Sha.. Maafkan Aku telat kembali.. Maafkan Aku." Willy masih terus menangis disana, untuk beberapa saat tanpa memperdulikan Ryan dan Dokter Lusi.

"Hmm.. Dokter Willy, ruang operasi sudah siap!" Perawat agak takut menghampiri Willy yang masih menangis menaruh kepalanya dikaki Kira.

"Bawa pasien ke ruang operasi sekarang juga!" Willy menghapus air matanya. Berjalan lebih dulu ke ruang operasi. Perawat juga mendorong tempat tidur menuju ruang operasi.

"Ryan, Aku akan masuk ke ruang operasi menemani Dokter Willy dan Kira. Gantilah bajumu, dan tunggulah didepan ruang operasi jika Kau ingin menunggu atau pulanglah jika Kau ingin beristirahat. Kira akan baik-baik saja! Kau bisa menemuinya besok setelah Dia sadar." Dokter Lusi menjelaskan dan meninggalkan Ryan Dan Asisten Andi.

"Hamil.. Jadi Dia sedang mengandung anakku.. Dan Aku menyiksanya, memukulinya hingga Dia keguguran, hingga anakku mati?" Dada Ryan semakin sakit mengingat hatinya terus-terusan mengingat keguguran Kira.. "Lelaki tadi.. Dia menangisi wanitaku.. Apa Dia sangat mencintainya? Apa dulu kehidupan mereka berdua sangat bahagia? Apa Dia sangat bahagia dengan lelaki tadi? Dia tak bahagia denganku, bukan? Lelaki yang hanya bisa menyiksanya?" Dada Ryan semakin sesak. Hatinya semakin tak menentu. Ryan tak bisa berpikir lagi. Ryan sangat kecewa dengan apa yang telah diperbuatnya.

"Tuan Muda.." Suara Asisten Andi sangat pelan.

"Hufff.. Apa yang sudah Anda lakukan, Tuan Muda? Kali ini Aku juga bingung bagaimana menolong Anda.." Asisten Andi sangat sedih dengan yang dihadapi Tuannya. Ada rasa penyesalan tak mengecek ke dalam mobil tadi. "Tapi kalau Aku cek dan betulan mereka sedang wikwik, Aku pasti kena omel juga!" Asisten Andi bergumam kembali dalam pikirannya yang serba salah.

"Dimana ruang operasi?" Tanya Ryan ke Asisten Andi.

"Tuan Muda, sebaiknya ganti baju dulu. Anda harus steril untuk berada di lingkungan rumah sakit. Tidak berbau darah seperti ini. Anda tak bisa mendekati Nyonya Muda bila seperti ini." Asisten Andi mencoba membujuk Ryan. Dia tak bisa membiarkan Ryan terlihat kotor dengan banyak darah seperti ini. Bagaimanapun, Rich Tech Company akan dalam kondisi sulit bila Ryan tidak menjaga image nya. Itulah kenapa Asisten Andi selalu merapihkan dan memperbaiki image Ryan sebagai leadernya.

"Kita ke ruang Lusi, Aku akan ganti baju disana!"

"Baik Tuan Muda!"

Mereka berjalan menuju ruangan Dokter Lusi dengan Asisten Andi membawa baju ganti Reyhan yang tadi baru diambilkan dari bagasi mobil oleh Pak Man.

 

Sementara di ruang Operasi,

Willy tak henti-hentinya meneteskan air mata, bahkan sesegukan melihat Kira. Diruang operasi, Kira tanpa busana, dan memang prosedur operasi seperti itu.. Willy sangat profesional. Dia sebagai dokter melakukan kewajibannya pada pasien. Saat ini, tindakan kuret pada Kira. Tapi, Dia juga adalah orang yang sangat menyayangi Kira. Bahkan perpisahan mereka bukan karena mereka berbuat salah satu sama lain. Keadaan yang memisahkan mereka. Willy sadar, Ryan yang memisahkan mereka. Melihat semua lebam ditubuh Kira, melihat luka di wajah Kira, membuatnya semakin sesak.

"Dokter Muda, Kau sangat menyayangi wanita ini, rupanya.. Aku bisa melihat bagaimana Kau tersiksa saat ini.. Hufff.. Tapi maafkan Aku. Dia telah membuat ponakanku menjadi lebih baik dari hari ke hari. Bahkan hari ini, Aku melihat kebahagiaannya dari foto yang dikirim Andi! Aku tak akan membiarkan Kau mengambilnya dari keponakanku." Dokter Lusi, yang telah menjaga Ryan setelah kedua orangtua Ryan meninggal, tahu betul bagaimana hancurnya keponakannya itu. Saat ini, Dia sudah ada harapan akan kesembuhan Ryan setelah bersama Kira. Membuat Dokter Lusi akan menjaga wanita yang sedang mendapatkan tindakan kuretase ini untuk tetap berada disisi Ryan.

Setelah lima belas menit di ruang operasi, proses kuretase akhirnya selesai. Persiapan dan proses dilakukannya tindakan ini sekitar empat puluh lima menit. Kira masih belum sadar, karena kondisinya sangat lemah. Kira mengalami pendarahan hebat tadi. Sehingga Kira harus menerima banyak transfusi darah.

"Tinggalkan Dia, Aku akan bersihkan tubuhnya!" Willy meminta perawat yang biasanya bertugas membersihkan pasien setelah operasi, untuk menjauh dari Kira.

"Dokter Muda.."

"Diamlah, Aku tahu Aku siapa, Dokter senior Lusi jangan khawatir. Aku sudah cukup baik untuk tidak melaporkan tindakan yang dikakukan oleh keponakannmu ke polisi dan membiarkanmu mengikuti operasiku." Willy tak ingin menggubris Dokter Lusi.

"Baiklah, Dokter Muda, Aku akan tetap disini menunggu hingga Kau selesai membersihkan dan mengobati luka-lukanya." Dokter Lusi memilih untuk membantu Willy, mengambikkan air dan obat-obat yang dibutuhkan Kira.

Willy mengambil air dan membersihkan tubuh Kira, termasuk luka-luka Kira. Memberikan obat diseluruh memar dan luka terbuka. Willy melakukannya dengan penuh tekanan, Dia tak berhenti mengeluarkan air matanya.

Sepuluh menit,

Akhirnya Willy Selesai membersihkan Kira, menyuruh perawat untuk mengantar Kira ke ruang observasi.

"Tunggu sampai pasien sadar, lalu bawa ke ruang perawatan!" Perintah Dokter Willy kepada perawat yang akan bertugas.

"Baik, dokter!" Perawat paham dan memakaikan Kira pakaian operasi. Sebelum dipindahkan ke ruang observasi.

Klek

Willy keluar dari ruang operasi, berjalan dan berdiri tepat didepan Ryan yang sedang duduk menunduk.

"Apa maumu?" Ryan yang menyadari keberadaan Willy dihadapannya, berdiri dari duduknya, dan menatap Willy.

BUG BUG BUG BUG

Tak ada kata yang dikatakan oleh Willy. Dia langsung memukul Ryan. Kemampuan bela diri Ryan harusnya bisa membuatnya menghindar dari pukulan-pukulan Willy yang bertubi-tubim tapi, tak ada keinginan Ryan untuk menghindar. Dia memilih membiarkan dirinya sendiri dipukuli oleh Willy. Hingga akhirnya, security yang dipanggil Dokter Lusi datang dan memisahkan Willy dari Ryan yang sudah babak belur.

"Aku akan buat perhitungan denganmu! Ingat kata-kataku, Aku akan mengambil Sha Sha darimu yang hanya bisa mencelakainya, membuatnya mengalami pendarahan sebanyak itu dan datang kepadaku dengan kondisinya yang kritis.. Kau.. Aku tak akan melepaskanmu! Ingat kata-kataku, Aku kan menghancurkanmu! Aaaargh...lepaskan Aku.. Lepaskaaaaan!" Willy berusaha lepas dari tangan para security. Kemudian Dia pergi meninggalkan Ryan yang sudah berlumuran darah, tapi tak berbicara apapun, hanya menatap Willy.

"Ryan, ayo keruanganku.. Kita obati luka-lukamu!" Bujuk Dokter Lusi.