webnovel

Perjalanan Cinta KIRA

Shakira Chairunisa yang ingin menyelamatkan ayahnya dari kesalahan masa lalu, akhirnya setuju untuk menikah dengan seorang pemuda kaya usia 30 tahun bernama Ryan Adiantara, pemilik kerajaan bisnis Rich Tech Company. Pernikahan tanpa cinta yang dilandasi oleh dendam Ryan kepada ayah istrinya membuat kehidupan wanita berusia sembilan belas tahun itu hidup bagaikan dalam neraka. Ditambah dengan penyakit mental yang di derita Ryan, membuat semua menjadi semakin berat dari hari ke hari untuk Kira. Akankah keberuntungan berpihak pada Kira? Bisakah Kira bertahan dengan semua kesulitan yang dialaminya? Akankah Kira mampu memperjuangkan masa depan dan kebebasannya dari belenggu kekejaman Ryan? Mimpi untuk menjadi seorang scientist.. Akankah itu terwujud? Ikuti kelanjutan kisahnya dalam novel bergenre romantic - Perjalanan Cinta KIRA

Ri_Chi_Rich · Urban
Not enough ratings
102 Chs

Kakak Alumni

"Terma kasih, Sari!" Kira yang sudah memasukkan buku kembali ke dalam tasnya, bergegas keluar dari mobil.

"Saya parkir mobil dulu, Nyonya Muda."

Kira berjalan cepat, setengah berlari menuju ruang kelasnya. Hari ini akan ada kelas khusus. Profesor akan mengundang salah satu alumni terbaik di kampus, yang saat ini bekerja di Bettis Atomic Power Laboratory di Yongbyon - Jepang. Kakak alumni ini sedang berlibur setelah lima tahun tak kembali ke Indonesia. Jadi, hari ini adalah hari sangat penting untuk Kira.

Dan

"Aaaaakh!"

Kira berjalan, tapi setengah berlari cukup cepat. Sehingga tanpa sadar melewati jalanan yang baru di pel. Kira tak memperhatikan penanda bahwa jalanan licin dan membuatnya terpeleset terjungkil ke belakang. Kira memejamkan mata bersiap merasakan sakitnya bersentuhan dengan lantai kampusnya.

Tapi..

Kira membuka matanya. Beberapa detik Kira Diam.

"Astaghfirulloh!"

Kira segera berdiri, berusaha menyeimbangkan. Dan orang dibelakangnya juga membantu Kira stabil. Tapi segera Kira menepis tangan laki-laki yang menyentuhnya itu.

"Maafkan saya!"

Kira segera jongkok mengambil bukunya yang berserakan.

Yah, seorang pria menangkap tubuh Kira sebelum mendarat ke lantai. Menaruh Kira dalam pelukannya, dan mata mereka saling berpandangan saat Kira membuka mata.

Pria itu membantu mengambilkan beberapa buku Kira dan memberikannya ke Kira.

"Terima Kasih." Kira mengambil buku dengan hati-hati menghindari bersentuhan dengan tangan pria tadi.

"Nyonya Muda.. Apa ada masalah?" Sari yang datang setengah berlari dari arah belakang menyapanya.

Ya, Sari memang ditugaskan Ryan untuk selalu disisi Kira selama dikampus. Sari ikut masuk ke dalam kelas, ikut bersama Kira saat bersama teman-temannya, atau menemani Kira saat praktikum.

"Aku gapapa, hanya tadi tergelincir. Lantainya licin." Kira berdiri, Sari sudah memegang tangan Kira.

"Terima kasih, bantuannya. Permisi!" Kira sedikit membungkuk ke arah pria tadi dan pergi bersama Sari meninggalkannya tanpa berkata apa-apa lagi.

Untuk Kira, pertemuan dengan Pria itu sudah selesai. Tapi tanpa sepengetahuan Kira, pria itu sudah memiliki perasaan berbeda saat melihat Kira. Tak pernah Dia merasakan desiran seperti ini saat bersama wanita. Tapi melihat Kira, detak jantungnya seakan tak normal. Senyum kecil sudah tersungging dibibirnya.

"Sudah menjadi istri orang, ternyata!" Gumam Pria itu dengan suara yang hanya bisa didengar oleh telinganya.

Klek

Ruang kelas.

Kira membuka pintu, dan memasuki ruang kelasnya.

"Kiraaaa!!" Rini, sahabat Kira sudah melambaikan tangan, dengan menunjukkan kursi kosong disebelahnya. Hari ini, mata kuliahnya, Kimia Dasar 2. Mahasiswa yang akan mengikuti kuliah, berjumlah hampir dua ratus orang. Karena bukan hanya jurusan Kimia yang mengambil mata kuliah hari ini. Beberapa jurusan lain juga mengambil mata kuliah Kimia Dasar.

Kira berjalan dan duduk disamping Rini. Dengan Sari duduk disamping Kira.

"Makasih, Rin.. Hufff.. Udah penuh aja ni kelas! Dateng jam berapa lu, udah bisa dapet tempat disini?"

Posisi PW. Gimana enggak, dibaris ketiga dari bawah ga terlalu jauh dan ga terlalu dekat sangat pas! Barisan yang selalu diincar mahasiswa.

"Gue penasaran sama Kak Farid. Dari yang gue denger, ganteng banget, lho Ra! Sampe deg degan gini gue dari pagi!"

Kira hanya melirik sahabatnya sambil geleng-geleng.

"Sari, tasku."

"Ini Nyonya Muda." Sari menberikan tas Kira. Dan Kira mengambil buku mata kuliah hari ini, modul praktikum beserta alat tulisnya. Lalu memberikan kembali pada Sari tasnya.

"Terima Kasih, Sari! Hmm.. Kalau Kamu bosan, Kamu bisa menunggu di luar. Aku gapapa kok!"

"Tidak apa Nyonya Muda, Saya akan menunggu disini." Sari tersenyum padaku.

"Ra, liat.. Gue udah cantik belom?" Rini sudah memegang kaca ditempat bedaknya dan memoles wajahnya dengan riasan yang masih bisa ditolerir kampus. Sedikit ditambahkannya blush on.

"Haduuuuh.. Elu tu Rin! Mau belajar apa mau ngecengin alumni, sih?" Kata Kira sekenanya. Kira juga sebetulnya menunggu hari ini. Bagaimana enggak, Kira ingin sekali bisa bekerja di pusat penelitian sebesar itu. Kira penasaran, seperti apa di dalam sana. Apa yang orang lakukan di dalam sana, dan bagaimana caranya supaya bisa bekerja di sana.. Ini yang membuat Kira sangat antusias dengan kuliah hari ini.

"Gapapalah, gue juga mau punya suami ganteng kaya elu, kan Ra! Udah ganteng, perhatian banget, sampe istrinya kuliah juga diperhatiin, dianterin sama asisten pribadi.. Iiih.. Cute banget ga siiiiii... Bikin iri jomblo sedunia! Hahahaha"

Kira hanya geleng-geleng kepala menanggapi guyon sahabatnya.

Jauh di dalam hatinya, Kira sudah bergumam "Elu aja yang ga tau gimana perlakuan suami gue tiap hari! Kalau lu tau, ngimpi juga lu ga akan mau nikah sama suami gue! Hahahaha.."

Dan cepat-cepat Kira merubah haluan pikiran dikepalanya.

"Astaghfirulloh!! Ya Rob.. Maafkan Aku yang sudah memaki suamiku dan menuduhnya berbuat dzali**m!"

Kata-kata itu diulangi Kira. Karena merasa bersalah telah memaki suaminya.

Profesor Wahyu diikuti asistennya, Kak Desi, sudah memasuki ruangan. Seketika riuh suara berubah menjadi senyap. Mahasiswa yang berlalu lalang sudah kembali duduk dikursinya masing-masing. Kira juga sudah bersiap membuka bukunya.

"Selamat Pagi!"

"Selamat Pagi, Prof!" Jawab Mahasiswa serentak.

"Sesuai dengan janji Saya minggu lalu, hari ini Kita kedatangan tamu spesial! Salah satu mahasiswa kebanggaan Saya, mahasiswa berprestasi, lulusan terbaik universitas ini, mampu menyelesaikan S3 nya sebelum berusia dua puluh lima tahun, bekerja di salah satu badan penelitian terbesar di dunia, hari ini.. Akan hadir mengisi kuliah Kita! Saya harap, Anda semua bisa mengambil pelajaran dari pengalaman yang disampaikannya. Dan satu lagi, Anda bisa menyiapkan semua pertanyaan. Setelah kuliah singkat yang diberikannya, akan ada sesi tanya jawab. Manfaatkan momen ini untuk bertanya hal yang paling penting!"

"Baik Profesoooor!"

Semua sudah tak sabar mendengar penjelasan profesor. Mereka ingin cepat profesor memanggil alumni yang dijanjikan profesor. Terutama mahasiswi yang percaya atau ga percaya, mereka semua menampilkan penampilan terbaiknya. Kira ga pernah melihat hal ini terjadi sebelumnya. Tapi, hari ini.. hampir semua mahasiswi sudah seperti Rini sahabatnya. Berharap ada keajaiban bisa berdekatan dengan Kakak alumni. Hihi. Membuat Kira geli sendiri. Untungnya, tak ada yang melihat Kira menertawai mereka. Kira memakai cadar, ini memberikan keuntungan bagi Kira menyembunyikan ekspresinya.

"Baiklah, Silahkan masuk Farid!" Suara mikrofon menggema diruangan, Kak Desi berlari membuka pintu untuk Farid, disambut riuh tepuk tangan seluruh peserta kuliah hari ini. Hanya Kira. Yah, hanya Kira yang tidak bertepuk tangan melihat orang yang masuk kedalam.

Apabila kelihatan semua orang, pipi Kira sudah bersemu merah melihat Kak Farid, Alumni terbaik.. Yang tak lain adalah pria yang tadi menangkapnya saat terpeleset. Wajah Kira bertemu dengan wajahnya sangat dekat. Membuat Kira sedikit gerogi.. Pandangan Farid yang sangat teduh, ada senyum tulus disana juga, sempat membuat hati Kira terlonjak terkena serangan listrik.

"Astaghfirulloh.. Astaghfirulloh!" Kira bersegera mengulangi istighfar didalam hatinya, menundukkan pandangan ke buku kuliahnya. Tak berani lagi menatap Faris.

"Oh Godddd.. Duh.. Kira... Kira... Pegangin tangan Gue coba.. Biar Gue ga lari kedepan.. Ngeliat dewa seganteng itu turun ke bumi!"

"Hussss... Istighfar! Jangan diliat, zina mata Lo!" Kira mengingatkan sahabatnya, Rini.

"Aduuuuh.. Mubazir kalo ga diliat.. Kapan lagi Lo liat cogan kaya gitu.. Haaaah.. Gue ga bisa napas, Ra... Jantung Gue.. Aduuuh.."

Terus aja Rini ngoceh dikuping Kira yang lebih mirip suara lebah untuk Kira. Bahkan Dia ga bisa konsentrasi dengan apa yang disampaikan Farid karena Rini terus mengoceh mengganggu Kira.

Cogan.. Cogan.. Cogan.. Hampir semua mahasiswi sepertinya terpana dengan Farid. Kira semakin dibuat pusing. Satu jam pelajaran, Kira ga dapet apa-apa. Bahkan sirna sudah semua harapannya untuk tahu informasi tentang badan riset di jepang itu. Kira juga.. Kalau boleh jujur, sudah dag dig dug juga hatinya dan bersemu merah pipinya melihat Farid. Tapi, tentu saja tak ada yang melihatnya. Kira kan pakai niqob. Hehe..

"Sesi pertanyaan dibuka!" Setiap peserta bisa memberikan pertanyaan. Sesi ini berlangsung sampai satu jam kedepan.

Beberapa pertanyaan diajukan, dijawab dengan cepat dan lugas. Farid memang pandai dan berpikir efisien. Setiap jawaban yang diberikannya sungguh memuaskan.

"Lo ga nanya, Ra?"

"Ga ada pertanyaan, Gue!" Kira masih nunduk sambil membaca ulang modul praktikumnya sebagai pengalih perhatian dari Farid, yang sesekali tertangkap oleh mata Kira juga memandangnya.

Apa Farid mengenalinya? Kira bertanya dalam hatinya.

Pertanyaan yang sudah jelas jawabannya. Tentu saja Kira sendiri dapat menjawabnya. Dialah satu-satunya yang pakai niqob dikampusnya. Tentu saja, Farid mengenalinya dan pasti masih ingat dengan peristiwa tadi diluar.

Hufff.. Semoga Dia ga berpikir macam-macam. Kira berharap dari dalam hatinya.

"Pertanyaan terakhir!" Profesor memberikan pengumuman.

Seorang mahasiswi terpilih untuk bertanya, diberikan mikrofon oleh asisten dosen, Kak Desi. Lalu mahasiswi itu mulai melontarkan pertanyaannya.

"Kak Farid yang ganteng.." Belum juga mahasiswi itu menyelesaikan pertanyaannya,

"Cieeeeeee..." Seluruh kelas sudah riuh siul-siulan

"Harap tenaaaang!" Prof Wahyu mengeluarkan taringnya untuk menghentikan riuhnya mahasiswa. "Lanjutkan pertanyaan!" Minta prof Wahyu kemudian.

"Ehmmm boleh tanya ga, pertanyaan terpenting dari hatiku, kakak sudah nikah atau belum? Kalau belum, udah punya pacar belum?"

"Hooooooo..swit switttttt.. Cieeee.. Eaaaaaaa" Otomatis semua mahasiswa diruangan menjeritkan kata-kata ini.

Farid tertawa. Senyumnya sangat manis. Sejujurnya, Kira juga jadi menaruh perhatian dengan pertanyaan tadi. Ingin tahu apa jawaban Farid. Dia memberanikan diri menatap Farid.

"Jaawaaab.. Jawaaaab.. Jawaaaab..." Mahasiswi perempuan mulai menyuarakan kata-kata ini, membuat bising ruang kelas. Termasuk Rini yang berteriak cukup keras. Membuat pekak telinga Kira.

Farid menempelkan jari telunjuknya dibibirnya. Menandakan seluruh peserta kuliah harus diam.

"Saya jawab ya, tapi jangan berisik!" Farid tersenyum. "Saya belum menikah.. Saya juga belum punya pacar, tapi.."