webnovel

Perjalanan Cinta KIRA

Shakira Chairunisa yang ingin menyelamatkan ayahnya dari kesalahan masa lalu, akhirnya setuju untuk menikah dengan seorang pemuda kaya usia 30 tahun bernama Ryan Adiantara, pemilik kerajaan bisnis Rich Tech Company. Pernikahan tanpa cinta yang dilandasi oleh dendam Ryan kepada ayah istrinya membuat kehidupan wanita berusia sembilan belas tahun itu hidup bagaikan dalam neraka. Ditambah dengan penyakit mental yang di derita Ryan, membuat semua menjadi semakin berat dari hari ke hari untuk Kira. Akankah keberuntungan berpihak pada Kira? Bisakah Kira bertahan dengan semua kesulitan yang dialaminya? Akankah Kira mampu memperjuangkan masa depan dan kebebasannya dari belenggu kekejaman Ryan? Mimpi untuk menjadi seorang scientist.. Akankah itu terwujud? Ikuti kelanjutan kisahnya dalam novel bergenre romantic - Perjalanan Cinta KIRA

Ri_Chi_Rich · Urban
Not enough ratings
102 Chs

Buka Segel

Ryan menengok ke Kira. "Kau mengalihkan pandanganmu dari kasur ini, ayahmu mati!" Ryan menggoyangkan foto dalam handphone menunjukkan ke Kira, ayahnya yang sudah terikat memakai pakaian tahanan penjara, dengan seorang yang memegang pistol mengarah ke kepala Ayahnya.

"Iya Aku paham." Kira ketakutan tak berani melepaskan pandangannya dari kasur. Hingga Ia memandang tubuh Ryan polos. Membuat Ryan tertawa menghinanya.

"Melly, Vero, puaskan Aku!" cukup dengan kata itu, kedua wanita tak tahu malu tadi langsung naik ke tubuh Ryan. Yang satu naik Menjilati tubuh bagian atas Ryan, yang satu mengulum bagian bawah Ryan, dan melalukan apapun yang membuat Ryan mendesah, kedua wanita itu juga sama. Ryan tak merubah posisinya, tak menyentuh wanita itu, mereka melakukan semaunya ditubuh Ryan, tanpa Ryan memegang dan menyentuh tubuh mereka dengan tangannya. Kedua tangan Ryan berada dibelakang kepala Ryan dan Ryan terus memandangi Kira. Dengan dua wanita bermain di tubuh Ryan. Hingga dua jam, akhirnya permainan itu berhenti. Ryan menyuruh kedua wanita tadi pergi. Dengan posisi Ryan masih dikasur itu, dan Kira masih duduk dikursi yang sama.

"Kita sudah berdua!"

Kira segera membuka cadarnya, dan menatap Ryan. Entah apa yang dipikirkan Ryan waktu itu. Dia memandangi wajah Kira sangat lama. Sebelum akhirnya menyuruh Kira membuka niqob.

"Bersihkan tubuhku!"

Kira langsung mengambil tissue dan membersihkan tubuh Ryan. Lalu masuk ke kamar mandi, menyiapkan Air mandi Ryan.. Seperti yang telah seminggu ini Kira lakukan.

"Tuan, Hamba sudah siapkan air mandinya."

Ryan duduk dan belum beranjak dari kasur. "Kau lihat apa yang tadi mereka lakukan?"

"Iya Tuan."

"Bagus! Sekarang buka bajumu!"

"Hah?" Kira sangat panik... Hatinya berdegup kencang.

"Apa Kau tuli?"

Kira sudah menangis. Kira yang masih perawan. Belum pernah melakukan yang seperti itu, Dia sangat ketakutan.

"Apa Kau ingin Aku menyuruhnya menembak ayahmu sekarang?" Ryan mengambil lagi handphonenya.

Kira langsung membuka pakaiannya setelah mendengar ancaman Ryan. Walaupun matanya masih bercucuran Air mata.

Tubuh polos Kira akhirnya terlihat. Ryan menatapnya, dan untuk beberapa saat, Ryan hanya memandangi Kira yang menangis sambil berusaha menutupi bagian penting dengan tangannya.

"Jauhkan tanganmu dari sana!"

Kira segera menjauhkan tangannya, dengan matanya menatap langit-langit atas.

"Tatap Aku!" Ryan sudah berdiri dihadapan Kira.

Kira menuruti perintah Ryan.

"Ikuti Aku!" Ryan berjalan ke kamar mandi, masuk ke bath tub, duduk ditengah-tengahnya.

"Gosokkan punggungku!" Pinta Ryan.

Kira berdiri disamping dan menggosokkan punggung Ryan.

"Masuk ke bathtub!" Ryan melirik Kira dengan tatapan tak suka melihat Kira berada di luar bathtub. Padahal Dia sudah menyisakan tempat dibelakangnya untuk Kira.

Kira mengangguk, dan masuk. Menggosokkan punggung Ryan. Tanpa diduga Kira, Ryan membalikkan badannya, tangannya memegang ujung gunung kembar Kira yang membuat Kira memekik.

"Apa Aku menyuruhmu berteriak?" Ryan menatap mata Kira.

Kira menggeleng, dan menangis sambil tangannya memegang tangan Ryan.

"Kau berani memegang tanganku, apa mau hidup Ayahmu Aku akhiri sekarang?"

"Maaf Tuan.. Silahkan lakukan apapun pada tubuh hamba, tapi jangan bunuh ayah hamba." Kira bicara dengan masih menangis dan melepaskan tangannya dari tangan Ryan, menurunkan tangannya, hingga tenggelam didalam air menyentuh dasar bathtub.

"Ryan memilin pelan ujung tertinggi dada Kira, menjilat dan mengulum."

Kira yang awalnya menangis, memejamkan mata dan menahan teriakan dimulutnya, karena mulai merasakan geli. Kira terus berusaha menahan, walaupun sulit. Dan tubuhnya menjadi Kaku. Membuat Ryan tertekan dan tak bisa menikmati.

"Lepaskan perasaanmu! Jangan ditahan! Aku tak suka!" Perintah Ryan.

"Tapi Hamba mau teriak, geli." Kira menjelaskan. Kira takut, Ryan akan membunuh ayahnya jika mendengar teriakan Kira seperti ancaman Ryan saat Kira pertama berteriak tadi.

"Teriaklah, lepaskan emosimu!" Mata Ryan menatap Kira. "Apa Kau lihat tadi di ranjang? Aku selalu dilayani dan tak pernah memulai duluan. Tapi kini Aku pertama kali memulai! Lepaskan emosimu, buat Aku mendengarnya!"

Akhirnya, Kira membiarkan dirinya melepaskan semua emosi. Kira berteriak, mendesah, bahkan Ia sampai lupa siapa Ryan, berani menjambak rambut Ryan dengan sangat kencang.

"Tuan.. Tolong hentikan, Hamba mau pipis!" Kira berteriak sambil menjambak Rambut Ryan.

"Haaah.. Kau sudah mau keluar padahal Aku belum memasukkan ke dalam sana!" Ryan tertawa melihat Kira. Dan terus merangsangnya.

"Aaaah.. Tuan, maafkan.. hamba pipis." Teriak Kira yang ketakutan karena berani membuang hajat di bathtub. wajah Kira memerah karena ketakutan.

"Apa Kau pernah melakukan ini sebelumnya?"

Kira menggeleng.

"Baiklah, Kita lihat, Kau berbohong atau jujur. Ada konsekuensi bila Kau membohongiku!" Ryan lalu keluar dari bathtub dan menggendong Kira keluar, menaruh ke ranjang tanpa mengeringakan badan mereka dulu.

Lalu naik ke tubuh Kira, memasukkan miliknya.

"Aaaaah.. Sakiiiiit.. Ampuuun" Kira berteriak sejadi-jadinya.

"Kau sempit, ShaKira Chairunisa! Aku baru rasakan yang sempit begini. Kau juga yang pertama membuatku bekerja seperti ini.. menyentuh, bahkan memuaskan bukan dipuaskan."

Kira tak peduli apa yang dikatakan Ryan. Dia merasa sakit sekali, hingga otaknya tak bisa merespon apapun selain rasa sakitnya. Hingga entah berapa lama, akhirnya Ryan berhenti setelah mencapai apa yang iinginkannya. "Aaaah.. Tuan, maafkan Aku, Aku ga tahan dan pipis berkali-kali dikasur ini!" berbarengan dengan Kira yang berteriak dan mengejan bersama Ryan.

"Itu bukan pipis. Aku suka kalau Kau mengeluarkan itu berkali-kali!" Ryan tersenyum yang menurut Kira, Ryan memandang rendah ke arah Kira.

Ryan bangun, dan melihat banyak bercak darah, cukup banyak menurut Ryan. Berceceran, menempel di sprei. Membuat Ryan tersenyum. Kira bingung mengekspresikan senyum Ryan. Tapi sejak saat itu, Kira tak lagi tidur di lantai dalam kamar Ryan. Sejak saat itu, Ryan mengizinkan Kira untuk tidur dikasur disebelahnya. 

Flashback off

"Haaah.. Apa yang Aku pikirkan? Kenapa jadi memikirkan hari itu? Kira bodoh! Bodoh! Bodoh!" Kira memukuli kepalanya sendiri!" menarik napas dalam-dalam. "Hufff.. Untung hari ini Dia tak menyuruhku duduk di kursi seperti dulu. Aku masih sempat kabur, tadi." Gumam Kira yang masih sangat takut untuk melihat Ryan melakukan itu bersama wanita lain. "Rasanya menjijikkan menonton Dia bermain dengan wanitanya.. Membuat banyak cairan keluar pas menonton mereka melakukannya. dan celanaku basah." Pikiran Kira mengingatkan lagi pada moment disana.

"Aaaah.. Lupakan, lupakaaaaan!" Kira menggelengkan kepalanya masih sambil memukul kepalanya. "Ingat, ya Kira.. Kamu hanya budaknya! Dia mau Kamu sebagai penebus kematian orang tuanya. Jadi Kamu cuma jaminan supaya Ayah tetap hidup!" Kira tersenyum. "Sekarang ga penting Dia mau tidur sama siapa.. Toh memang tiap malam Dia tidur sama perempuan beda-beda! hahahah..." Kira menghibur diri. "Yang penting, Kamu harus bisa jadi budak yang baik, Kira! Ingat goal mu.. Berusaha untuk mendapatkan izin dari Ryan, supaya bisa bekerja di pusat penelitian setelah lulus! Semangaaaaat!"