webnovel

Perjalanan Cinta KIRA

Shakira Chairunisa yang ingin menyelamatkan ayahnya dari kesalahan masa lalu, akhirnya setuju untuk menikah dengan seorang pemuda kaya usia 30 tahun bernama Ryan Adiantara, pemilik kerajaan bisnis Rich Tech Company. Pernikahan tanpa cinta yang dilandasi oleh dendam Ryan kepada ayah istrinya membuat kehidupan wanita berusia sembilan belas tahun itu hidup bagaikan dalam neraka. Ditambah dengan penyakit mental yang di derita Ryan, membuat semua menjadi semakin berat dari hari ke hari untuk Kira. Akankah keberuntungan berpihak pada Kira? Bisakah Kira bertahan dengan semua kesulitan yang dialaminya? Akankah Kira mampu memperjuangkan masa depan dan kebebasannya dari belenggu kekejaman Ryan? Mimpi untuk menjadi seorang scientist.. Akankah itu terwujud? Ikuti kelanjutan kisahnya dalam novel bergenre romantic - Perjalanan Cinta KIRA

Ri_Chi_Rich · Urban
Not enough ratings
102 Chs

Belanja

"Haaah? Mkasudnya?"

"Fuuuuuh... Kau Suka atau enggak pergi kesini bersamaku?" Jawab Ryan yang sedikit kesal dengan Kira yang sangat bodoh menurutnya.

"Aaaah, tentu saja Aku senang.. Aku sudah ga pernah ke Mall sejak tiga bulan lalu, biasanya Aku pergi seminggu sekali atau dua kali sama Rini dan Deby." Jawab Kira polos.

"Temanmu?"

Kira mengangguk.

Ryan melanjutkan langkahnya. Menuju sebuah gerai gadget berlambang buah apel digigit.

"Selamat malam, Kakak.. Ada yang bisa dibantu?" Seru pramuniaga wanita ramah sambil melihat Ryan..

"Aku mau yang itu." Ryan menunjuk sebuah macbook Rosegold berukuran 12 inchi.

"Hmm.. Yang itu ukurannya sama besar dengan yang Aku buang tadi.. Huff... Kenapa Aku membelikannya itu? Ah, sudahlah.. Hitung-hitung kompensasi tadi Aku buang laptopnya!" Ryan mencoba membela diri dari pengadilan hatinya.

"Baik kakak.. Mau diproses sekarang?"

"Andi!"

Andi segera mendekati pramuniaga itu dan menggurus pembayaran. Ryan ga suka menunggu mengurus pembayaran jadi Dia lebih memilih untuk melihat-lihat kalau ada yang mau dibelinya lagi, atau pergi ke tempat tujuan lainnya.

"Andi! Aku mau ini satu!" Ryan menunjuk sebuah Iphone 12 pro.

"Baik Tuan Muda!"

Ryan segera keluar dari toko menuju tujuan lainnya. Disusul Asisten Andi yang berlari mengikuti Ryan setelah membayar tadi. Pak Man, juga sudah ada didepan gerai untuk mengambil belanjaan.

"Hmm. Enaknya, jadi sultan! Mau belanja tinggal tunjuk.. Semua bisa dibeli! Suamiku.. Suamiku.." Kira mengomentari dalam hati cara belanja Ryan.

Kini Ryan sudah berdiri di depan gerai tas wanita. Tapi diurungkannya masuk, setelah melihat dari luar tak ada tas yang sama modelnya seperti yang telah dibuang Kira.

"Dimana si bajingan itu membeli tas seperti itu?" Pikir Ryan bingung.

"Ada tempat yang mau Kau kunjungi?" Ryan melirik Kira.

"Hmm. Aku boleh?" Kira memastikan sambil melihat Ryan tak percaya.

Ryan mengangguk

"Toko buku, ada gramedia ga?" Tanya Kira polos.

"Andi!"

"Iya Tuan Muda?" Andi mendekat.

"Dimana toko buku gramedia?"

"Lantai tiga Tuan Muda."

"Tunjukkan jalannya!"

"Baik Tuan Muda!"

Andi kali ini berjalan di depan. Segera menuju tempat yang diminta Ryan.

"Sepertinya Aku tahu tujuannya belanja untuk siapa! Hahhaa.. Akhirnya setelah tiga bulan, Kau mulai luluh! Baguslah.. Aku juga sudah tak tega melihatmu menyiksa dirimu sendiri dan istrimu!" Andi bersyukur jauh didalam hatinya untuk Ryan.

Di depan Gramedia, Kira begitu senang sampai bersemangat menggandeng tangan Ryan untuk masuk.

"Hahaha.. Ternyata tempat seperti ini tempat favoritnya!" Ryan tersenyum bahagia seperti melihat harta karun.

Kira menengok tepat disebelah Kiri melihat printer.

"Kita lewat sini ya!" Kira hanya memegang printer, melihat-lihat, lalu pergi. Seperti yang biasa dilakukannya dengan Rini dan Deby. Windows shopping..

"Kenapa Dia ga meminta padaku untuk dibelikan benda tadi? Dan menarikku ke tempat lain? Apa Dia ingin Aku inisiatif membelikannya? Tapi.. Aku ga mau membelikan kalau Dia ga meminta padaku!" Ryan coba menahan gengsinya.

Kira melihat buku-buku Kimia, membaca disana, buku yang sudah dibuka, tak ada lagi segelnya. Kira bahkan lupa ada Ryan. Dia membaca cepat di bab-bab yang sedang dicarinya. Beberapa buku.. Dan kemudian Kira tersenyum seperti baru mendapatkan harta karun.

"Yeaaaaay! Aku paham.." Kira sedikit berteriak lalu menaruh buku yang dibacanya.. Tersadar bahwa Dia ga sendirian. "Ah.. Suamiku.. Aku minta maaf.. Aku lupa Kau berdiri di sini.. Maafkan Aku.. " Kira menunduk panik..

"Kenapa membaca disini, tak dirumah?" Tanya Ryan. Dia sedikitpun tak marah. Ryan masih penasaran dengan yang dilakukan Kira.

"Oh, ya iyalah.. Aku baca disini.. Aku cuma ingin dapat informasi bab ini!" Kira menunjukkan bab yang dibacanya. "Aku coba cari perbandingan dari berbagai buku. Sama nanti dari internet dan youtube. Termasuk buku diktat dan hasil praktikum. Aku udah paham.. Jadi, nanti Aku bisa tulis laporan, hehe.." Ryan tahu Kira tertawa dari balik cadarnya.

"Kenapa tak membelinya? Kau bisa baca dirumah?"

"Haaah? Enggaklah, kalau bisa baca gratis, kenapa Aku mesti beli? Aku kan bukan sultan kaya Kamu yang main tunjuk bisa beli.. Aku beli sesuatu yang memang penting untukku saja." Kira bengong beberapa saat menyelesaikan kata-katanya. "Ah Astaghfirulloh.. Aku kesini memang ingin beli sesuatu yang penting! Ayo!" Kira menarik tangan Ryan.

"Sultan? Apa tadi Dia bilang? Jadi Dia menganggapku se-agung Sultan? Hahaha!" Hati Ryan semakin berbunga.

Kira berhenti di stasiun tas. Dia mencari-cari tas. Hingga mendapat satu tas selempang yang disukainya.

"Aku sudah dapat.. Maaf menunggu lama!"

"And.." Kira menutup mulut Ryan.

"Haaaah.. Apa-apaan wanita ini, berani berbuat seperti itu ke Tuan Muda? Habislah Kau!" Andi sangat kaget dalam hatinya juga khawatir Ryan akan marah pada wanita itu.

"Ga usah suamiku! Ayo!" Ryan masih kaget Kira berani menutup mulutnya lagi seperti tadi. Tapi, belum sempat Ryan mau ngomel, Kira sudah menarik lagi tangannya, memegang telapak tangan Ryan dan membuat hati Ryan bagaikan kebun bunga. Rasa marahnya pun sirna.

Kasir tak ramai, Kira langsung berdiri di kasir dan mengeluarkan dompet dari kantongnya.

"Hey, mau apa Kau?" Tanya Ryan

"Bayar, kan Aku mau beli tas.. Tas satu-satunya yang Aku punya, tadi sudah Aku buang." Kata Kira polos.

"Dari mana Kau punya uang?"

"Tabunganku dulu.. Dari uang jajan sama beasiswa." Jawab Kira lagi.

"Beasiswa?"

Kira mengangguk

"Kalau begitu mulai besok Aku suruh kampusmu menghentikan beasiswamu!" Ryan Marah dan ingin berbalik meninggalkan Kira.

Tanpa diduga, Kira memeluk Ryan dari belakang, merangkul pinggang Ryan..

"Maafkan Aku suamiku... Tolong jangan hentikan kampusku memberi beasiswa. Aku akan kesulitan bayar kuliah.. Aku mohon.. Aku ingin menggapai impianku.. Aku harus tetap kuliah." Kira mengungkapkan apa yang ada didalam hatinya.

"Hey.. Orang-orang melihatmu memelukku. Gadis bodoh! Jadi Kau ingin menunjukkan bahwa Aku suamimu yang penuh Kuasa didepan orang-orang ya?" Hati Ryan kembali berbunga dan berbalik memeluk Kira.

"Baiklah! Aku ga akan intervensi kampusmu! Tapi tas mu biar Aku yang bayar, mengerti?"

"Iya.." Jawab Kira.

"Hufff.. Bilang aja kenapa kalau mau bayarin tas Aku.. Ga usah pakai ngancem dulu begitu bikin hatiku ketakutan gini!" Kira ngedumel dalam hati.

Tanpa disuruh, Andi sudah dikasir membereskan masalah Tuan Mudanya. Dan membawa tas yang sudah dibeli yang lagsung diminta Ryan dengan tangannya yang menengadah ke Asisten Andi.

"Ini Tuan Muda!"

Ryan melepaskan pelukannya. "Pakai ini!" Memberikan tas ke Kira setelah Ryan membuang label harganya.

"Andi!"

"Iya Tuan Muda?"

"Beli semua buku yang tadi dibaca Nyonya Muda ShaKira Chairunisa!"

"Baik Tuan Muda!"

"Hey.. Jangaaaan, berhenti.. berhenti!" Kira menghadang dengan tangannya ke Andi. Lalu menatap Ryan "Suamiku.. Ga usah di beli.. Itu pemborosan.. Pemborosan itu temannya setan dan dibenci Alloh.. Sudah, ga usah dibeli. Aku juga sudah selesai membacanya. Aku ga harus memiliki buku-buku itu semua. Dan uangnya, bisa bermanfaat untuk yang lain. Sudah, yuk.. Keluar!" Kira menarik Ryan.

"Kenapa Kamu jadi baik begini ke Aku? Hufff... Aku harus senang atau sedih ya?" Kira bertanya-tanya didalam hatinya.

"Apaaa? Wanita ini tak berminat dengan uangku untuk memenuhi semua kebutuhannya? Wanita seperti apa Dia yang tak tertarik dengan uang?" Ryan semakin penasaran.