1 Zyan Pratama

Pandangan seluruh pengunjung rumah sakit teralihkan saat seorang dokter baru saja melangkahkan kaki nya masuk kedalam rumah sakit. Ya, dia adalah Zyan Pratama dokter muda di RS CEMPAKA, rumah sakit terbesar di Jakarta. Kedatangan dokter Zyan mengundang banyak pasangan mata karena terkagum-kagum melihat ketampanan yang di miliki Zyan.

Zyan yang tingginya mencapai 180cm, rahangnya yang tegas, wajahnya yang datar, sifatnya yang cuek, serta tatapan dinginnya membuat siapa saja tertantang untuk mendekati dokter muda itu.

"Siang dokter Zyan.."sapa salah satu perawat berpapasan dengan Zyan di lorong rumah sakit.

"Siang,"jawabnya dingin.

"Dokter Zyan!"panggil seorang wanita memakai pakaian dokter juga.

Zyan menghentikan langkahnya ia, berbalik badan melihat siapa yang memanggil namanya. seketika dokter muda itu memutar bola matanya  malas karena yang memanggilnya adalah dokter Friska. dokter kandungan yang mengejar-ngejar dirinya sejak awal ia masuk.

"Selamat siang dokter Zyan.."sapa dokter Friska ramah dan tidak lupa mengukir senyum manis.

"Siang,"jawabnya singkat.

Dokter Friska mengulum senyuman. manik matanya menatap wajah tampan Zyan kemudian ia, mengalihkan pandangannya menatap jam yang melingkar di tangannya."Dokter habis ini kan jam istirahat, mau tidak makan bareng di luar sa-"

"Aku sibuk!"jawab Zyan memotong ucapan Dokter Friska.

Dokter Friska mengerucutkan bibirnya saat mendengar tolakan dari Zyan."Sekali saja dok, plisss.."ucapnya memohon.

Zyan melipat tangannya di dada, cowok itu menghembuskan nafasnya sebelum berbicara."Apa perlu ku ulangi kalau aku sibuk!"pekiknya langsung melangkah pergi.

Dokter Friska berdecak kesal melihat kepergian Zyan yang selalu menolak ajakannya untuk makan bersama saat jam istirahat."Susah banget sih dekati dokter Zyan!"kesalnya.

"Mau sama aku saja tidak makan bareng nya?"tanya seorang cowok berkacamata berdiri di belakangnya.

Dokter Friska menoleh ke belakang menatap cowok itu kesal."kamu lagi kamu lagi! Aku capek ya setiap saat harus ketemu kamu!!"

"Yaa karena kita jodoh bu dokter.."

"Diam!"

"E.. jangan marah-marah dong bu dokter, nanti kecantikan nya bisa hilang loh."goda cowok itu tak lain adalah dokter Zico, dokter gigi.

"Apa kamu bilang?! Kecantikan ku bisa hilang?"Zico mengangguk cepat.

"Pergi kamu dari sini!!"

.

.

Di sisi lain Zyan menyampir kan jasnya di sandaran kursi kerjanya. cowok itu mengambil segelas air mineral lalu meneguknya hingga habis.

Zyan menghembuskan nafasnya secara kasar. cowok itu mengusap wajahnya gusar lalu mendudukkan dirinya di kursi, tangan kekarnya memijat pelipisnya yang terasa pusing.

"Dokter centil!"

"Argh! Sifat sama penampilan nya sama persis dengan wanita tidak tau diri itu."ucapnya kesal saat mengigat kekasihnya dulu. Mirip seperti dokter Friska.

Zyan menyenderkan tubuhnya di sandaran kursi Ia, memejamkan matanya sejenak menghilangkan pusing yang tiba-tiba melanda kepalanya hingga berdenyut.

Tok tok tok..

Zyan langsung membuka matanya saat mendengar ada yang mengetuk pintu. pria itu menoleh ke arah pintu dengan kesal.

"Permisi dokter.."ucap seseorang dari balik pintu.

"Ya masuk!"teriak Zyan terdengar melengking.

Ckleek..

Pintu pun terbuka lebar menampakan sosok laki-laki bertubuh tinggi serta kacamata menancap di hidungnya. Zyan menatap dingin laki-laki itu tak lain adalah dokter Zico.

"Kenapa?"tanya Zyan memasang wajah datar.

"Aku kemari mau mengajak dokter ke restoran yang baru buka di depan rumah sakit. apa dokter mau ikut?"tanya dokter Zico.

"Aku lagi sibuk! Habis ini aku ada jadwal periksa pasien di ruang melati."

Zico menggangguk mengerti."Ya sudah, kalau begitu aku duluan."ucapnya pergi. Tak lupa juga sebelum pergi kembali menutup pintu itu.

Zyan mengangkat bahunya acuh. Ia kembali merebahkan punggungnya kemudian memejamkan matanya kembali.

.

.

Setelah menyelesaikan pekerjaan menangani beberapa pasien, Zyan. memutuskan untuk pulang sore. Tidak butuh waktu lama untuk Zyan sampai di rumahnya, karena jarak rumah sakit dengan rumahnya tidak terlalu jauh. Sesampainya di depan rumah Zyan segera masuk kedalam, laki-laki itu menaiki satu persatu tangga menuju kamarnya. sesampainya di depan pintu kamar, Zyan yang hendak memutar gagang pintu jadi terhenti saat mendengar suara mamanya- Anita.

"Loh kok tumben pulang nya cepat, biasanya lembur sampai malam. ini masih sore udah pulang aja."

Zyan meraih tangan kanan sang mama lalu mengecupnya singkat."Iya mah soalnya pasien Zyan kondisinya mulai membaik, di sana juga ada suster."ujarnya.

Anita tersenyum mengusap pipi putranya lembut."Kamu adalah dokter yang terbaik Zyan, mama bangga sama kamu."pujinya. Dan yang di puji hanya tersenyum mesem.

"Sebagai seorang dokter, Zyan punya kewajiban menyembuhkan pasien Zyan mah,"

"Kalau kamu bisa menyembuhkan pasien kamu, tapi kenapa kamu tidak bisa menyembuhkan luka yang wanita itu buat di hati kamu Zyan."

"Karena luka Zyan terlalu dalam untuk bisa di sembuhkan mah,"

"Mama mau kamu lupain masa lalu kamu. mama tau pasti kamu trauma atas apa yang terjadi sama kamu. tapi kamu harus bisa keluar dari masa lalu kamu, carilah pasangan hidup Zyan. sebelum mama gak ada,"

"Shut.."Zyan meletakkan jari telunjuk nya di depan bibir sang mama.

"Jangan ngomong begitu mah, Zyan tidak suka."ucapnya menggeleng pelan.

"Zyan masih mau fokus kerja, Zyan belum mau cari Pasangan hidup."sambungnya lalu masuk kedalam kamar.

"Tapi Zyan.."lirih Anita menunduk sedih.

Di dalam kamar Zyan membuka kancing bagian atas kemejanya secara kasar. Lalu dirinya berjalan masuk kedalam kamar mandi. laki-laki itu berdiri di bawah Shower lalu menyalakannya, tangan cowok itu meremas rambutnya secara kasar saat mengigat kejadian kelam itu.

"Argh!"teriak Zyan menonjok tembok hingga darah segarnya menetes di antara air mengalir.

.

.

Disisi lain Anita sedang menyusun beberapa makanan yang ia masak tadi. ibu satu orang anak itu terus  memikirkan nasib putranya yang masih belum bisa melupakan masa lalunya. Padahal umurnya sudah cukup untuk menikah.

Anita mengusap air matanya yang tiba-tiba menetes."Mama mau kamu memulai kehidupan baru Zyan, keluar dari masa lalu kamu. mama doakan semoga kamu menemukan sosok perempuan yang benar-benar tulus sama kamu."Lirihnya.

"Mah?"Anita tersentak kaget mendengar suara putranya. buru-buru dirinya mengusap sisa air matanya.

Wanita paruh baya itu menoleh kebelakang ternyata Zyan sudah berdiri di belakangnya."Eh Zyan, mama sudah siapkan makanan kesukaan kamu,"ucap Anita menyembunyikan kesedihannya.

"Mama nangis?"tanya Zyan melihat mata mamanya yang lembab.

Anita menggeleng."Mama tidak nangis kok cuma tadi kemasukkan debu aja."

"Bohong! Mama nangis mikirin Zyan kan?"

"Enggak, ngapain juga mama mikirin anak nakal kaya kamu."

"Mulai lagi deh,"

"Iya-iya mama nangis."jujur Anita.

"Tuh kan mama nangis, jangan nangis lagi dong mah nanti bedak mama bisa luntur.."

"Zyan!"

avataravatar
Next chapter