1 Kehidupan yang Sempurna

Memiliki suami tampan, mapan, terpandang mungkin bisa jadi impian para wanita, sebagian besar mengharapkannya. Namun, di balik kelebihan pasti ada kekurangan.

Malam itu terasa amat panas dengan dua orang insan yang saling mencium, melumat, mencecap rasa dan menggigit bergantian. Tangan lentik terus merayap di dada bidang yang terhalang kemeja. Sedangkan si pria masih menekan bongkahan bokong yang bulat sekal, ini menjadi pergulatan panas di malam yang dingin.

Mereka sudah penuh peluh dengan ruangan yang penuh aroma percintaan.

Nandra dengan bersemangat menempelkan tubuh istrinya, Sarah di dinding dan terus menekannya, napas mereka saling beradu dengan berat dan bersahutan. Dada mereka saling menekan dan mulut mereka tak berhenti mencecap.

Lidah Nandra menyeruak masuk, menerobos rongga mulut Sarah dengan ganasnya, bertukar air liur dan mencari-cari benda liat dan lunak di dalam mulut Sarah. Lidah mereka sudah saling menarik dan membelit.

Dada Sarah membusung, minta disentuh oleh tangan besar berkulit kasar itu.

Mata wanita itu menutup, menikmati rasa gelanyar-gelanyar aneh yang sangat memuaskannya, kakinya sudah melingkar di pinggang Nandra dan membelit kuat.

Sementara Nandra melarikan tangannya di bokong istrinya yang seksi.

Nandra membawanya ke ranjang dan membaringkan tubuh istrinya dengan perlahan. Kimono satin merah menyala yang dikenakan istrinya semakin membuat napasnya semakin pendek-pendek. Pandangan matanya semakin menggelap dan membesar saat menatap tubuh istrinya yang molek tergolek lemah, tatapan sayu itu meminta Nandra untuk segera mengeksekusinya.

Nandra menatap tajam Sarah menghantarkan rasa panas yang membuat Sarah menggeliat, sedangkan tangannya dengan tergesa-gesa melepaskan dasi yang mengikat di lehernya dan satu persatu kancing kemejanya sudah dilepas sampai dia bertelanjang dada di hadapan Sarah.

Nandra melarikan telunjuknya di tulang selangka Sarah yang mulai menegang karena sentuhannya, lalu telunjuk itu terselip pada tali tipis yang membuat sehelai kain itu tergantung mulus di bahu sang istri.

Ia melorotkannya dengan sensual, tubuhnya perlahan membungkuk dan bibirnya kembali mencari bibir Sarah yang setengah terbuka.

"Akh!" Tangan kiri Nandra menyentuh gundukan dada yang masih membulat kencang milik Sarah dan membuat perempuan cantik itu mengerang.

Tangan Sarah dengan sigap merangkul tengkuk Nandra.

Malam itu menjadi malam yang panas dan penuh peluh menetes hanya karena ia menyambut Nandra yang pulang lembur dan membukakan pintu apartemen mereka.

"Ahhh… ahhh…" Lagi-lagi Sarah mendesah karena keperkasaan Nandra terus menghujam di bawah sana.

Bibirnya terus meminta lebih dengan desahan yang semakin intens dan kukunya yang menancap di punggung laki-laki itu.

Mereka sudah bergumul di atas kasur empuk tanpa sehelai benang pun menempel di tubuh mereka, desahan dan erangan menjadi hiasan malam yang indah kali ini.

Sarah mendongak dengan mata terpejam dan kakinya melingkar erat di pinggang Nandra, sementara mereka berdua saling mengejang bersamaan Nandra yang mendorong miliknya dengan keras sampai ke liang terdalam milik Sarah.

"Akkkhhh…"

"Haaahh… haaah…"

Begitulah desahan mereka saling bersahutan dengan cairan semen yang tumpah meluruh di dalam milik Sarah, terasa hangat dan mengalir luber sampai ke paha perempuan itu.

*

"Aku berangkat duu," ucap pria bertubuh atletis yang selalu mengenakan kacamatanya itu.

Wanita bertubuh tinggi dan langsing menatap suaminya dengan setengah mengantuk. Ia bersandar di ranjangnya, mengamati apa yang dilakukan suaminya tersebut.

Ia kelelahan karena pergulatan mereka semalam dan bangun dengan telat.

Nandra tetaplah Nandra, pria yang membawa keberuntungan untuk Sarah, tak banyak meminta dan bersikap begitu lembut terhadap Sarah.

Bahkan Nandra sempat-sempatnya memasak untuk Sarah pagi tadi, entah jam berapa suaminya itu bangun dan sekarang sudah mau berangkat kerja saja.

Sarah merangkulkan kedua tangannya di leher Nandra dan mengecup bibir merah suaminya.

"Hati-hati di jalan," pesannya pada Nandra.

Nandra membalas kecupan Sarah dan juga mengecup pelipis istrinya penuh cinta.

"Kalau lelah izin saja sayang dari berolahraga golfnya," pinta sang suami.

Hari ini, memang jadwal Sarah untuk bermain golf bersama atasannya, guna keberlanjutan dan kelancaran meeting atasannya dengan sang klien. Nandra tak masalah soal pekerjaannya sedari awal mereka menikah dan sekarang menginjak usia pernikahan keempat untuk mereka dan mereka masih berbahagia dengan belum adanya kehadiran sang anak.

"Nanti aku dipecat," jawab Sarah dengan manjanya.

Suara serak khas orang tidur begitu jelas terdengar.

"Aku yang kerja dengan kamu yang nganggur pun tak masalah, aku masih bisa menghidupimu kok," timpal Nandra dengan jumawanya.

Sarah hanya tertawa saja.

Nandra yang sudah pergi ke kantor meninggalkan Sarah seorang diri. Sarah bangkit dan berjalan ke kamar mandi dengan tubuh polosnya di balik selimut tebal yang menutupinya selama tertidur tadi malam.

Guyuran air dingin membuat pikiran Sarah kembali jernih dan tubuhnya seolah segar kembali setelah membuang energi dalam jumlah besar semalam. Dipilihnya kemeja putih yang nyaman dan rok span selutut berwarna toska yang membalut indah tubuh langsingnya, ia pun mengenakan stiletto berwarna senada dengan roknya.

Sarah memakan sarapan yang disediakan oleh Nandra sembari berdendang ria.

Semua berjalan normal saat belum ada serangga yang mengganggu kehidupannya, pikirannya masih jernih soal keharmonisan rumah tangga dan juga ia yang mencintai Nandra sepenuh hati.

Sarah dengan nyamannya mengunyah, tangan satunya membolak-balikkan Koran yang ada di meja, sambil ia sesekali menyesap kopi creamer miliknya. Kafein meningkatkan kinerja jantungnya dan membawa rasa semangat tersendiri.

"Semua judul kok soal pelakor sih? Nih wartawan pada turun kali ya kualitasnya," gumamnya seorang diri.

Usai sarapan, Sarah segera menyisir rambutnya dan menggelungnya.

Ia mengambil tasnya dan godie bag yang memuat baju olahraga dan sepatunya. Menjadi asisten manager marketing membuatnya harus mau beradaptasi dengan keadaan bosnya yang menangani klian dan meeting.

Bersyukurlah dirinya yang bisa menahan emosi dan bisa beradaptasi dengan cepat sampai dia dipertahankan sudah hampir 6 tahun lamanya, bekerja di perusahaan yang sama dan gaji yang terus meningkat.

Soal harta? Dia sebanding dengan Nandra, keluargnaya termasuk keluarga yang berada dan bahkan terpandang. Namun, hidupnya menjadi lebih damai setelah berkeluarga dengan Nandra tanpa kehadiran keluarganya.

Sarah mengendarai mobilnya dengan fokus, namun saat ia berbelok memasuki area golf, motor besar tiba-tiba menyalip mobilnya.

"Astaga!!" pekiknya sembari menginjak rem.

Motor itu terjatuh dan pengendaranya tersungkur.

Pemuda itu bangkit dan melepaskan helmnya, Sarah segera keluar menghampirinya.

"Apa kamu baik-baik saja? Maafkan saya, kalau ada apa-apa kamu bisa segera beritahukan," ucap Sarah dengan penuh kekhawatiran.

Pemuda berusia 23 tahun itu tersenyum saja. "Tidak apa-apa, itu salah saya juga," timpalnya.

Setelah sedikit alot berdiskusi, Sarah memasuki mobilnya kembali dan melanjutkannya menuju tempat parkir mobil.

Ia mendaftarkan diri dan administrator sudah menyediakan pelatih golf untuknya.

"Ini dia orangnya Nyonya," kata sang administrator.

Sarah terbelalak saat di hadapannya berdiri pemuda yang tadi terjatuh di depan mobilnya.

avataravatar
Next chapter