webnovel

HARI YANG MENGEJUTKAN

Pagi itu Gilang bangun terlebih dahulu, seperti biasa setelah selesai shalat subuh Gilang langsung mandi dan bersiap-siap untuk.berangkat kerja.

" Man, jago lai Man! lah hampia jam 5.30," (Man, bangun lagi Man, udah hampir 5.30) terdengar suara Gilang membangunkan Firman.

"Jam bara Gilang?" (Jam berapa Gilang?) , tanya Firmam sambil membalikan tubuhnya dari tidurnya.

"Jam 5.30," jawab Gilang.

"Ondeeh, takalok awak Lang," (aduh, ketiduran saya Gilang).

"Iyo capeklah mandi, sembahyang, tu pai karajo awak lai!" (Iya cepatlah mandi, shalat, terus berangkat kerja kita lagi).

"Jadi Gilang tunggu sabanta yoo 15 menit awak salasai," (Oke Gilang tunggu sebentar ya, 15 menit saya selesai).

Pas dengan apa yang dibilangnya, 15 menit kemudian Firman sudah selesai dan siap untuk berangkat.

"Lah siap Firman? Kalau lah siap minumlah dulu, itu diateh meja ado kopi awak buek tadi," (sudah siap Firman? kalau sudah minumlah dulu! Itu diatas meja ada kopi saya buat tadi), terdengar suara Gilang dari luar rumah.

"Tarimokasih Gilang.! Yo tahu bana jo salero awak mah," (terimakasih Gilang! tahu betul dengan seleraku).

"Hahahahaha," Firman ketawa.

"Firman! hariko kito gantian, kini tolong antaan awak katampek karajo, dan beko pulangnyo bia awak surang,"

(Firman! hari ini kita gantian, tolong antarin saya ke tempat kerja dan pulangnya nanti biar saya sendiri ).

"Ba a gitu Gilang,ado janji samo kawan kantua?" (kenapa Gilang,ada janji sama kawan di kantor?).

"Indak Firman, awak cuma cari suasana baru sajo, alah lamo indak ado naik angkot, taragak lo awak Man," ( tidak Firman, saya hanya cari suasana lain, sudah lama tidak naik angkot , jadi kangen Man).

"Jadilah kalau takah itu," (baiklah kalau begitu).

"Ayoo kita berangkat dari pada nanti telat," jawab Firman.

Kemudian mereka berdua berangkat ke kantor.

"Terimakasih Firman, sudah ngantar saya sampai kantor,"

" Iya Lang. Biasa kita gantian saling ngantarnya, kalau begitu saya juga ke kantor dulu ya,"

" Iya hati-hati Man," sahut Gilang kepada Firman.

Gilang langsung masuk kedalam kantor.

" Pagi mas Gilang! cerah amat hari ini mas?" sapa Reni kepada Gilang.

"Pagi juga Reni, kamu juga tampak manis pagi ini," balas Gilang sambil bercanda.

"Aduh mas Gilang, ternyata pandai juga menggombal,"

"Eeh benar kok Ren, memang ada yang beda dari hari-hari sebelumnya, tapi apa ya?"

"Apa mas? Apa nya yang beda? bikin GR aja," tukas Reni.

" Mmm, tunggu bentar,"

Gilang melihat Reni dari atas sampai bawah, sehingga membuat wajah Reni merah tersipu malu.

"Oh iya, rambutmu Reni, yang buat penampilan mu beda dari hari sebelumnya," kata Gilang kepada Reni sambil tersenyum manis.

"Aah, mas Gilang ada-ada saja," balas Reni.

" Yaa udah, aku masuk kedalam dulu ya!"

Untuk posisi jabatan ini mas, pak Rahman betul-betul pandai memilih orang yang akan jadi kepercayaan nya.

"Maksudnya apa Put, kok aku tambah bingung?"

"Begini mas Gilang, dari awal aku bertemu dengan mu aku sudah berfikir kalau kamu orangnya pasti punya semangat kerja yang tinggi dan mempunyai sifat yang sangatlah baik serta jujur dan disiplin, karena itulah pak Rahman sangat yakin dan percaya kepada mu mas Gilang,"

" Ya tapi Putri, aku---"

"Ya aku tahu mas, aku sudah tahu semuanya, karena pak Rahman sudah cerita semua nya kenapa dan mengapa mas yang dipilihnya untuk memegang posisi jabatan ini, kenapa tidak pak Doni? Dia orang lama sejak perusahaan ini berdiri dia sudah bekerja di perusahaan ini," Gilang hanya diam mendengar cerita Putri.

"Ditambah lagi dengan mas sudah menyelamatkan seluruh aset perusahaan, dengan keberanian dan kejujuran mas Gilang, maka bertambah yakin dan percaya pak Rahman terhadap diri mu,"

"Dan sekarang, pagi hari ini kenapa aku bisa datang kesini dan bertemu denganmu dikarenakan pak Rahman,"

"Maksudnya apa Putri?"

"Ada apa dengan pak Rahman? Apakah pak Rahman sakit? Atau---"

"Tidak Mas, pak Rahman dia baik-baik saja, malah sekarang dia sedang menunggu kita berdua,"

"Ayo mas, kita ketemu dengan pak Rahman!"

Gilang berdiri dari tempat duduknya dan keluar mengikuti Putri dari belakang.

"Put, mau kemana? Bukannya ruangan bapak di sebelah? Kenapa kamu jalannya ke arah depan?"

"Iya mas, aku tahu kalau ruangan bapak di sebelah,"

Ruangan mas Gilang, tapi pak Rahman nya menunggu kita di luar mas.

"Oh," Gilang hanya menganggukan kepalanya, dan terus berjalan mengikuti Putri.

Sesampainya di halaman kantor.

"Putri ada apa ini? Kenapa semua karyawan berkumpul di halaman, bukannya tadi kamu bilang kita berdua yang sedang ditunggu oleh pak Rahman, tapi kenapa semuanya ada disini," tanya Gilang seamangkin bingung ke Putri.

Putri hanya diam tidak menjawab pertanyaan nya Gilang.

"Baiklah Gilang sudah datang, maka kita mulai saja acara kita ini,' terdengar suara pak Rahman.

" Acara apa? Kok aku tidak dikasih tahu?" Pertanyaan Gilang di dalam hatinya.

"Gilang! ini sengaja kami tidak beritahukan kepadamu agar ini menjadi suatu kejutan buat kamu, karena ini semua kami berikan atas ucapan terima kasih kami atas keberanian, kejujuran, dan rasa bangga kami kepadamu, yang telah menyelamatkan usaha kami dan tempat kami untuk mencari nafkah buat keluarga kami semua,"

"Di tambah lagi sekarang ini kami sangat berharap, dengan bergabung nya kamu di perusahaan ini bisa menambah dan merubah perusahaan ini lebih maju dan sukses lagi,"

"Dan untuk semua itu,

atas keberanianmu, ketulusanmu, kejujuranmu,

dan untuk mempermudah urusan pekerjaanmu, maka kami disini memberikan hadiah satu unit mobil, dan kami harap Gilang mau menerimanya,"

Bagaikan disambar petir disiang hari , badan nya gemetar, dan matanya berkaca-kaca mendengar kata-kata yang disampaikan oleh pak Rahman, apalagi mendengar tepukan semua

karyawan, membuat hatinya semangkin terharu.

Pak Rahman melangkah menuju ketempat Gilang berdiri, dan menyerahkan simbolis berupa sebuah kunci mobil.

"Terima kasih pak Rahman, Gilang memeluk pak Rahman dengan penuh haru dan bahagia.

Gilang tidak banyak berkata-kata, hanya mengucapakan terimakasih kepada semua karyawan yang telah memberikan kepecayaan kepadanya, hingga hari itu semua karyawan PT. MUTIARA SEJATI merasa bangga dan bahagia.

Rasanya, Gilang tak sabar untuk membagi kebahagiaannya ini pada orang tuanya di kampung. Begitupun dengan adiknya, ia hanya ingin memberi kebahagiaan ini dan membuat sanak saudaranya sadar jika yang di bawah tidak selamanya dibawah! Ingat roda itu berputar, akan ada waktunya kit berada di bawah ada saatnya juga kita berada di atas. Don't worry be happy, selagi berusaha dan niat yang baik, semua akan di berikan jalan yang mulus.

***