webnovel

Chapter 5: Khawatir

Aku melihat ke belakang sebelum pergi menuju rumahku. Aku tahu dia telah menolongku dengan caranya sendiri, tapi entah mengapa aku masih mengingatnya meski hatiku masih sakit menyaksikan perselingkuhan pacarku dengan sepupunya. Anya bagiku dia gadis yang cukup menarik meski caranya cukup kasar untuk seorang gadis dan anehnya entah mengapa gadis itu mulai memenuhi pikiranku dengan caranya yang unik dari perlakuannya yang memang simpel tapi sangat terasa di hati.

Aku pun akhirnya memutuskan pulang ke rumah dengan pakaian baru yang dia berikan padaku. Sesampainya di rumah, aku mendapat omelan dari ibuku karena baju yang kupakai terasa asing baginya.

Aku berlanjut ke kamar dan membaringkan diri di kasurku, semuanya masih terasa nyata di pikiranku. Aku menatap langit-langit kamarku dengan penuh kesedihan tapi itu hanya sebentar karena mengingat diriku yang ditampar setelah, aku tersadar kini matahari sudah menutup sinarnya tergantikan malam. Aku mulai bersiap-siap dan mulai menyambut hari ketika aku tertidur kembali di malam hari dengan bekas tamparannya yang masih terasa di pipiku.

Pagi ini, aku tak begitu mengerti dengan apa yang terjadi padaku tapi dipikiranku mulai terbayang-bayang Anya yang mengembalikanku ke kesadaranku dengan tamparannya yang keras. Hingga aku berakhir terburu-buru ke sekolah.

"Yuu, kau terlihat sangat terburu-buru. Apa ada sesuatu di sekolahmu?",tanya ibuku menatapku kaget.

"Tidak juga, hanya saja aku penasaran dengan apa yang akan terjadi jika aku berangkat lebih pagi dari biasanya",ucapku santai dan tentu saja sedikit ambigu di telinga ibuku karena aku yang tidak seperti biasanya.

"Selama itu bukan sesuatu yang buruk, kaa-san tidak akan khawatir berlebihan padamu",ucap ibuku memiringkan kepalanya santai.

"Kaa-san, aku berangkat",ucapku sebelum benar-benar pergi ke sekolah dengan berjalan kaki.

Jarak antara rumahku dan sekolahku tergolong cukup cepat tapi entah mengapa aku berjalan sedikit terburu-buru, mungkin aku ingin berterimakasih pada Anya dan berakhir tidak sabar melihatnya.

Aku begitu senang melihat Anya ada tepat di hadapanku saat ini,'dia ternyata datang sepagi ini' pikirku melihat sekitar yang masih sepi.

Aku menghampir Anya yang terlihat lesu dimataku,"Anya daijobu desu ka?" tanyaku khawatir. Ku perhatikan dirinya yang saat ini berbalik pelan ke arahku.

"Yuuto? Hm? Mungkin karena kehujanan kemarin",balasnya terlihat lesu.

Ku sentuh keningnya yang memang agak panas,"ayo, kubawa kau ke UKS" ajakku mengulurkan tanganku dan dia perlahan membalas uluran tanganku. Setelah itu kupapah dia menuju UKS.

Begitu sampai di UKS, aku melihat Sensei Aru melihatku terkejut karena tak biasanya aku kesana dengan seorang teman. Sensei Aru adalah tanteku yang berkerja di sekolahku sekaligus guru IPA disini.

"Yuu, apa kau sakit?",tanyanya melihat temanku yang kupapah.

"Sensei, dia demam",balasku mencoba bersikap sopan pada tanteku yang sering membuatku kesal itu.

"Heh? Pacarmu cantik ya",godanya dengan tak lupa seringai tajamnya yang ditujukan khusus untukku.

"Antar pulang sana, lebih baik dia langsung istirahat di rumah",ucap tanteku dengan niat terselubung.

"Huh?",gumamku.

"Nanti biar tante yang izinkan kalian",ucapnya mengusirku dengan kedua tangannya yang mendorongku pergi.

Aku pun mulai menggendongnya keluar sekolah, berniat mengantarnya pulang sesuai usulan tanteku. Selama perjalanan dapat kurasakan hembusan nafasnya di depanku yang tak karuan, membuatku berpikir jika kami harus segera sampai rumah secepatnya.

Akhirnya setelah cukup lama menggendongnya dari sekolah ke rumah, apartemen tepatnya. Aku memasuki lift dengan santai karena di dalam cuma ada sedikit orang yang ikut menaiki lift.

Beberapa menit kemudian akhirnya aku sampai di sebuah apartemen dengan kamar VVIP.

"Nya, kita sudah sampai",ucapku melihatnya yang terlihat tidak dapat tidur dengan nyenyak di gendonganku dengan nafasnya yang semakin menderu-deru.

Aku pun melihat ke sekitar dan pergi ke satpam pengawas yang ada di lantai itu.

"Pak, teman saya sakit. Saya ingin membawanya ke kamarnya yang disana. Bisakah bapak membantuku?",tanyaku pada seorang petugas yang kuhampiri dengan menunjuk kamar bernomor 980.

"Setiap kamar disini hanya memiliki satu kartu, apa di Nona ini tidak ada?",tanyanya balik padaku dan aku menggeleng pelan tanda tidak tahu.

"Ada, Pak",balas Anya tiba-tiba terbangun dalam keadaan setengah sadar.

Petugas itu terlihat kaget begitu menyadari siapa gadis yang saat ini ada dalam gendonganku. Setelah itu menyuruhku pergi ke depan pintu apartemen Anya dan menekan beberapa deretan kode.

"Tuan, silahkan berdirikan Nona",ucap petugas itu.

Tak lama kemudian terlihat sebuah laser cahaya yang menerangkan seluruh tubuh Anya dan pintu pun secara otomatis terbuka. Aku pun memanfaatkan kesempatan itu untuk masuk dan menidurkan Anya di kasurnya.

"Hngh, dimana ini?",tanya Anya begitu kubaringkan ke kasur.

"Tunggu sebentar, akan kusiapkan handuk dingin",ucapku sebelum beranjak pergi.

Terlihat Anya yang saat ini melihat kepergian Yuuto dengan wajah datar,'dia membawaku kesini' pikir Anya sebelum jatuh tertidur.

Aku pun masuk kembali dengan membawa seember air dengan handuk basah di dalamnya. Lalu kuperas dan kuletakkan di kening Anya yang nampak mulai tidur teratur.

Sembari menunggu aku putuskan untuk berkeliling,'ruangan yang indah, elegan dan terlihat sangat nyaman untuk ditempati. Siapapun pasti akan merasa terpesona dengan berbagai dekorasi yang ada di dalamnya, terkesan mewah tapi nyaman hingga meninggalkan kerinduan saat pergi dari sini' pikirku nyaman.

Aku melihat sofa khusus di tengah-tengah ruangan, rasanya seperti menunggu untuk ku tempati dan tanpa sadar langkah kakiku terasa ringan hingga aku sudah berada di atasnya.

Sementara itu disisi lain terlihat Anya yang tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Anya membuka matanya dan melihat matahari yang sudah mulai tenggelam, meninggalkan kesan menawan di dalamnya apalagi tirainya yang terbuka lebar dan terlihat berpadu dengan warna matahari terbenam.

Terdengar suara deringan yang sanggup membangunkan orang yang ada di sekitarnya, Anya buru-buru mengangkat sebuah panggilan yang berasal dari ponselnya.

"Anya, kau membuatku khawatir. Tadi pagi katanya kau mau pergi duluan ke sekolah tapi cuma sebentar dan kau izin sakit tapi aku sama sekali tak menemukanmu di apartemen",ucap Adrian tampak panik.

"Hm? Ya, aku saat ini ada di tempat lain. Kemungkinan hari ini aku tidak akan pulang, jadi jangan menungguku. Aku akan pulang begitu keadaanku sudah sehat",ucap Anya panjang lebar dan tak lama setelahnya terdengar helaan nafas lega dari Adrian.

"Baiklah, cepatlah pulang",ucap Adrian sebelum memutuskan panggilan.

Dengan pelan, Anya pun beranjak pergi dari kasurnya berniat mencari Yuuto yang tidak ada di hadapannya begitu dirinya sadar.

'Aku penasaran, apa dia berkeliling apartemenku hingga saat aku sadar dia masih juga belum kembali?',pikir Anya bingung.