webnovel

Chapter 3: Dia Cantik

'Aku sudah gila menariknya begitu saja. Tapi jika tidak, dia pasti akan berantem dengan anak kepala sekolah',pikirku ngos-ngosan menatap gadis cantik yang tadi menolongku.

"Aku Yuuto, kamu siapa?",tanyaku melihat gadis yang kutarik menatapku heran.

"Anya desu. Kamu bisa bicara bahasa Indonesia?",tanya gadis di depanku kaget.

"Iya, tahun kemarin aku kesana", balasku menatap Anya yang tersenyum manis padaku.

"Hehe",dia terkekeh manis di hadapanku dengan menyelipkan rambutnya ke belakang telinganya.

"Terima kasih yang tadi. Sampai nanti",ucapku dan dia balas tersenyum padaku sebelum aku melangkah pergi.

Tiba-tiba sebuah getaran ponsel di sakuku menghentikanku untuk melanjutkan langkah kakiku.

"Ha'i kaa-san",balasku sebelum kaa-sanku mulai mengomel karena aku yang tidak mau menikah.

"Yuu, mengapa kau tidak masuk kelas tadi? Cewek-cewek itu mencarimu dan mereka mengangguku",adu Liam, sahabat Yuuto.

"Aku lebih parah darimu, cewek-cewek itu sungguh mencurigakan. Mereka selalu ada di mana pun aku pergi",ucap Yuuto menatap Liam yang menatapnya bosan.

"Itu berbeda. Kau terlalu lembut pada mereka. Mengapa tidak kau patahkan saja kaki mereka? Jadi mereka juga tidak akan mengangguku",ucap Liam merasa sahabatnya itu terlalu lembut kepada perempuan-perempuan yang selalu cari sensasi padanya.

"Tidak mau. Jika kau ingin mematahkan kaki mereka, mengapa tidak kau lakukan saja itu sendiri?",tanya Yuuto sembari melangkah maju.

"Kau memang tidak bisa diajak kerja sama ya Yuuto-kun?",tanya balik Liam mengejar Yuuto yang telah berjalan di depannya.

"Aku tidak suka diajak main tangan",balas Yuuto melihat perempuan-perempuan yang malu-malu meliriknya di sepanjang perjalanan.

"Tentu, kau selalu main perasaan",ucap Liam percaya diri.

"Jadi, bagaimana dengan kekasihmu, sudah ada kabar?",tanya Liam mulai menginstrupsi.

"Tidak. Sepertinya aku harus ke rumahnya langsung",ucap Yuuto merasa heran.

"Aku ikut ya? Kau terlalu mencintainya, jadi untuk jaga-jaga aku akan menemanimu",ucap Liam mencoba menyemangati sahabatnya dengan caranya sendiri.

"...Apa ada sesuatu padanya hingga kau begitu khawatir?",tanya Yuuto heran padahal dirinya hanya ingin mengecek keadaan Athanastasia.

"Ah bukan begitu. Hanya saja kudengar dia lagi tidak baik dari pembantunya. Jadi aku takut kau akan tersakiti",ucap Liam gelisah.

"Jadi aku tidak boleh datang?",tanya Yuuto merasakan keganjilan dari nada bicara Liam yang nampak ragu-ragu saat mengucapkannya.

Tak lama kemudian, akhirnya kami pun tiba di dalam kelas dan aku mendapati Anya gadis yang menolongku tadi duduk tepat di samping Liam.

Sementara itu gadis yang saat ini sedang ku tatap, nampak acuh ketika Liam datang dan menggodanya.

"Kak, kencan yuk?",ajak seorang perempuan menatapku penuh harap.

"Aku tidak tertarik padamu",ucapku singkat, padat dan jelas.

"Eh? Tapi kak, beri aku kesempatan ya?",rayu perempuan itu.

"Pergilah, aku sudah punya pacar",ucapku berharap perempuan di depanku ini menyerah.

"Eh? Tapi kak, kan masih bisa putus",ucap perempuan di hadapanku gigih.

"...",aku menatapnya tajam saking kesalnya tapi sialnya dia tidak juga pergi dari hadapanku hingga sahabatku berjalan santai ke arah kami.

"Hai cantik, bagaimana kencannya denganku saja?",rayu sahabatku yang menyadari jika aku tengah diganggu dan perempuan itu pun pergi dengan tampang kesalnya lalu aku pun mendengus lega.

"Pulang ini, jadi?",tanyanya dan aku pun mengangguk.

"Menurutmu bagaimana dengan perempuan yang kugoda tadi?",tanyanya menunjuk Anya.

"Seleramu tidak berubah",ucapku pelan yang masih dapat di dengarnya.

"Aku ingin menembaknya, bagaimana menurutmu?", tanyanya tersenyum misterius.

"Terserah kau saja, tapi jangan melibatkanku",balasku canggung.

Dia sahabatku sejak SMP kelas tiga tapi sikapnya selalu aneh, anaknya suka sekali menggoda lawan jenisnya, sangat jarang bagiku melihatnya serius dalam menjalin suatu hubungan dan mantannya sangat banyak.

Aku memandangi ponsel yang saat ini ada di saku celanaku,'kuharap dia baik-baik saja, sudah tiga bulan semenjak terakhir kali kita bertemu.'

"Pak, saya izin karena saya merasa kurang enak badan",ucapku sembari berdiri dari bangkuku.

"Baiklah, istirahatlah yang cukup", aku pun pergi keluar kelas setelah mendapat izin.

Aku pun berjalan dengan tergesa-gesa melewati kolidor kelas sebelum akhirnya sampai di tempat parkiran mobil dan bergegas mendatangi rumah tempat kekasihku tinggal.

Setelah dua jam berkendara, akhirnya aku pun tiba ke tempat tujuanku. Keluar dari mobil kemudian mengetuk pintu, aku pun melihat mama Ayane membuka pintu.

"Ma, aku mau ketemu Ayane",ucapku memberitahukan tujuan kedatanganku.

"Ah Yuuto-kun, Ayane-chan ada di rumah sepupunya",ucap mama Ayane padaku yang kebingungan lalu meminta izin untuk pergi lagi mengunjungi rumah sepupu kekasihku.

Memasuki mobilku, aku pun bergegas pergi lagi ke rumah kediaman Azaki, sepupunya Ayane.

Sekitar tiga puluh menit kemudian aku pun akhirnya tiba ke kediaman Azaki. Mengetuk pintu dan mendapati pembantunya Azaki yang membuka pintu.

"Ah tuan muda Yuuto, ada yang bisa saya bantu?",tanyanya.

"Dimana Ayane?",tanyaku pelan dan aku pun dipersilahkan masuk.

Setelah memasuki rumah itu, aku pun bergegas menaiki lantai atas, tempat dimana biasanya Ayane berada. Lalu beralih ke salah satu kamar yang ada di lantai tempatku berada saat ini.

Setelah sampai di depan pintu, aku pun berniat mengetuk pintu tapi terdengar di telingaku suara samar-samar.

"Azaki kau tahu aku sungguh mencintaimu",ucap Ayane menyampaikan perasaannya yang mendalam.

"Aku tahu, tapi tidakkah kita harus berhenti disini?",ucap Azaki yang kelihatan cukup ragu.

"Aku hanya ingin kamu, Azaki-kun",goda Ayane.

"Kumohon Azaki-kun, masuki aku. Buat aku lahir anakmu", goda Ayane lagi menjilat tengkuk Azaki yang memerah.

"Ini tidak benar, Ayane. Kau sepupuku mana mungkin aku melakukan hal kejam itu padamu",ucap Azaki menahan diri.

"Jangan begitu, Azaki-kun. Aku hanya ingin kamu. Jangan membuatku memohon lebih lama lagi",ucap Ayane tidak sanggup lagi menahan nafsunya.

Karena sesuatu yang tak tertahankan, Ayane pun mulai bergerak mencium, menjilat dan menghisap tengkuk Azaki hingga semakin lama bibir Ayane semakin mengarah ke bawah tubuh Azaki dengan menggeliat dan menggoda.

Tak lama kemudian bibir Ayane sudah sampai ke area sekitar selangkangan dan Azaki dengan nafas menderu-deru hanya berdiam diri membiarkan Ayane melakukan sesuatu yang terlarang pada tubuhnya.

Menjilat, menghisap dan sedikit Menggigit dua bola yang ada di selangkangan Azaki disertai lenguhan merdu dari Ayane yang kenikmatan.

Tak hanya itu, Ayane bahkan dengan berani mengocok kejantanan sepupunya dengan kecepatan yang terburu-buru lalu ketika Ayane merasakan sesuatu yang akan segera keluar dari kejantanan Azaki pun memasukkan kejantanan Azaki kemulutnya dengan gerakan maju-mundur yang keras dan kasar.

Tak lama kejantanan Azaki pun mulai mencapai batasnya hingga mengeluarkan cukup banyak cairannya ke dalam mulut Ayane yang dengan rakus melahapnya hingga tak bersisa.

"Sungguh enak dan manis",puji Ayane.

Setelah melontarkan pujian, Ayane pun memasukkan kembali kejantanan Azaki ke dalam mulutnya dan memainkan kedua bola Azaki dengan kedua tangannya.

Terlepas apa yang saat ini sedang dilakukan Ayane pada Azaki, Yuuto yang menjadi saksi bisu atas adegan tersebut hanya bisa shock di tempat bahkan kakinya pun bergetar hingga terduduk di atas lantai.