webnovel

Menikahlah denganku!

Reagan memukul setir mobilnya dengan kuat, melampiaskan kekesalan karena tingkah keras kepala seorang gadis kecil yang sedang mencoba menghentikannya. Dengan kasar Reagan membuka pintu mobilnya dan langsung turun dengan emosi membuncah, langkahnya lebar-lebar hingga akhirnya dalam waktu singkat lelaki yang sedang marah besar itu berhasil mencengkram lengan gadis pengacau yang sedang menantangnya.

"Tolong saya," rengek gadis itu kembali penuh harap, air matanya yang menganak sungai menunjukkan betapa besar harapannya pada Reagan.

Reagan menaikkan satu alisnya, mencoba mempelajari ekspresi gadis kecil yang ada dalam cengkraman tangannya saat ini.

"Tolong selamatkan saya Tuan, saya mohon."

Suara langkah kaki banyak orang yang tiba-tiba terdengar membuat Reagan secara otomatis mengangkat wajahnya, mencoba melihat sang sumber suara. Namun hal tak terduga terjadi, gadis kecil yang ada dalam cengkraman Reagan tiba-tiba saja jatuh pingsan dan hal itu membuat Reagan kembali memfokuskan perhatiannya pada gadis itu.

"Fuck!"

***

Seluruh tubuh Crystal bergetar hebat saat Rose kembali datang bersama dua orang lelaki bertubuh besar yang dipenuhi tato, pasca mengetahui siapa Rose yang sebenarnya Crystal menjadi sangat takut kepadanya. Benar-benar sangat takut.

"Kau sudah siap." Dari bibirnya yang basah dengan lipgloss Rose berucap pelan tanpa rasa bersalah. "Jadi ayo keluar, tunjukkan kemampuanmu pada kami semua Crys."

Crystal menggeleng. "Izinkan aku pulang, aku mau pulang."

"Kau memang akan pulang, tapi nanti setelah kau memberikan uang pada kami semua."

"Tidak, tolong jangan lakukan ini padaku." Crystal menangkupkan kedua tangannya didada, memohon pada Rose untuk tidak meneruskan niatnya. Crystal berusaha mencari sisa-sisa kebaikan dalam diri Rose.

Semua air mata dan permohonan Crystal tidak menggoyahkan niat Rose, uang sudah membutakan hati nuraninya sebagai manusia.

"Cepat bawa dia, jangan buat para tamu kita menunggu terlalu lama," ucap Rose pelan, memerintahkan kedua laki-laki yang berdiri di samping kanan dan kirinya untuk segera membawa Crystal ke panggung utama. Panggung dimana para lelaki hidung belang beradu kekayaan untuk mendapatkan wanita incaran mereka.

Kedua bodyguard kasar itu menganggukkan kepalanya secara bersamaan, mereka berdua lantas berjalan ke arah Crystal yang sudah berdiri di tembok, berharap dirinya bisa menyatu dengan tembok sehingga tidak ada orang yang bisa membawanya pergi. Namun semua harapan Crystal untuk menjadikan dirinya satu dengan tembok sia-sia, keempat tangan kasar itu berhasil membawa tubuh kurusnya dengan begitu mudahnya dari tempat itu.

Dengan senyum yang tidak hilang dari wajahnya, Rose berjalan tepat di belakang Crystal yang sedang diseret menuju neraka dunia. Tempat paling mengerikan untuk seorang gadis seperti Crystal.

"Mommy…Mommy…tolong aku, tolong bantu aku. Tolong selamatkan aku, Mommy." Crystal mengucapkan kalimat yang sama secara berulang-ulang dengan air mata yang tidak berhenti mengalir dari kedua matanya yang sudah sangat sembab.

Setelah hidup seorang diri selama hampir sembilan tahun, baru kali ini Crystal menyebut nama ibunya kembali. Dan semuanya terjadi begitu cepat, salah satu club striptis yang selalu dipadati pengunjung itu tiba-tiba gelap gulita. Satu hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya selama club itu berdiri. Dalam kekacauan besar yang terjadi secara ajaib itu Crystal memberanikan diri untuk melarikan diri, dengan melepaskan sepatu hak tinggi yang kebesaran di kedua kakinya, Crystal berhasil menyelinap pergi dari kerumunan manusia yang sedang berusaha mencari penerangan itu.

Setelah pertaruhan hidup dan mati, akhirnya Crystal berhasil keluar dari tempat mengerikan itu. Sadar jika dirinya bertaruh dengan waktu, Crystal pun memaksakan diri untuk berlari meskipun saat ini seluruh tubuhnya terasa sangat lemas. Masih teringat jelas dalam kepada Crystal senyuman jahat Rose yang mengerikan.

"Tolong aku…tolong aku Mommy…"

Keberadaan mobil hitam yang terparkir tidak jauh dari tempatnya berada saat ini membuat Crystal kembali memiliki semangat hidup, meski tidak tahu siapa orang yang ada di dalam mobil mewah itu namun Crystal tetap memberanikan diri untuk mendekati mobil yang mesinnya sedang menyala itu.

"Tolong!!!"

Dengan nafas tersengal-sengal Crystal terbangun dari mimpi buruk yang baru menghampirinya, seluruh tubuhnya terasa dingin dan lemas seolah-olah mimpi mengerikan itu benar-benar terjadi.

Benar-benar terjadi?

Seketika Crystal menegakkan tubuhnya, kesadarannya kembali. Apa yang baru saja dia mimpikan benar-benar terjadi, bukan hanya sekedar mimpi biasa yang datang disaat seseorang sedang kelelahan.

"Sudah bangun?"

Suara berat dari arah kiri sontak membuat Crystal menolehkan kepalanya dengan cepat, begitu melihat sang pemilik suara, Crystal kembali terlonjak. Ketakutannya kembali. Lelaki ini bukan bagian dari mereka, bukan? Dia bukan salah satu dari para lelaki hidung belang yang ada didalam striptis club itu, bukan? Berbagai pertanyaan bermunculan dalam kepala Crystal, berlalu lalang tanpa henti.

"Singkirkan pikiran bodoh itu dari kepalamu," ucap lelaki itu kembali dengan intonasi suara yang sama. "Jika kau berpikir aku bagian dari orang-orang yang mengejarmu itu maka kau salah besar."

Tubuh Crystal kembali bergetar hebat, ketakutannya kembali datang.

"Kau sudah aman, jadi kau tidak perlu takut. Aku bukanlah seorang penjahat jadi kau tidak perlu sampai setakut itu padaku."

Crystal menelan ludahnya dengan susah payah, berusaha menyingkirkan puluhan duri yang saat ini berserakan di dalam tenggorokannya. "A-anda siapa?" tanyanya terbata, nyaris tidak terdengar.

"Aku adalah orang yang kau buat susah," jawab lelaki itu tegas.

"Maaf."

"Apa? Maaf? Semudah itu? Setelah semua kesulitan yang kau berikan padaku, kau hanya mengatakan itu?"

Kedua mata Crystal terbuka lebar, ketakutan yang besar terpancar jelas dari kedua mata indahnya.

"Namaku Reagan West." Lelaki muda itu menyebutkan namanya dengan jelas. "Kau bisa mengingatnya dengan baik mulai sekarang."

"Reagan West." Crystal mengeja nama penyelamatnya dengan lambat-lambat, berusaha memasukkan nama itu kedalam kepalanya.

Reagan memiringkan kepalanya. "Kau mengenalku?"

"Tidak, memangnya anda siapa? Apakah anda salah satu orang penting di negara ini?" tanya balik Crystal dengan polos.

Reagan tertawa geli, gadis yang sedang duduk di atas ranjangnya itu sedikit berbeda dengan gadis-gadis yang dia kenal sebelumnya. Reagan tidak menemukan kemunafikan di kedua mata bening gadis yang baru saja dia selamatkan.

"Kau tidak perlu tahu siapa aku, yang perlu kau tahu namaku adalah Reagan. Itu saja," jawab Reagan pelan seraya menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi.

"Reagan," ucap Crystal pelan kembali mengeja nama lelaki yang sedang tersenyum itu dengan suara serak.

"Jadi siapa namamu?"

"Eh?"

Reagan menipiskan bibir. "Siapa namamu? Bukankah tidak adil jika hanya kau yang tahu namaku."

Crystal menautkan jemarinya, kepalanya sedikit menunduk. Sebelumnya Crystal merasa tenang dan tidak memiliki rasa curiga ketika ada orang yang menanyakan namanya, namun kali ini semuanya berbeda. Pasca menerima ajakan berteman dengan Rose semua itu berubah, Crystal merasa tidak tenang dan takut. Padahal orang yang sedang duduk di hadapannya saat ini adalah orang yang sudah menyelamatkannya dari tempat terkutuk itu.

"Jadi…"

"Namaku Crystal."

"Hanya itu?"

Crystal mengangguk. "Sejak ayahku pergi, aku tidak pernah menggunakan nama belakangnya lagi."

"Ok Crystal, karena kau sudah membuatku kesulitan maka aku ingin meminta bayarannya," ucap Reagan dengan tenang, Reagan sedang mempelajari gerak gerik tubuh Crystal.

Harapan Reagan terjadi, begitu dia menutup mulut seluruh wajah Crystal memerah, dipenuhi ketakutan yang begitu besar. Dan Reagan tahu jika gadis itu benar-benar sedang ketakutan saat ini, bukan sedang berakting seperti yang dilakukan para gadis yang dia kenal sebelumnya.

"Saya tidak punya apa-apa." Crystal membuka bibirnya. "Saat ini uang di tabungan saya hanya $ 300, saya belum mendapatkan gaji dari tempat Nyonya Lu. Jika anda ingin meminta bayaran apakah saya bisa meminta batasan waktu untuk menggantinya?"

"Nyonya Lu, siapa Nyonya Lu? Apakah dia salah satu mucikari di club itu?"

Crystal menggeleng cepat. "Nyonya Lu adalah pemilik restoran tempatku bekerja paruh waktu setiap pulang sekolah."

"Lantas bagaimana dengan para bodyguard dari striptis club yang mengejarmu itu?"

Seluruh tubuh Crystal kembali bergetar, diingatkan kembali soal rombongan lelaki berbadan besar penuh tato yang mengejarnya membuat Crystal ketakutan lagi. "A-aku dijebak."

"Hah?"

Crystal mengangkat kepalanya, menatap Reagan takut-takut. "Rose, dia menjebakku. Dia memberikan kartu nama tempat itu dan memintaku datang tanpa mengatakan apapun sebelumnya… aku baru tahu tempat itu adalah striptis club setelah datang ketempat itu." Air mata Crystal menetes deras saat berbicara, nyaris dijadikan pelacur membuat Crystal merutuki kebodohannya.

"Jadi kau bukan bagian dari mereka, ya? Hmmmm.." Reagan bergumam pelan, kedua matanya memindai seluruh tubuh Crystal dari atas kepala sampai ujung kaki. Tiba-tiba Reagan memiliki sebuah ide cemerlang.

"Jadi kau bukan bagian dari mereka, ya?" Kali ini Reagan bicara dengan keras.

Crystal mengangguk penuh semangat. "Iya, aku bukan bagian dari mereka. Aku bukanlah orang yang bekerja di club itu, aku adalah seorang tukang cuci piring di restoran Cina milik Nyonya Lu. Tempat dimana Rose juga bekerja disana sebagai kasir."

Bibir Crystal bergetar hebat ketika kembali bicara.

Sebuah senyum merekah di wajah Reagan. "Baiklah kalau begitu, sepertinya kau cocok memerankan posisi itu."

"Eh?"

"Menikahlah denganku, Crystal!"

Bersambung

Next chapter