webnovel

Perfect Husband (Dayton And Angelica)

Menjadi seseorang yang di anggap beban adalah hal yang tidak mudah. Sulit namun tak ada yang bisa di lakukan. Terluka namun tak bisa di ungkapkan. Sakit namun tak bisa di jelaskan.Selamat datang di kisahku. Bahagiakan dia jika kau tak mau sampai kehilangannya.

Irhen_Dirga · Teen
Not enough ratings
16 Chs

Bab 10 ~ Identitas

Angelica sedang merias Rihana yang sedang menatapnya sejak tadi, Angelica berusaha tak memperdulikannya sampai Rihana mengatakan sesuatu.

"Aku lihat hari ini kamu berpakaian feminim."

"Aku terpaksa," jawab Angelica.

"Terpaksa karena apa? Dan … kelihatannya gaun dan sepatumu itu sangat mahal. Aku tahu sekali."

"Ini tidak mahal sama sekali, kok."

"Jangan membohongiku, Angel, aku tau itu pakaian dan sepatu dari butik ternama. Apa kamu lupa? Aku ini artis dan aku mengetahui semuanya tentang fashion," ujar Rihana membuat kru lainnya memicingkan mata.

"Oh."

"Apa kamu menjadi simpanan pria kaya?"

"Ha ha ha, jangan mengejekku," geleng Angelica.

"Terus? Kamu mencurinya?"

"Tentu saja tidak, apaan sih.. sepertinya pertanyaanmu itu tidak ada hubungannya dengan pekerjaan kita," ujar Angelica membuat Rihana geram.

"Aku 'kan hanya bertanya, apa susahnya untuk menjawabnya? Lagian semua orang tau jika gajimu itu tak akan cukup membeli pakaian mewah itu walaupun sampai 5 tahun kamu bekerja di bidang ini," ujar Rihana.

"Maaf, Rihana, aku tak bisa menjawabnya ... aku memiliki hak tersendiri untuk tak menjawab pertanyaan yang tak aku kehendaki," ujar Angelica membuat Rihana geram dan berjalan beranjak dari duduknya.

"Kamu simpanan, 'kan? Atau kamu mencuri? Aku hanya tak mau ada pekerja yang melakukan kejahatan, jadi jujur saja kamu mendapatkan pakaian dan sepatu mahal itu dari siapa?" tanya Rihana membuat semua orang dan kru lainnya mendekat melihat aksi Rihana yang sedang marah-marah.

"Rihana tenang-lah, jangan sampai ada yang melihatmu," bisik sang manager.

"Dia sudah membuatku marah, coba lihat dia.. dia tak pantas memakai pakaian dan sepatu itu, mataku sakit dan aku tak suka melihatnya, aku ingin tau dari mana dia mendapatkannya, jika dia mencurinya aku tak mau dia bekerja denganku," ujar Rihana.

"Tapi kesannya kamu sudah mengusik privasi orang Rihana," sambung sang manager.

"Aku tidak perduli lagian kamera sedang tag, jadi aku bebas melakukan apa saja, katakan saja dari mana kamu mendapatkan setelan mewah itu?" tanya Rihana.

"Aku tak ingin menjawab pertanyaan yang tak ada hubungannya dengan pekerjaan ini," jawab Angelica.

"Apa kamu sudah tak menyayangi pekerjaan ini?"

"Aku sudah mengatakan jika aku punya hak untuk tak menjawabnya."

"Aish … kamu meremehkanku?'

"Rihana, aku mohon tenanglah," ujar sang manager.

"Coba lah kalian lihat dia dari atas sampai bawah, dia tak akan mampu membeli pakaian ini walaupun ia mengumpulkan gajinya sampai bertahun-tahun, pakaian ini mahal jadi aku ingin tau karena dia bekerja denganku, apa dia mencurinya atau menjual diri?" tanya Rihana membuat para kru mencoba menghentikan sikap Rihana yang memang memiliki sifat buruk.

"Benar, masuk akal juga," ujar salah satu kru.

"Benar, 'kan? Apa aku salah? Jangan sampai pemilik butik datang meminta ganti rugi pada kita jika dia ketahuan mencuri," ujar Rihana.

"Ada apa ini, Rihana?" tanya produser yang baru saja datang ketika melihat kerumunan.

"Lihat dia, Anjy, dia sudah mencuri dan menjual diri demi pakaian dan sepatu itu, aku tak mau dia bekerja denganku, aku tak mau merusak nama baikku jika dia ketahuan mencuri," ujar Rihana.

"Rihana, kamu hanya akan menghancurkan karirmu jika kamu tak menghentikan sikapmu," bisik sang manager. Tapi tak di perdulikan Rihana.

"Hanya karena alasan itu, kamu mau memberhentikannya?"

"Bukan memberhentikannya, tapi lebih tepatnya memecatnya secara tidak hormat," ujar Rihana, sedangkan Angelica memilih diam karena sejak tadi ia sudah menitikkan air mata karena harus menjadi tontonan kemarahan Rihana yang tak masuk akal menurut ukurannya.

"Kamu dan perusahaanmu menginginkan aku, 'kan? Kalian menginginkan aku memperpanjang kontrakku dengan kalian, 'kan? Jadi ikuti aja kataku, pecat dia dan jangan memberikannya gaji sesen pun.," ujar Rihana.

"Tapi Rihana—"

"Jika tidak kalian akan kehilangan diriku," ujar Rihana mempertegas lalu berjalan meninggalkan kerumunan.

Anjy sebagai produser juga direktur Agensi hanya bisa menggelengkan kepala melihat sikap Rihana yang tak masuk di akalnya.

"Kalian lanjutkan pekerjaan kalian!" perintah Anjy.

Setelah semua orang bubar, Anjy menghampiri Angelica yang sedang terisak sejak tadi.

"Maafkan aku, Angel, tapi kamu harus—"

"Saya akan pergi, Tuan, saya akan mengundurkan diri," ujar Angelica berusaha tegar walaupun sebenarnya ia tak bisa meninggalkan pekerjaan ini, karena pekerjaan ini adalah pekerjaannya satu-satunya.

"Maafkan atas sikapnya, Angel, kamu tau kan sejak dulu Rihana tak suka jika ada yang menyainginya, tapi walaupun dengan sikap arogannya seperti itu, perusahaan tak ingin kehilangan dirinya," ujar Anjy mencoba memberi kekuatan kepada Angelica.

"Saya benar-benar tidak apa-apa, Pak, saya permisi," ujar Angelica dengan menundukkan kepala lalu berjalan meninggalkan banyak sepasang mata yang melihatnya.

Angelica menitikkan air mata dan duduk di salah satu tempat sepi, Angelica bingung dengan tempramen yang sering kali Rihana tunjukkan, Angelica tak pernah bisa menunjukkan kelebihannya karena pada dasarnya Rihana tak suka jika ada yang menyainginya. Tapi bukan hal itu yang di tangisi Angelica ia harus mencari tempat tinggal secepatnya tapi jika dia di pecat seperti ini, bagaimana akan nasibnya? Angelica mengacak-ngacak rambutnya frustasi akan nasib yang selalu menimpanya, memiliki saudara yang tak suka padanya, memiliki majikan yang tak suka padanya.

***

Alice sampai di resto di mana Zach menunggunya, Alice masuk dan melihat Zach yang sedang sibuk dengan ponselnya, ia tersenyum menatap sang pujaan hati, Zach benar-benar tampan tapi ia tak akan bisa memiliki Zach sepenuhnya, Alice menghampiri Zach dan berdehem tapat di hadapannya.

"Kamu sudah sampai? Duduklah", ujar Zachary mencoba ramah pada calon istrinya itu jika saja Alice tak membatalkan pernikahan mereka.

"Ada apa? Kenapa menyuruhku kemari? Bisa kan kamu lansung saja? Aku banyak pekerjaan", ujar Alice berusaha bersikap sebijaksana mungkin.

"Minum lah dulu, aku sudah menyiapkannya," ujar Zach.

"Tak perlu."

"Ya sudah, aku menyuruhmu kemari dan mengajakmu bertemu karena tak menyetujui permintaanmu untuk membatalkan pernikahan kita," ujar Zach membuat Alice membulatkan matanya penuh, ia pikir Zach akan marah karena kemarin ia sempat beradu dengan Windra.

"Tapi, kenapa, Zach?" tanya Alice.

"Aku tak setuju dan aku memang ingin menikah denganmu, walaupun kita di jodohkan tapi aku sudah menyukaimu sejak awal, jangan membatalkan semuanya hanya karena sikap kakakku, kamu akan hidup bersamaku dan menjalani setiap hari bersamaku bukan dengan Windra, dia tak berhak melarangku dan tak berhak mengatur hidupku," ujar Zach berhasil membuat Alice berbunga-bunga.

"Tapi aku tak ingin hidup bersama keluarga yang tak menyukaiku, Zach. Windra ada benarnya kamu tak pantas bersanding denganku, buat apa kekayaan jika pendidikan tak ada? Aku bodoh dan aku tak akan pernah bisa menandingimu," ujar Alice.

"Tapi aku tak membutuhkan wanita yang berpendidikan untuk membuatku nyaman dan bersama denganku, karena kebahagiaan tak membutuhkan kekayaan dan pendidikan," ujar Zach membuat Alice bersorak gembira di dalam hati.

"Tapi, Zach—"

"Dengarkan aku, Alice, aku tak perduli jika Windra tak suka padamu dan tak menyetujui pernikahan kita, yang terpenting dari semuanya adalah aku dan kamu, aku menyukaimu dan aku akan sangat bahagia menikah dengan wanita yang aku sukai," ujar Zach.

"Apa kamu tau, Alice? Aku yang telah menyuruh ayahku untuk melamarmu untukku, pernikahan ini bukan pernikahan karena keluarga kita, tapi karena perasaanku dan perasaanmu," ujar Zach berhasil membuat Alice goyah akan keputusannya, benar kata Zach yang terpenting dari semuanya adalah mereka.

Alice tersenyum dan tak mampu mengatakan apapun lagi, ia bahagia mendengar Zach mengutamakannya dan tak memperdulikan bagaimana pendapat Windra padanya.

Alice tersadar dari lamunannyaketika ponselnya terdengar, Alice tersenyum melihat nama Angelica di layar ponselnya.

"Halo, Angel."

"....."

"Apa? Ya sudah, aku akan ke sana."

"....."

"Aku tidak sibuk kok, aku akan kesana sebentar lagi jadi tunggu aku dan jangan kemana-mana," ujar Alice.

"....."

"Terus kamu mau kemana? "

"....."

"Hem, aku akan menghubungimu."

Alice mengakhiri telpon dan menatap Zach yang juga sedang menatapnya.

"Siapa, Alice?" tanya Zach.

"Angelica."

"Dia kenapa?"

"Dia di pecat dari pekerjaannya."

"Terus?"

"Aku akan menemuinya tapi dia mengatakan tak perlu karena dia akan ke suatu tempat," jawab Alice.

"Baiklah, jika kamu ingin menemuinya silahkan saja."

"Tapi sepertinya dia ingin sendiri."

Zach menganggukkan kepala tanda mengerti, sedangkan Alice bingung harus bagaimana. Alice memiliki ide dan mencoba menelfon sang kakak.

"Tunggu sebentar ya, Zach, aku akan menelpon kakakku," ujar Alice beranjak dari duduknya dan menjauh dari Zach yang sedang menatapnya.