webnovel

Perfect D'angelo Bride

Warning cerita 21 + harap bijak dalam membaca "Aku menikahi mu bukan hanya untuk melepaskan keluarga ku dari kutukan tapi aku menikahi mu karna aku mencintai mu, bagi ku hanya kamu istri ku  dan ibu dari anak-anak ku karna bagi ku tidak ada satupun wanita di dunia ini yang pantas menggantikan posisi mu," "Belum cukup kah, aku menunjukkan cinta ku melalui tindakan ku, aku bukan pria yang suka mengumbar kata-kata cinta tanpa bukti nyata" Sean D'angelo (25 tahun) seorang pengusaha sukses yang memiliki sifat dingin, licik, dan kejam. Hanya saja tak ada satu orang pun tau kalau Sean menderita sebuah kutukan yang terus menerus membuatnya menderita. Agustaf D'Lucifer (26 tahun) seorang pengusaha sukses yang menjadi rival Sean D'angelo dalam merebut cinta sang gadis takdir Sarah Frederica (21 tahun) adalah seorang gadis  takdir yang di beri anugrah untuk mematahkan kutukan yang menimpa salah satu dari 2 keluarga terpandang, hanya 1 keluarga yang mampu menaklukan hati sang gadis takdir. Bagaimana kisah  perebutan cinta sang gadis takdir, akankah  Sean dan agustaf mampu membuat sarah jatuh cinta pada mereka ataukah pada akhirnya mereka gagal menaklukkan hati gadis takdir, Bagaimana perjuangan Sean dan agustaf dalam merebut cinta sang gadis takdir ?  Penasaran kisah selanjutnya! Yuk, simak kisah cinta perfect D'Angelo Bride disini!

Vvy_Ccya31 · Realistic
Not enough ratings
316 Chs

Jessie

Brukkk...

"Eghhh," Suara napas Jessie tertahan, ia bisa merasakan tubuhnya terasa dingin dan mulai mati rasa.

Jessie terjatuh dengan kepala menghantam pinggiran pagar balkon ruang tengah, ruang pribadi sean. Jessie ambruk dengan tubuh kebiruan akibat hipotermia karena cuaca malam ini begitu dingin disertai angin yang berhembus kencang dari arah laut.

Sayup-sayup kelopak mata Jessie terbuka, ia bisa melihat sosok buram yang bergerak cepat kearahnya.

"Jessie," Suara berat yang sangat ia kenal memanggil namanya.

Namun Jessie sudah tidak kuat lagi membuka mata apalagi untuk menjawab panggilan sosok itu, hingga ia memejamkan mata sepenuhnya.

****

Sean tersentak dan terbangun dari tidurnya, mimpinya tentang gadis takdir seketika buyar padahal sebentar lagi dia bisa menggapai gadis itu.

Sean bangkit dari tempat tidurnya dengan  kesal sekaligus penasaran suara apa yang begitu keras sampai mampu mengusir mimpi indahnya.

Apakah ada maling masuk, pikir Sean segera bangkit dan keluar kamarnya dengan mengendap-endap,Sean mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan tak ada yang aneh, tak ada barang yang berpindah posisi atau hilang.

"Tak ada yang berubah dari ruangan ini," lirih Sean sembari berjalan ke arah balkon yang pintunya masih terbuka.

"Astaga," pekik Sean terkejut dengan jantung berdegup kencang dan setengah berlari, dalam sekejap Sean sampai di tempat Jessie pingsan dengan tubuh mulai membiru, dia mengira jessie sudah pulang tapi ternyata wanita ini masih disini, 'Dia sangat keras kepala' rutuk Sean dalam hati.

"Jessie." Panggil Sean namun Jessie tetap diam tak bergeming.

Sean lalu berlutut dan mengendong Jessie keluar dari ruang pribadinya dan meletakkan Jessie di kamar yang letaknya tepat di depan kamarnya. Kulit jessie terasa begitu dingin seperti es, dia juga tampak menggigil hebat.

Seketika Sean merasa iba karena ulahnya Jessie seperti ini, ia lalu segera bangkit mengambil beberapa selimut untuk menutupi tubuh Jessie, ia juga menyalakan penghangat ruangan agar wanita itu tidak kedinginan.

Jessie yang tak sadarkan diri namun masih bisa merasakan sayup-sayup aroma mint memabukan masuk ke indra penciumannya, aroma yang begitu Jessie rindukan serta dekapan kehangatan yang sudah lama tidak ia dapatkan, kehangatan dari pria yang ia cintai sejak masih belia.

Sebulir air mata kerinduan mengalir dari mata Jessie yang tertutup rapat.

"Maafkan aku, aku tidak bermaksud menyakiti mu," lirih Sean mengecup kening adik kesayangannya.

"Berhentilah menangis," Sean menghapus airmata Jessie.

"Ini semua salah ku seharusnya dari dulu aku menetapkan batasan diantara kita, jadi kamu tidak akan berharap lebih pada ku dan terluka seperti ini," ucap Sean lagi.

Belaian tangan Sean pada rambut Jessie terasa hangat, kehangatan yang tak ingin Jessie relakan untuk wanita lain, dia hanya ingin kehangatan ini selamanya diberikan untuknya.

*

Jessie meraih tangan Sean, menatap sorot mata yang selalu ia rindukan sorot mata yang dulunya lembut namun akhir-akhir ini menjadi sangat dingin hingga tidak mampu ia gapai.

"Kenapa, hmm..." gumam pria di hadapan Jessie

Bruukk!

Jessie bangkit dan menghamburkan dirinya ke pelukan pria di depannya hingga pria itu jatuh terlentang.

"Kamu kenapa hmm... selimutnya kurang hangat," canda pria itu.

Jessie mendongkakan kepalanya menatap wajah pria di depannya yang kini tersenyum manis. Pria itu perlahan menurunkan kepalanya, mengecup singkat bibir merah merekah milik jessie.

Jessie merasa tidak puas ia mau lebih, jessie meraih tengkuk pria di depannya dan melumat bibir pria itu dengan rakus.

"Emmhhmm," jessie bergumam tidak jelas, saat pria itu balas melumat bibirnya dengan perlahan, pria di depan jessie seorang yang ahli dalam berciuman. Tidak menggebu-gebu tapi lembut dan penuh kehangatan, ciuman nya seakan mampu menentramkan hati Jessie yang tengah kalut.

Jessie perlahan menutup matanya dan menikmati ciuman hangat di bibirnya, tangan pria itu perlahan meraih pinggang Jessie dan membaliknya sehingga tubuh pria itu berada di atas tubuh Jessie tanpa melepaskan pagutan mereka.

Pria itu mencium kening, pipi, hidung dan dagu Jessie dengan lembut, jessie meremas kasur dengan kuat takkala lidah pria itu bermain di lehernya.

"Emmmmhhh..Aaaahhh," Jessie tidak mampu lagi menahan desahannya, pria di atasnya bergerak perlahan,  walaupun masih tertutup pakaian Jessie bisa merasakan gumpulan daging keras menyentuh area sensitifnya.

"Bibir mu manis sekali Jessie," suara pria itu memberat menandakan gairah yang memulai memuncak, jari pria itu tak mau berhenti membelai dada Jessie dengan lembut, ia menelusupkan jemari tangannya ke mini night gown ketat yang membungkus tubuh Jessie dari atas, menuju gunung kenyal nan lembut dan remas able milik jessie.

"Sean, emmmmhhh...Sean," desah Jessie membuat hasrat pria itu semakin meningkat, tanpa menunggu lagi ia menanggalkan gaun Jessie hingga terpampang jelas bra berwarna hitam berenda semeriwing, sangat serasi dengan warna kulit Jessie yang putih mulus bak porselen.

"Sean, Sean, akh..gelii," ucap Jessie terbata saat pria itu melepas bra-nya lalu melumat kedua gunung kembar jessie, bergantian kiri dan kanan

Setiap jengkal tubuh Jessie dari ujung kepala hingga rambut tidak luput dari sentuhan  dan ciuman pria itu, mengantarkan Jessie kelangit ke tujuh.

Tak tinggal diam Jessie menunjukkan bakat blow jobnya,napas Sean memberat ketika merasakan kuluman nikmat di pusaka miliknya, Jessie sangat piawai dalam hal ini. Tangan Jessie pun tidak tinggal diam seiring maju mundur kulumannya tanganya meremas pelan kedua yang buah bergelantungan milik Sean. lembut dan tidak terburu-buru, Sean sungguh menyukai permainan yang seperti ini.

Kepala Sean mendongak ke atas dengan mulut sedikit terbuka menikmati service yang di berikan Jessie, dengan Posisi yang seperti ini Jessie tampak begitu sexy.

Kuluman Jessie terhenti saat Sean menariknya ke atas kembali melumat bibir Jessie dan memasukkan pusakanya ke inti tubuh Jessie dengan gerakan cepat.

"Aaaahh.." Jessie mendesah ketika pusaka Sean yang keras dan besar melesak masuk ke dalam tubuhnya memberikan kenikmatan yang tak terhingga.

Jessie mulai menggerakkan pinggulnya naik turun mengimbangi gerakan Sean di atasnya hingga gerakan tubuh keduanya semakin cepat, saling memompa demi mendapatkan pelepasan masing-masing.

"Akh...Sean" pekik Jessie saat merasakan gelombang kenikmatan yang semakin lama semakin intens menyerang. sebelum Jessie bisa merasakan pelepasannya.

braaakk...

"ughh..." ringis Jessie saat terjatuh dari ranjang.

"Sialan ternyata itu hanya mimpi," desis Jessie geram karena tidak melihat ada Sean di dalam ruangan itu.

Jessie melihat sekeliling nya bukan kah dia tadi sedang berada di balkon, bagaimana bisa dia disini, apakah Sean yang memindahkannya, antara percakapan dengan pergulatan tadi yang mana yang benar, Jessie segera bangkit dari lantai dan memeriksa tempat tidur untuk memastikan,

Jessie mengangkat selimut dan meraba setiap jengkal sprey kasur nya, Jessie menangis histeris dengan kenyataan yang dia dapatkan benar-benar tidak sesuai harapannya, bagaimana bisa semuanya mimpi.

Padahal dia merasa setiap sentuhan Sean ditubuhnya itu nyata.

Jam kini sudah pukul 00.00 Jessie memutuskan untuk pergi dari kediaman Sean dia harus menuntaskan hasratnya yang tidak tercapai, dia tidak peduli dengan siapa dia akan berperang malam ini. Yang Jessie inginkan malam ini naik sampai ke titik tertinggi yang dia bisa.