webnovel

Perfect D'angelo Bride

Warning cerita 21 + harap bijak dalam membaca "Aku menikahi mu bukan hanya untuk melepaskan keluarga ku dari kutukan tapi aku menikahi mu karna aku mencintai mu, bagi ku hanya kamu istri ku  dan ibu dari anak-anak ku karna bagi ku tidak ada satupun wanita di dunia ini yang pantas menggantikan posisi mu," "Belum cukup kah, aku menunjukkan cinta ku melalui tindakan ku, aku bukan pria yang suka mengumbar kata-kata cinta tanpa bukti nyata" Sean D'angelo (25 tahun) seorang pengusaha sukses yang memiliki sifat dingin, licik, dan kejam. Hanya saja tak ada satu orang pun tau kalau Sean menderita sebuah kutukan yang terus menerus membuatnya menderita. Agustaf D'Lucifer (26 tahun) seorang pengusaha sukses yang menjadi rival Sean D'angelo dalam merebut cinta sang gadis takdir Sarah Frederica (21 tahun) adalah seorang gadis  takdir yang di beri anugrah untuk mematahkan kutukan yang menimpa salah satu dari 2 keluarga terpandang, hanya 1 keluarga yang mampu menaklukan hati sang gadis takdir. Bagaimana kisah  perebutan cinta sang gadis takdir, akankah  Sean dan agustaf mampu membuat sarah jatuh cinta pada mereka ataukah pada akhirnya mereka gagal menaklukkan hati gadis takdir, Bagaimana perjuangan Sean dan agustaf dalam merebut cinta sang gadis takdir ?  Penasaran kisah selanjutnya! Yuk, simak kisah cinta perfect D'Angelo Bride disini!

Vvy_Ccya31 · Realistic
Not enough ratings
316 Chs

gadis itu

"Akhhh.. sialan, kamu dimana ?" Maki Sean frustasi yang membuat semua orang yang berada di ruangan meeting menoleh serempak kearahnya, mereka kaget mendengar makian Sean yang tiba-tiba apalagi mereka bahkan sedang tidak membicarakan hal-hal yang bisa mengundang sebuah makian.

Makian Sean membuat Alex yang semula sedang serius membacakan laporan mengenai perkembangan bisnis SGD secara global, langsung berhenti bicara dan memperhatikan sang CEO dengan hati-hati.

Saat merasakan tatapan intens yang mengarah padanya Sean seketika menyadari kesalahannya, ia tampak canggung 'bodoh Sean, CEO macam apa kamu ini, bukannya fokus dengan materi rapat malah memikirkan mimpi' gumam Sean dalam hati merutuki kebodohannya.

Sean memijat pelipisnya untuk membantunya kembali fokus, semua sel otaknya dia gunakan untuk memikirkan gadis itu dan saat ini tidak ada ruang untuk memikirkan pembahasan meeting kali ini.

"Pak, Anda baik-baik saja ? Atau Ada yang ingin bapak sampaikan ?" Tanya Alex yang juga sama terkejut dan bingung seperti yang lainnya dengan sikap Sean hari ini namun ia berusaha mencairkan suasana.

Sean menurunkan tanganya dari pelipisnya, lalu balas menatap Alex. " Tidak" jawabnya "aku tidak baik-baik saja."

"Y-ya pak" jawab Alex gagap, ia semakin terlihat bingung dengan jawaban Sean.

"Apakah bapak mau saya antar ke rumah sakit ? Atau bapak mau saya panggilkan dokter David" ucap Yunxi dengan nada khawatir membuat Alex yang ingin melanjutkan ucapannya langsung terdiam.

"Tidak," tolak Sean langsung

"Dokter tidak akan mengerti dan aku tidak butuh ocehan mereka, Aku hanya butuh manusia itu!" Desahan berat keluar dari mulut Sean.

"Manusia itu ?" Ucap Yunxi menatap bingung.

Sean mengusap wajahnya dengan kasar, beberapa kali helaan nafas berat keluar dari mulutnya. "Lupakan saja" ucapnya kemudian. "Aku saat ini sedang kehilangan akal sehat ku."

Yunxi terlihat khawatir dengan perubahan Sean akhir-akhir ini terutama perubahan Sean seperti hari ini yang baru ia lihat. Belakangan ini Sean sering kali kehilangan fokusnya tapi hari ini jauh lebih buruk, entah apa yang CEOnya pikirkan membuat Yunxi sering bertanya-tanya dalam hati apa yang tengah terjadi sehingga Seorang Sean yang selalu bersikap bodoh amat menjadi terlihat begitu frustasi dan tidak berdaya Seperti ada hal besar yang tengah mengusiknya.

"Apakah ada yang bisa saya bantu pak?" Tanya Yunxi setelah beberapa saat terdiam.

"Ah, tidak ada. Saya rasa cukup sekian rapat kita, silahkan kalian semua bubar dab bisa kembali bekerja" ucap Sean akhirnya bangkit berdiri dan langsung melenggang pergi.

"Terimakasih atas waktu anda pak Sean." Ucap orang-orang yang menghadiri rapat berdiri dan membungkukan tubuh mereka dengan hormat yang di balas anggukan kepala oleh Sean.

Setelahnya Sean langsung keluar menuju parkiran, menaiki mobil sportnya yang di parkir di parkiran khusus VVIP dan melajukan mobilnya pergi entah kemana.

******

Hari ini hari dimana Sean tiba di Indonesia ia di jemput langsung oleh direktur perusahaan Star Aurora, Ivander Leonid yang merupakan salah satu orang kepercayaan D'Angelo yang di tugaskan mengelola bisnis ibunya disini.

"Selamat datang di Indonesia, Tuan" ucap Ivan sembari membungkukan badannya memberi hormat.

"Bukankah aku sudah mengatakan jangan memangil Tuan di tempat umum" tegur Sean menatap tajam orang kepercayaan ibunya itu.

"Saya minta maaf pak" jawab Ivan gugup sembari menundukkan kepalanya, ia sadar telah melakukan kesalahan.

"Mari pak saya antar ke Villa" ucap Ivander Leonid

"Nanti saja, aku ingin melihat perusahaan ibu terlebih dahulu" Jawaban Sean membuat Yunxi melongo.

"Pak, anda baru saja tiba sebaiknya beristirahat dulu" ucap Yunxi

"Aku hanya ingin melihat perusahaan yang ia bilang perusahaan berkedok liburan" jawab Sean

"Tapi Tuan...kita telah menempuh perjalanan lebih dari 7 jam, ibu akan marah jika anda sakit" ucap Yunxi mengingatkan Sean.

"Pak, perusahaan Star Aurora berada satu kompleks dengan Villa tempat bapak Sean menginap, jadi bapak Sean bisa sekalian melihat keadaan perusahaan" Ucap Ivan yang sedari tadi tampak ingin bicara.

"Hmm" Deheman Sean menjawab ucapan Ivan.

"Silahkan Pak" ucap Sopir pribadi Ivan membukakan pintu untuk Sean duduk. Tak lama kemudian mereka memasuki kompleks perusahaan Star Aurora Ivander Leonid meminta sopirnya untuk membawa mereka berkeliling perusahaan terlebih dahulu dan ia mulai menjelaskan setiap bangunan yang mereka lewati.

Sean sedikit takjub dengan penataan bangunan perusahaan Star Aurora yang di rancang langsung oleh ibunya Karina D'Angelo yang tampak berbeda dari perusahaan pada umumnya yang setiap divisinya bergabung di satu bangunan pencakar langit melainkan kantor utama hanya memiliki 5 tingkat dan setiap divisi memiliki bangunan sendiri yang menyerupai sebuah villa tingkat 2 yang di pisah dengan taman-taman mini dan di lengkapi dengan patung dewa yang berbeda pada setiap divisi.

Perusahaan Star Aurora sama sekali tidak mengusung konsep perusahaan modern melainkan sebuah perusahaan yang menyatu dengan adat dan budaya pulau Dewata Bali.

Melihat sekilas orang tidak akan menyangka jika bangunan-bangunan yang berbentuk menyerupai villa tersebut merupakan sebuah perusahaan pantas saja ibunya sanggup menggelontorkan uang triliyun dollar untuk membangun kompleks perusahaan seindah ini dan ia juga dengan bangga mengatakan staffnya sangat betah bekerja di perusahaan ini sehingga mereka jarang membuka lowongan pekerjaan, bagaimana tidak betah jika suasana perusahaannya saja terlihat seperti tempat liburan yang setiap sudutnya begitu memanjakan mata.

Sebuah mobil mewah tengah berjalan perlahan mengintari kompleks perusahaan Star Aurora. saat sedang asik mengamati sekitarnya, Kepala Sean langsung berputar arah dan Sean mengerjapan matanya beberapa kali untuk memperjelas pandangannya, ia berhenti melakukannya kala pandangannya sudah sangat jelas membuat sepasang netra berwarna biru hazel itu nyaris tak berkedip saat menatap sosok wanita muda yang sedang melamun di sebuah taman di pinggir jalan dengan posisi berdiri, tampak acuh dengan suasana indah di sekitarnya, ia seakan tengah tengelam dalam dunianya sendiri.

"Gadis itu" gumam Sean saat melihat gadis yang tampak tidak asing yang membuat jantungnya seketika berdegup kencang, matanya hampir melompat keluar melihat sosok wanita muda dengan penampilan yang berantakan. Mobil yang Sean tumpangi perlahan berjalan melewati gadis itu bagaikan adegan slow motion. Sean seakan tidak menyadari apa yang terjadi, matanya terus menatap gadis itu dari ujung kaki hingga kepala ia tampak berusaha keras mengingat siapa gadis itu sampai keningnya membentuk beberapa guratan halus dan kepalanya berbalik seiring laju mobil yang makin bergerak menjauhi gadis yang kini sudah berjalan ke arah sebaliknya.

"Ada apa pak ?" Tanya Ivan bingung dengan tingkah Sean yang tiba-tiba terlihat aneh.

Teguran Ivan sontak membuat Sean sadar, sudah terlambat. Gadis itu sudah menghilang di balik tikungan pepohonan di sisi kiri dan kanan jalan di samping taman.