webnovel

Perfect D'angelo Bride

Warning cerita 21 + harap bijak dalam membaca "Aku menikahi mu bukan hanya untuk melepaskan keluarga ku dari kutukan tapi aku menikahi mu karna aku mencintai mu, bagi ku hanya kamu istri ku  dan ibu dari anak-anak ku karna bagi ku tidak ada satupun wanita di dunia ini yang pantas menggantikan posisi mu," "Belum cukup kah, aku menunjukkan cinta ku melalui tindakan ku, aku bukan pria yang suka mengumbar kata-kata cinta tanpa bukti nyata" Sean D'angelo (25 tahun) seorang pengusaha sukses yang memiliki sifat dingin, licik, dan kejam. Hanya saja tak ada satu orang pun tau kalau Sean menderita sebuah kutukan yang terus menerus membuatnya menderita. Agustaf D'Lucifer (26 tahun) seorang pengusaha sukses yang menjadi rival Sean D'angelo dalam merebut cinta sang gadis takdir Sarah Frederica (21 tahun) adalah seorang gadis  takdir yang di beri anugrah untuk mematahkan kutukan yang menimpa salah satu dari 2 keluarga terpandang, hanya 1 keluarga yang mampu menaklukan hati sang gadis takdir. Bagaimana kisah  perebutan cinta sang gadis takdir, akankah  Sean dan agustaf mampu membuat sarah jatuh cinta pada mereka ataukah pada akhirnya mereka gagal menaklukkan hati gadis takdir, Bagaimana perjuangan Sean dan agustaf dalam merebut cinta sang gadis takdir ?  Penasaran kisah selanjutnya! Yuk, simak kisah cinta perfect D'Angelo Bride disini!

Vvy_Ccya31 · Realistic
Not enough ratings
316 Chs

Di panggil

Baru saja hendak masuk ke dalam lift, Kirana dihentikan oleh panggilan seorang pria yang mengenakan jas shades Grey, "Tunggu nona Kirana!" Ucap Kevin menghentikan langkah Kirana yang hendak memasuki lift.

Kirana terdiam mendengar namanya di panggil dan beberapa saat kemudian dia menyadari sesuatu kalau pria di hadapannya ini tadi ada di ruang wawancara, hanya saja dia tidak duduk di bagian yang mencolok melainkan duduk diam di bagian pojok ruangan paling dalam mengawasi jalannya wawancara jadi saat seseorang yang kurang teliti dan melihat secara detail ruang wawancara mereka tidak akan menemukan pria ini di sana.

Naluri Kirana berkata pria ini tentunya memiliki jabatan yang lebih tinggi dari pria yang terus menatapnya dengan pandangan mesum tadi.

"Nona Kirana ?" Panggil Pria itu lagi.

"Ya, pak ada apa ?"Jawab Kirana dengan sopan seraya mencekram erat sisi samping bajunya untuk mengurangi rasa mual yang ia rasa.

"Sebelumnya perkenalkan nama saya Kevin, saya adalah asisten pribadi CEO perusahaan ini. " Ucap Kevin memperkenalkan dirinya secara singkat.

"Salam kenal Tuan Kevin." Jawab Kirana menundukkan sedikit tubuhnya sebagai tanda sopan santun.

Kevin menganggukan kepalanya lalu berkata "CEO perusahaan ini tuan Kai meminta ku untuk membawa mu ke ruangannya, beliau ingin bertemu dan mewawancarai nona secara pribadi."

"Mewawancarai ku langsung ?" Tanya Kirana menunjuk dirinya sendiri.

"Benar nona, Beliau sangat tertarik dengan profil anda sehingga meminta anda untuk menemuinya" Ucap Kevin lagi meyakinkan Kirana untuk mengikutinya.

Kirana tampak masih kebingungan dan belum yakin dengan jawaban Kevin, sorot mata pria ini menunjukkan sesuatu yang berbeda dengan ucapannya tapi Kirana tetap menuruti apa yang di katakan Kevin. sebagai jawaban Kirana menganggukan kepalanya memberikan tanda persetujuannya untuk mengikuti pria itu.

Saat mengikuti langkah pria itu untuk masuk ke bagian dalam perusahaan Kirana beberapa kali ingin bertanya pada pria itu namun selalu ia urungkan, ia tidak punya keberanian lebih untuk banyak bertanya karena dia masih mengingat pesan Kayla dan Karen kalau orang dengan jabatan tinggi itu sering kali sangat sensitif pada orang-orang yang banyak bertanya mengenai hal-hal yang tidak penting. Melihat dari jabatan pria ini Kirana juga tidak berani bertindak gegabah bisa jadi jika dia membuat pria ini kesal, ia bisa kehilangan peluang untuk bekerja di perusahaan ini.

Perasaan Kirana menjadi sangat gelisah dan bertanya-tanya pada dirinya sendiri, dia juga merasa sangat bingung karena sejak tadi dia terus memperhatikan orang-orang yang keluar dari ruang wawancara dia tidak ada melihat seorang pun dari para pelamar yang di bawa oleh pria ini ke atas ke ruang CEO.

"Kenapa hanya aku yang di panggil." Gumam Kirana dalam hati.

"Ada apa ? Apakah aku ada melakukan kesalahan fatal ?" Tanya Kirana pada dirinya sendiri. Dia berusaha mengingat-ingat di ruangan wawancara tadi apakah ia ada salah dalam berkata atau secara tidak sengaja menyinggung perasaan CEO perusahaan ini. Namun sampai kepalanya semakin pening Kirana tidak kunjung mendapatkan jawabannya.

Kalau dia menginginkan Jawaban atas pertanyaannya itu, dia hanya akan mendapatkan nya saat mengikuti pria ini menemui CEO.

Kirana akhirnya mengurungkan niatnya untuk membatalkan keputusannya mengikuti pria ini dan kabur secara diam-diam.

Dia memilih mengabaikan sinyal bahaya dari hati nya, ia terus berjalan mengikuti Kevin dan masuk ke dalam lift khusus pegawai untuk naik ke lantai tertinggi di perusahaan ini.

keheningan melanda di dalam lift baik Kevin maupun Kirana tidak ada yang membuka suara.

Kevin sebenarnya ingin bertanya banyak hal pada perempuan yang sudah membuat sahabatnya hampir gila karena terus mencari keberadaannya. Apa yang dia gunakan untuk memikat Kai ? Sehingga pria itu tidak bisa berpikir jernih dan kerap kali berbuat nekat hanya untuk bisa berada di sisi wanita ini tanpa memikirkan konsekuensi dari tindakannya.

Perempuan ini juga sudah membuat hari-harinya yang tenang menjadi super sibuk karena harus membantu Lui mencari banyak informasi dan menyelesaikan banyak hal.

Sedangkan Kirana tidak tahu harus berkata apa pada pria di sampingnya ini sehingga dia hanya memilih untuk terus diam.

Diam adalah solusi terbaik ketika kamu tidak tahu harus berkata apa atau takut kata-kata mu menyinggung orang lain.

Kirana terus melihat nomor lift yang semakin lama semakin bertambah menandakan lift ini telah membawanya naik ke atas, sudah jauh dari tempat wawancaranya tadi.

Semakin lift baik semakin pula Jantung Kirana berdetak dengan kencang, Feeling nya mengatakan ada sesuatu yang baik dan buruk akan terjadi.

"Apa itu ? Kenapa bisa baik dan buruk terjadi secara bersamaan." Gumam Kirana dalam hati.

Kirana tak tahu persis seperti apa perasaan yang tengah ia alami sekarang, di sisi lain ia merasa takut akan ada hal buruk yang akan terjadi dengannya namun di sisi lain entah mengapa perasaannya menjadi sedikit senang bahkan terselip rasa rindu di sana.

Rindu pada siapa ?

Entahlah Kirana pun tidak tahu rindu pada siapa. CEO itu ? Tidak mungkin! dia saja tidak mengenal siapa CEO perusahaan Karl Kingston Company.

Perasaan Kirana semakin lama semakin tidak karuan, Ia menarik nafas berkali-kali untuk menenangkan degub jantungnya, sampai akhirnya Kirana memberanikan diri untuk berbicara pada pria yang berada tepat di depannya.

"Mohon maaf pak, Kenapa cuma saya yang di panggil ke ruang CEO ? Sejak awal saya tidak melihat ada para pelamar yang di panggil seperti saya?" Tanya Kirana dengan suara sedikit bergetar menahan gejolak tak nyaman di hatinya.

"Seperti yang saya katakan tadi nona, CEO kami tertarik dengan profil anda yang masih berstatus sebagai mahasiswi aktif dengan nilai kelulusan tinggi berbeda dengan kandidat lain yang sudah lama lulus bahkan ada yang sudah memiliki pengalaman kerja." Jawab Kevin tampak menyembunyikan sesuatu.

Pria itu tampak mengalihkan pandangannya saat menjawab pertanyaan Kirana. Kirana tidak menyadari hal itu karena posisi nya yang berdiri di belakang Kevin.

"Setahu saya Presdir dulu juga alumni universitas Bakti Angkasa, aku rasa karena itu beliau ingin bertemu dengan mu." Ucap Kevin lagi.

Kirana merasa sedikit lega karena alasan yang di berikan Kevin sangat masuk akal.

"Semoga Presdir bukan orang yang mesum." Gumam Kirana dalam hati.

Kirana sedikit khawatir bertemu dengan Presdir yang mesum seperti pria itu tadi.

Kirana tiba-tiba membayangkan seorang CEO pria paruh baya yang cabul dan menatapnya dengan pandangan mesum semesum pria itu tadi. Kirana juga takut pria itu akan melakukan hal buruk padanya.

Kirana mengelengkan kepalanya berkali-kali untuk mengenyahkan pikiran buruk itu.

"Aku tidak boleh memiliki praduga yang tidak berdasar seperti ini." Gumam Kirana dalam hati.