webnovel

Perfect D'angelo Bride

Warning cerita 21 + harap bijak dalam membaca "Aku menikahi mu bukan hanya untuk melepaskan keluarga ku dari kutukan tapi aku menikahi mu karna aku mencintai mu, bagi ku hanya kamu istri ku  dan ibu dari anak-anak ku karna bagi ku tidak ada satupun wanita di dunia ini yang pantas menggantikan posisi mu," "Belum cukup kah, aku menunjukkan cinta ku melalui tindakan ku, aku bukan pria yang suka mengumbar kata-kata cinta tanpa bukti nyata" Sean D'angelo (25 tahun) seorang pengusaha sukses yang memiliki sifat dingin, licik, dan kejam. Hanya saja tak ada satu orang pun tau kalau Sean menderita sebuah kutukan yang terus menerus membuatnya menderita. Agustaf D'Lucifer (26 tahun) seorang pengusaha sukses yang menjadi rival Sean D'angelo dalam merebut cinta sang gadis takdir Sarah Frederica (21 tahun) adalah seorang gadis  takdir yang di beri anugrah untuk mematahkan kutukan yang menimpa salah satu dari 2 keluarga terpandang, hanya 1 keluarga yang mampu menaklukan hati sang gadis takdir. Bagaimana kisah  perebutan cinta sang gadis takdir, akankah  Sean dan agustaf mampu membuat sarah jatuh cinta pada mereka ataukah pada akhirnya mereka gagal menaklukkan hati gadis takdir, Bagaimana perjuangan Sean dan agustaf dalam merebut cinta sang gadis takdir ?  Penasaran kisah selanjutnya! Yuk, simak kisah cinta perfect D'Angelo Bride disini!

Vvy_Ccya31 · Realistic
Not enough ratings
316 Chs

Akan ku kejar kau sampai dapat

"Nek, sarah pulang," gumam Sarah saat melihat toko kue sekaligus rumah kecil mereka.

"Nenek.." panggil Sarah saat ia sampai di depan pintu masuk.

"Nek ...?" Panggil Sarah ketika tidak ada jawaban dari sang nenek

Sarah mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, tidak seperti biasanya kenapa kedai nenek terlihat sangat berantakan

"Dasar tua bangka tidak berguna," teriak seorang

"Hidup cuma bisa nyusahin orang aja, kenapa gak mati aja sana," omelnya dan prangg....!! Dia melempar piring berisi nasi kelantai.

"Kamu tau, berapa uang yang sudah ku habiskan untuk merawat mu dan cucu mu yang tidak berguna itu hah!," Tunjuk seorang wanita pada Sarah yang baru masuk ke dapur.

"Lihatlah cucumu itu! Bahkan dia menjadi pengangguran yang tidak berguna sama sepertimu. Jika bukan aku yang meminjamkan uang untuk membangun toko busuk mu ini dari mana kau akan mendapatkan uang untuk membuat perutmu kenyang?" Ucap seorang wanita paruh baya.

"Sarah!" Panggil wanita yang merupakan ibu kandung Sarah. Dengan pelan Sarah mendekat ke arena pertengkaran ibu dan neneknya.

Plak!

Satu tamparan mendarat tepat di pipi kanan Sarah. Bahkan wajahnya langsung mencetak sempurna tangan ibunya. Ini sudah biasa dia dapatkan ketika ibunya datang marah-marah seperti ini. Ia akan selalu dijadikan pelampiasan dan samsak tinju sampai amarah ibunya mereda. Sarah hanya bisa tersenyum menerima segala perlakuan dari ibunya.

"Ini semua karenamu Sarah! Kamu itu pembawa sial, kalau saja kamu bekerja dan menghasilkan uang, hidup ku akan jauh lebih baik tidak harus terlilit utang sana sini hanya untuk membiayai hidup kalian berdua. Huh.. tidak ada gunanya aku melahirkan mu harusnya aku tidak mendengar ucapan nenek tua ini dulu, harusnya aku tidak membesarkan dan menyekolahkannya hingga lulus. Kamu benar-benar sialan tidak berguna!" Hardik sang ibu tanpa ampun ia bahkan tidak memikirkan perasaan putrinya dan sama sekali tidak merasa menyesal akan perkataan kejam yang ia utarakan hari ini

"Kasih!" Pekik seorang wanita renta kala melihat Kasih yang sudah mengangkat tangannya kembali bersiap untuk menampar putri nya yang sudah terlihat begitu pasrah.

"Kasih, berhenti nak, jangan terus memarahi Sarah seperti ini, dia tidak bersalah" ucap nenek Sarah mengiba berharap belas kasihan dari putrinya.

"Tidak bersalah apa ? Dia benar-benar anak tidak tahu di untung! Saya menyesal telah melahirkan nya" Jawab Kasih sengit.

"Apa yang kau lakukan nak, dia ini putrimu satu- satunya nak, jangan berkata seperti itu, nanti kamu menyesal dengan ucapanmu" ucap nenek Amira mengingatkan anak semata wayangnya.

"Kenapa ibu terus membelanya ! Dia itu anak tidak berguna" teriak Kasih, amarah dan emosi bercampur menjadi satu, ingin rasanya kasih menghancurkan seluruh rumah ini.

"Sudah cukup tua Bangka jangan ikut campur" ucap Kasih sembari menarik rambut Sarah dan menghujaninya dengan pukulan.

"Kau...kau tidak punya hati nurani!" Jerit nenek Amira tertahan kala melihat cucunya di siksa dengan sekuat tenaga ia menarik Sarah dari cekraman kasih sehingga tanpa sadar ia mendorong kasih hingga jatuh terjengkang.

Plak!

Kasih bangun dan menerjang nenek Amira menghujani dengan beberapa pukulan di wajah ibunya itu.

Sarah melihat neneknya di pukul seketika mengeram marah, ia tak apa jika di pukul bahkan di siksa oleh kasih tapi tidak dengan neneknya, ia tidak akan pernah terima.

Darah Sarah seketika mendidih, amarah yang di tahan seketika membuncah keluar "kau bajingan, untuk apa kau pukul nenek ?apakah dengan memukul nenek utang-utang mu bisa lunas ? Kau pikir aku bodoh tidak tahu jika selama ini aku dan nenek hanya hidup dengan uang kami sendiri, kau bilang toko ini hasil uang mu mana buktinya ?" Teriak Sarah menyentak lengan ibunya hingga cekraman Kasih terlepas dari rambut nenek Amira

Sarah melayangkan telapak tangannya dalam sepersekian detik, Plak! Tamparan Sarah mendarat sempurna di wajah cantik Kasih.

"Uang untuk membangun toko ini dari hasil tabungan nenek tidak ada campur tangan dari mu, utang mu banyak itu karena gaya hidup mu sendiri" jerit Sarah yang membuat kasih seketika terdiam melihat amarah anaknya yang selama ini tak pernah sedikitpun melawannya, ia selalu diam dan menerima apapun perlakuan yang Kasih berikan padanya.

Darah segar mengintip dari sela bibir Kasih. Suasana seketika berubah menjadi tegang bahkan nenek Amira seketika menghentikan perlawanannya dan terdiam membisu seperti orang linglung.

Kasih menyeringai dengan tatapan tajam, seakan hendak mencabik-cabik tubuh Sarah. Dia melangkah perlahan, satu tangannya mengibas hingga merobohkan vas bunga di atas meja.

Tanpa gentar sedikitpun, Sarah menatap balik dengan garang. Ia tidak mau hanya diam saja ketika ada orang lain menindas neneknya bahkan jika itu ibunya sendiri.

"Kasih" ucap suara menghentikan langkah kasih yang sudah siap menerjang ke arah

"biar aku saja yang mengurusnya" ucap pria itu memandang tajam wajah Sarah, ia adalah pria yang datang bersama ibunya.

Andre berjalan mendekati Sarah secara perlahan dan menyisakan jarak 15 centi meter, dua jarinya mencubit dagu Sarah keatas hingga membuat Sarah tengadah.

"Kamu cantik, utang ibumu akan ku anggap lunas asal kamu bersedia menjadi wanita simpanan ku sama seperti ibu mu" ucap Andre menahan tengkuk Sarah kuat lalu mendekatkan wajahnya untuk mencium bibir Sarah, Saat wajah mereka berjarak 5 centi meter Sarah mendorong tubuh Andre dengan kuat hingga cekramannya pada tengkuk Sarah terlepas dan Sarah melayangkan tendangan tepat di antara selangkangan Andre.

Entah dari mana kekuatan besar yang Sarah dapatkan yang ia tau ia tidak terima jika harus mendapatkan pelecehan dari bandot tua di depannya.

Dengan gerakan cepat Sarah menarik lengan neneknya, sedikit memaksa ia menyeret neneknya ke pintu yang jaraknya hanya dua meter dari tempat Andre dan Kasih.

Sarah membawa neneknya pergi nenek Amira yang terhuyung-huyung, menaiki sebuah Bis

Sementara kasih dan anak buah Andre tampak sibuk mengurus Andre yang mengerang kesakitan sampai wajahnya berubah putih bak mayat mereka tidak menghiraukan kemana perginya Sarah dan nenek Amira.

'Aku akan lihat sejauh mana kamu mampu pergi gadis jalang, akan ku kejar kau sampai dapat, aku tidak sabar membuatmu menderita di bawah kukungannya'desis Andre dalam hati.

Sarah masih menggenggam erat lengan sang nenek yang masih bergetar ketakutan dan diam seribu bahasa. Perlahan Sarah menghela nafas berat, ia menyenderkan kepalanya di bahu neneknya. Hatinya begitu sedih, terluka dan ketakutan namun ia sudah tidak bisa menangis apalagi mengadu. Kekerasan, hinaan, makian dan penderitaan silih berganti datang di hidupnya, ia di uji berkali-kali, ujian kehidupan yang ia lalui terus menerus telah menguras habis air matanya.

Begitupun dengan perempuan renta disisinya yang sangat memahami perasaan cucu kesayangannya, hanya diam membisu, tanpa kata, tanpa suara hanya helaan nafas berat berkali-kali yang terdengar, seolah-olah, itu adalah salah satu alat komunikasi antara cucu dan nenek.