1 Bab 1 - Serangan dimulai

Dihari senin pagi, Herzog pergi ke sekolah untuk melakukan reuni di SMP Negeri 9 Tarakan dengan teman-teman lamanya setelah beberapa tahun tidak pernah bertemu lagi ketika Herzog harus kembali ke Jerman.

"Pagi yang sangat indah..... Aku tak sabar bertemu dengan teman-teman lamaku, dan yah.... Selamat datang di Indonesia, diriku" ucap Herzog sambil bangun dari tidurnya dan mengucapkan selamat datang pada dirinya.

Herzog pun membersihkan tempat tidurnya. Setelah membersihkan tempat tidurnya, dia pergi mencuci mukanya dan pergi mandi guna membersihkan dirinya setelah datang ke Indonesia tadi malam.

Setelah mandi dia bercermin sambil berkata pada dirinya sendiri,

"Herzog, sebentar lagi kau akan bertemu dengan teman lamamu, semoga kamu bisa melihat teman-temanku"

Kemudian, dia pun memakai seragam Tentara Jermannya dan juga mengisi tasnya dengan ketiga koleksi senjata bekas perang dunia II yang aktif dan juga mengisi tasnya dengan ransum Tentara Jerman agar teman-temannya dapat mencicipi makanan tentara milik Herzog dan juga melihat beberapa koleksinya.

Dia berangkat jam 6:15 AM/ WITA dengan menggunakan motor yang ia pinjam dari salah satu Prajurit TNI AD. Siswa dari kelas 7, 8, dan 9 masuk pagi semua karena ada kegiatan reuni angkatan SMP Negeri 9 Tarakan, jadi semua kelas masuk pagi semua.

Sesampainya Herzog di SMP, dia memarkirkan motornya dibelakang sekolah, dia tidak tahu untuk apa memarkirkan motornya dibelakang sekolah. Tetapi, baginya untuk mengenang masa lalu yang sangat seru saat bersekolah dengan teman-teman lamanya.

Namun, saat sampai di gerbang depan SMP, Herzog menjadi pusat perhatian orang-orang disana, Herzog memakai seragam tentara Jerman dan lengkap dengan pangkatnya, prestasinya, dan beberapa koleksi senjata perang dunia II yang ada ditasnya.

Dia berjalan masuk dengan sangat bahagia sambil menggendong tasnya dan mulai menyapa para guru dan teman-teman lamanya dan juga para murid yang ada di SMP Negeri 9 Tarakan.

Dia pergi ke depan ruang BK (Bimbingan Konseling) karena teman-temannya memutuskan untuk berjanji agar saling menemui satu sama lain di depan ruang BK. Mereka semua bercanda dan bercerita sambil menunggu waktu reuni tiba.

Sepuluh menit kemudian, Herzog mencari teman setianya yaitu Syamsul. Dia memberitahu sejarah-sejarah yang belum Herzog ketahui serta video-video sejarah.

Saat jam 8.00 tiba-tiba ada pasukan entah pasukan mana. (sebut saja pasukan pemberontak) Tapi, pasukan itu menyerang SMP 9.

Pasukan itu langsung memasuki ruang guru dan mengambil dokumen-dokumen penting. Sebagian dokumen-dokumen itu dibakar dan dirobek, para guru yang berada di dalam ruang itu dibantai habis-habisan oleh pasukan pemberontak.

Kemudian, para pasukan itu melemparkan gas air mata terhadap para siswa-siswi SMP. Lalu, para pasukan pemberontak menembak siswa-siswi SMP 9, bahkan teman-teman lamanya Herzog juga ikut dibunuh.

Para siswa siswi SMP 9 pun panik dan langsung porak-poranda. Tetapi, mereka semua akhirnya ditembak oleh pasukan pemberontak yang berada di gerbang depan.

Sementara itu, Herzog melihat Syamsul yang sedang menelepon seseorang sambil bersembunyi dibalik tembok. Dia pun dengan segera langsung mengajaknya bersembunyi dibalik pohon yang berada di taman sekolah.

Mereka berdua melihat anggota pasukan pemberontak yang sedang menembak mayat siswa-siswi SMP. Sementara itu, siswi dan alumni perempuan yang tertangkap menjadi korban pemerkosaan oleh para pasukan pemberontak.

"Para pasukan itu tidak memiliki belas kasihan" ucap Herzog sambil mengintip dari balik pohon.

Dia melihat Syamsul yang sedang panik dan bingung bagaimana cara keluar dari SMP di tengah-tengah situasi yang sangat mencekam ini.

"Syamsul, jangan panik, aku ada disini" kata Herzog.

"Iya.... Tapi masalahnya orang tuaku dan adekku sekarang lari ke pulau Jawa, mereka tadi meneleponku tadi sebelum para pasukan itu datang kesini" jawab Syamsul.

"Oke begini, aku ada tiga senjata bekas perang dunia II, aku ingin kau memakai senjata STG44 dan pistol Walther P38, dan aku akan memakai senjata Kar98k untuk menembak sebagian para pasukan pemberontak" kata Herzog sambil membuka tasnya dan memberikan senjatanya pada Syamsul.

Herzog pun membidik dua pasukan pemberontak dan menembaknya tepat dibagian kepala yang sedang menjaga sekolah itu.

"Satu telah tewas" ucap Herzog sambil mengokang senjatanya setelah ia menembaknya.

"Satu pasukan tewas lagi" ucap Herzog sambil mengokang senjatanya setelah ia menembaknya.

"Dah.... Ayo kita pergi dari sini, kita akan keluar dari SMP ini lewat belakang" tambahnya.

"Oke, kita berangkat sekarang" jawab Syamsul.

Mereka pun bergegas untuk pergi kebelakang. Namun, mereka berdua mau tidak mau harus melewati reruntuhan bangunan dan melewati pagar belakang sekolah yang diatas pagar terdapat kawat berduri.

Setelah beberapa detik kemudian, mereka berdua berhasil melewatinya

"Herzog, kita sudah keluar, sekarang kita akan kemana?" tanya Syamsul.

"Kita pergi ke Markas TNI AD" jawab Herzog.

"Tidak mungkin! jarak SMP ini ke markasmu jaraknya 2,3 km, yang ada kita malah mati dijalan, kau tahu?" tanya Syamsul.

"Iya, aku tahu. Ada satu motor yang ku parkir" jawab Herzog.

"Kau kendarai motor ini, akan memegang senjatamu dan aku akan menembak pasukan pemberontak dari belakang jika ada yang mengejar kita berdua" tambahnya sambil memberikan kunci motornya

"Ayo" jawab Syamsul.

Mereka pun pergi ke markas Herzog yang terdapat banyak prajurit Tentara Jerman dan Prajurit TNI AD.

Namun saat berada ditengah perjalanan, mereka di berondongi peluru dari pasukan pemberontak. Syamsul pun menjadi panik.

"Herzog, bagaimana ini?! aku tidak mau mati disini!" tanya Syamsul dengan sangat panik

"Terobos saja, aku akan menembak mereka" jawab Herzog.

"Tidak apa-apa?" tanya Syamsul.

"CEPAT TEROBOS MEREKA!!!" teriak Herzog dengan sangat keras.

Syamsul pun menerobos pasukan pemberontak yang menghadang mereka berdua, sementara itu, Herzog berhasil membunuh banyak pasukan pemberontak dengan senapan serbu STG44 miliknya walaupun akurasinya tidak stabil saat berkendara.

Setelah beberapa detik, mereka pun berhasil menerobos pasukan pemberontak yang sangat banyak. Herzog pun tertawa bahagia sambil bercanda pada Syamsul agar tidak terlalu tegang panik.

"Hahaha... Tadi itu adalah penerobosan yang baik" ucap Herzog sambil tertawa.

"Matamu! aku hampir mati denganmu karena perintahmu yang sangat nekat itu" jawab Syamsul.

"Yang penting kita selamat" jawab Herzog.

Sesampainya mereka disana, markas sudah diobrak-abrik oleh pasukan pemberontak.

"Herzog, sepertinya kita terlambat, para pasukan itu sudah mengobrak-abrik Markas itu" kata Syamsul

"VERDAMMT...!!! (SIALAN.....!!!) kenapa begini?!" tanya Herzog dengan sangat terkejut ketika Markas TNI AD sudah diluluh-lantakkan.

Lalu, mereka pun langsung masuk ke markasnya. Disana mereka melihat Steiner yang sedang beres-beres untuk pergi ke pulau Jawa.

"Steiner!! Steiner!!" teriak Herzog dengan sangat keras sambil melambaikan kedua tangannya.

Herzog dan Syamsul mendatangi Steiner dan bertanya padanya apa yang terjadi tadi.

"Steiner, mana yang lain?" tanya Herzog

"Yang lain sudah pergi ke Pulau Jawa, Colonel" jawab Steiner.

"Kenapa kamu tidak ikut dengan mereka?" tanya Herzog dengan menggunakan bahasa Indonesia sehari-hari.

"Jadi begini, waktu itu aku pergi ke supermarket untuk beli baju dan perkakas. Nah, waktu aku lagi di tempat perkakas, tiba tiba datang pasukan pemberontak, pasukan itu menjarah supermarket dan menembak para pengunjung disana. Para pengunjung supermarket itu porak-poranda dan ditembak oleh pasukan pemberontak saat keluar dari supermarket itu. Sementara itu, aku membunuh satu perwira tinggi dengan pistol yang sering ku bawa kemana-mana. Lalu, ketika sampai di markas aku lihat semua hancur dan berantakan aku coba hubungi Ferguzo dia bilang, dia berhasil mengevakuasi semua pasukan yang ada disitu sebelum pasukan pemberontak itu mengobrak-abrik markas itu" jawab Steiner.

"Oke, Syamsul dan Steiner!! ikut aku, ada yang mau ku perlihatkan" kata Herzog.

"Perlihatkan apa, Colonel?" tanya Steiner.

"Ikut saja" jawab Herzog.

Dia pun mengajak keduanya untuk pergi ke hangar dan memperlihatkan mobil tempur terbaru yang dibuat olehnya

"Nah ini, Steiner. Mobil tempur BF-209E, dilengkapi dengan senapan mesin MG42 di samping kanan dan kiri, dan juga di lengkapi dengan senjata MG42 didepan dengan sistem komputer, dan dibagian belakang dilengkapi dengan senapan mesin BROWNING HMG, dan diatas dilengkapi kubah yang bisa berputar 360 derajat layaknya tank dan di lengkap dengan senapan mesin 20 milimeter Type 97 Anti-Tank dan MG-42" kata Herzog dengan memperjelas.

"Oh yah, mobil ini dimodifikasi yang tadi nya hanya bisa mengangkut pasukan tapi bisa juga menjadi mobil tempur seperti SdKfz. Ayo kita selamatkan siswa-siswi SMP 9!!" tambahnya Herzog sambil memperjelas.

"Ayo!" jawab mereka.

Sebelum pergi menyelamatkan siswa-siswi SMP 9, Herzog dan kedua temannya menyiapkan kebutuhan militer untuk berjaga-jaga jika ada serangan nantinya.

Mereka semua menyiapkan cadangan peluru, boks yang berisi senjata, boks yang berisi makanan, kebutuhan medis, dan banyak bahan bakar.

Setelah kurang lebih 20 menit, mereka semua akhirnya selesai menyiapkannya. Mereka juga beristirahat sejenak sambil memakan biskuit yang diberikan oleh Herzog.

"Hey, kalian tahu? mungkin dari peperangan ini adalah awalnya dimulainya Perang Dunia III" ucap Steiner sambil memakan biskuit.

"Bisa jadi, Aku harap ini hanya perang saudara dan bukan skenario perang dunia III" jawab Herzog.

"Yah, Aku juga begitu, semoga kita bisa keluar dari Tarakan sebelum peperangan besar terjadi" jawab Syamsul.

Setelah beberapa lama, Herzog menyuruh mereka naik dan siap pergi ke medan pertempuran untuk menyelamatkan siswa-siswi SMP 9.

"Steiner, kau kendarai mobil ini. Syamsul, kau kendalikan senapan mesin MG-42 di samping kiri, dan aku sendiri akan mengendalikan kubahnya" kata Herzog

"Siap!" jawab mereka berdua.

"Ayo kita berangkat menyelamatkan orang-orang!!" kata Herzog.

"Ayo!" jawab mereka.

Mereka semua pun berangkat menuju perumahan Korpri dengan kecepatan tinggi melewati semua bangunan yang hancur disekitar mereka.

avataravatar
Next chapter