webnovel

Peran Utama

CherilynCey · Teen
Not enough ratings
390 Chs

Vote

"Tapi Ki, kalau kerjaan aku di kurangi begitu, aku bakalan kehilangan banyak sponsor."

"Enggak mungkin, percaya sama aku. Kita cuma perlu ngurangin kerjaan kamu perharinya. Mereka pasti bakalan ngerti. Kalo kamu full kerja gitu, sakit lebih parah dari pada ini, gimana? Itu pasti bikin berantakan semuanya."

"Tapi, Ki, aku butuh uangnya," kata Cecil.

Eki mengangguk. "Aku tau kamu butuh uangnya, tapi kamu harus perhatiin kondisi badan kamu juga. Aku mau kerjaan kamu dikurangin per harinya, aku enggak mau kamu makin parah."

"Oke." Cecilia akhirnya pasrah saja dengan apa yang diminta oleh Eki.

Bagaimana pun Eki berkata yang sebenarnya, itu juga pernah ada dipikirannya. Akan tetapi, Cecilia tidak ingin melewatkan kesempatan ini. Namanya sedang naik dan bersinar. Banyak produsen yang ingin memintanya untuk mempromosikan produk mereka. Tapi, Cecilia juga manusia mempunyai batas kekuatan.

"Nih, makan lagi. Makan yang banyak." Eki menyuapkan makanan pada Cecilia.

Sementara Eki berduaan dengan Cecilia di kamar. Daya makan di bawah bersama Amel dan Karin. Keduanya membicarakan kegiatan yang akan mereka lakukan setelah selesai makan. Dari yang Daya dengar, kegiatan Amel dan Karin tidak kalah banyak juga dibandingkan dengan Cecil.

"Kak," Daya menyela obrolan mereka. "Apa Kakak enggak capek kegiatannya sebanyak itu?"

"Kalo ditanya capek, ya, capek. Tapi, di sini gajinya lebih banyak dari pada kerja di toko. Ya kan, Rin." Amel menyenggol lengan Karin.

Karin segera mengangguk. Setelah mengunyah makanan yang ada di mulutnya dia pun menjawab, "Lulusan SMP kayak kita dapat kerja  enak sama gaji lumayan gini udah untung banget."

Cecilia menyayangi timnya dan orang-orang itu pun membalas perasaan sayang pada Cecilia. Daya lama-lama jadi kagum dengan rasa peduli yang dilakukan oleh cewek itu. Dia benar-benar menjaga orang terdekatnya agar tidak pergi.

Bel rumah ini berbunyi, Karin dan Amel saling bertatapan.

"Itu pasti kurir," sahut Karin.

"Biar aku aja Kak yang nerima barangnya," kata Daya.

Daya melihat makanan Amel dan Karin belum habis karena dari tadi mereka sering berbicara sehingga di fokus pada makanannya. Sedangkan Daya sudah menyelesaikan makannya dari tadi.

Karin pun kembali menyantap makanannya. "Thanks."

Daya menaruh piringnya ke tempat cuci piring setelah itu dia bergegas ke pintu depan. Ternyata benar seperti dugaan Karin dan Amel, itu adalah kurir. Daya pun segera menghampiri kurir itu yang menunggu di depan pagar rumah.

"Paket untuk Cecilia," kata kurir itu.

"Ya."

Kurir itu menunjukkan kertas pada Daya untuk dia tanda tangani. Selesai ditanda tangani oleh Daya, kurir itu pun segera kembali ke motornya dan bergegas pergi untuk mengantar paket yang lain.

Saat Daya menunggu kurir itu pergi dari rumah Cecil, Daya melihat sebuah taksi berhenti di depan rumah Alice. Tidak lama kemudian, Deri turun dari taksi itu.

"Deri," panggil Daya sambil menghampiri Deri.

"Hey Day, gue nggak tau kalo lo diundang juga."

Seketika dahi daya berkerut. "Diundang apa?"

"Diundang makan-makan untuk ngerayain kemenangan Airs Club."

"Gue enggak tau kalau ada acara itu."

"Terus lo ngapain di sini kalo enggak diundang?"

"Deri?"

Deri menoleh ke arah rumah Alice, begitu juga dengan Daya. Di sana Alice sedang berdiri, mengenakan gaun peace. Penampilannya berbanding terbalik dengan apa yang dikenakan Daya saat ini. Daya bahkan belum mengganti seragam sekolahnya.

"Der, ayo masuk. Ngapain di luar aja?"

"Day, gue masuk dulu ya." Deri melambaikan tangannya pada Daya dengan canggung.

"Der tunggu." Daya menahan tangan Deri membuat cowok itu pun berhenti melangkah masuk.

"Apa?"

"Lo tau alamat ini dari gue kan?" tanya Daya penuh harap.

"Ooh, itu." Deri tampak gugup menjawabnya. "Gue liat alamat rumah Alice itu di undangan yang dikasih ke gue."

"Terus, ngapain lo nyuruh gue cari rumah Alice?"

"Gue baru baca undangan dari Alice waktu ngeliat lo masuk mobil." Deri menggaruk belakang lehernya.

"Oke," jawab Daya singkat.

"Day." Kini gantian Deri yang menahan tangan Daya. "Mungkin, Alice enggak ngundang semua anak. Bisa jadi dia cuma ngundang anak basket sama anak Airs Club atau mungkin dia lupa ngundang lo."

'Atau mungkin dia enggak mau ngundang gue,' perkataan itu hanya bisa terniang-niang di kepala Daya. Tidak mungkin bisa dia keluarkan di depan Deri.

Omongan yang dapat Daya katakan hanyalah, "Gue sih enggak apa-apa nggak diundang. Lagian gue juga enggak begitu dekat sama dia."

"Kalo gitu, gue masuk dulu ya. Enggak enak sama Alice yang nungguin gue lama."

Daya hanya diam. Bibirnya tidak mampu lagi untuk berkata-kata. Deri hanya peduli pada Alice. Cowok itu tidak membiarkan Alice menunggu dirinya di waktu yang lama.

Sedangkan, di sini ada dia yang selalu menunggu Deri untuk menoleh. Peduli. Serta menyadari perasaannya.

Kenyataan kembali menghempaskan Daya begitu keras. Entah sampai kapan Daya akan bertahan dengan kenyataan ini. Sekali lagi, kenyataan menyadarkannya bahwa Deri tidak pernah peduli padanya.

Daya berbalik badan dan pandangannya bertemu dengan Eki yang ada di depan gerbang rumah Cecilia. Daya tahu Eki sudah lama berdiri sendiri atau setidaknya Eki tahu kalau Daya tadi sempat berbicara dengan Deri.

"Dia enggak tau alamat Alice dari kamu," kata Eki saat Daya ingin melewatinya. "Artinya usaha kamu sia-sia."

"Enggak masalah," ucap Daya dan terus berjalan melewati Eki.

"Cecilia mau ngajakin kamu kerja sama buat review baju. Kamu mau nggak?" tanya Eki sambil berjalan di belakang Daya.

Baju. Mendengar kata itu Daya berhenti melangkahkan kakinya. Sepertinya barang itu yang memang Daya butuhkan saat ini. Apalagi dia tahu baju-baju yang direview oleh Cecilia memiliki model yang cukup bagus.

"Mau," kata Daya semangat.

"Kalo gitu, ayo kita syuting." Eki merangkul Daya.

Mereka pun jalan bersamaan menuju lantai dua. Memulai mencoba baju-baju yang akan mereka promosikan hari ini. Cecilia dengan sabar mengajari Daya bergaya di depan kamera.

Untungnya Daya cukup cepat belajar dalam hal ini. Sehingga tidak butuh waktu lama mereka sudah mendapatkan video promosi yang bagus. Setelah itu, Amel bertugas mengedit video dan dan di upload di sosial media Cecilia.

"Gue kepikiran mau bikin video YouTube sama kalian," kata Cecilia.

"Lo mau bikin soal apa?" tanya Eki.

"Gimana kalau tanya jawab?"

Eki terkekeh geli. "Siapa yang mau tau soal gue sama Daya? Kita bukan orang yang terkenal."

"Iya sih," kata Cecilia dan dia pun kehabisan akal untuk membuat konten.

"Gimana, make over Daya. Nih, lo liat mukanya berminyak gini." Eki menunjuk bagian wajah Daya yang kelihatan berminyak.

"Bener juga." Semangat Cecilia kembali lagi karena mendapatkan ide untuk kontennya. "Daya mau nggak masuk YouTube aku?"

"Gimana, kalau Kak Cecilia buat vote aja. Penonton Kakak mau tanya jawab sama Kak Eki atau make over aku," saran Daya. Dia tidak enak menolak permintaan Cecilia secara langsung karena tidak tega.

"Oke aku buat vote dulu. Kita tunggu sampai jam 6 malam. Kalo sudah dapat hasilnya, kita langsung syuting. Oke?"