webnovel

Hukuman Penyihir

Aku adalah Rita seorang penyihir wanita, hidup menyendiri didalam hutan dan tak terikat oleh hukum waktu, bisa dibilang aku abadi. Aku sudah hidup selama 500 tahun sendiri tanpa ada seorangpun yang masuk dalam kehidupanku. Yang aku lakukan hanya mengeruk ilmu pengetahuan untuk menghilangkan rasa haus akan penasaran, dan terkadang aku pergi untuk melihat-lihat peradaban manusia, karena kupikir itu tidak buruk untuk melihat makhluk berumur pendek bertingkah selayaknya pemilik dunia ini. 'Sungguh konyol'

Suatu waktu aku pergi kesebuah desa, untuk melihat pelelangan yang akan diadakan di pusat desa. Mereka menjual apapun yang mereka temukan, terkadang itu adalah barang langka, wilayah, atau bahkan budak. Pelelangan pun dimulai, sepertinya mereka kali ini hanya menjual peralatan perang seperti pedang, perisai dan sejenisnya. Ternyata barang yang mereka jual hanya sampah bagiku jadi kupikir lebih baik pulang. Tapi, pelalang mengeraskan suaranya "ini dia barang terakhir, sangat langka seorang budak dengan dengan khas bermata biru". Keluarlah bocah dengan rantai di leher dan tangannya, berpenampilan lusuh, luka memar di seluruh tubuhnya, dan memiliki bola mata yang indah namun hanya satu, pada wajah nya terdapat perban yang menutupi sebelah matanya. "Kenapa hanya sebelah matanya" peserta lelang bertanya tanya. "dengan mata biru yang indah di sebelah kanannya dia memiliki kutukan yang tertanam di mata sebelah kirinya, jika ia menyentuh makhluk hidup maka makhluk itu akan terkena racun yang bisa menghilangkan nyawa makhluk tersebut, kita muali dengan harga 3 keping perak". Para peserta sudah tidak melihat anak itu sebagai budak melainkan sebagai senjata. Jalan pikir manusia memang mudah ditebak, menggunakan segala cara untuk mendapatkan kekuasaan. 'menggelikan'.,

"4 keping perak", "8 keping perak", "2 keping emas". Peserta saling menaikan harga untuk mendapatkan anak itu, sepertinya berhenti di 2 keping emas karena itu sudah termasuk harga yang sangat mahal, itu setara dengan harga 1 rumah. "hahaha, turunlah nak. Kamu harus bekerja keras untukku" suara peserta dengan penuh rasa kemenangan. 'anak kecil yang akan digunakan sebagai senjata manusia kah, bukan berarti aku memiliki rasa iba kepdanya. Tapi...'. "5 keping emas" entah mengapa tanganku terangkat dan menawarkan harga yang lebih tinggi. " woo ini dia gadis hitam elegan sudah angkat suara.. apakah ada yg ingin melebihinya? Tidak ada? Maka lelang ini ditutup". Pelelangan ditutup aku segera membayar dan mengambil anak itu. Entah apa yang merasukiku, tapi ya.. sudah terjadi.

Aku membawa anak itu pulang ke rumahku didalam hutan. Rumah tua yang terbuat dari kayu-kayu pohon yang terdapat di hutan tapi tidak akan ada yang bisa merobohkannya. Anak itu hanya diam berdiri mengikutiku, karena sudah sampai rumah saatnya aku membuka rantainya. Aku mengambil kunci dan menyentuh rantai untuk membukanya tapi tiba-tiba ia bergerak mundur dengan cepat. "tu... Tunggu nyonya, saya akan membuka rantai ini sendiri, jika nyonya menyentuh saya anda akan....". "akan apa?.. terus siapa yang kau panggil nyonya.. panggil aku Rita" jawabku sambil menyentuh tangannya, tanganku mulai menghitam memang benar kutukan itu berfungsi. Melihat tanganku yang perlahan mulai menghitam wajahnya pucat ketakutan. "kau pikir siapa aku" ucapku sambil mengeraskan Cengkramanku pada tangannya, aku mulai merapalkan sihir dan memunculkan lingkaran sihir bergerak dari pergelangan tanganku sampai menyelimuti anak itu dari kepala sampai kaki. Hitam ditangaku menghilang dan harusnya kutukan anak itupun hilang, "eh.. kenapa racunya hilang, kenapa nyonya masih hidup" kejutnya dengan wajah penuh kebingungan. "bocah, coba pegang burung dikurungan itu. Ini perintah". Aku memaksanya untuk menyentuh burung didalam kurungan. Dengan ragu ia melangkah dan mencoba memegang burung itu, dan burung itu tidak mati. Wajah terkejut dan senyum terbuka lebar diwajahnya yang kotor. "aku adalah penyihir Rita, bisa dibilang aku yang melindungi dan mengatur dihutan ini, dan sekali lagi jangan panggil aku nyonya, aku baru saja menghilangkan kukutukanmu. Sayang sekali ya, kamu cuman manusia biasa sekarang" aku memperkenalkan diriku dengan senyum merendahkan nya, dia tersenyum lebar dan air mata mulai mengalir diwajahnya. 'ternyata dia lucu juga' pikirku. Aku menarik leher bajunya dan membawanya kebagian belakang rumahku, disitu terdapat sumur, aku merapalkan sihir kepadanya dan air sabun mulai membersihkan kotoran sampai lukanya.

Namanya Chandler Wise anak bangsawan yang dibuang karena memiliki kutukan saat 8 tahun dan berakhir menjadi budak, dia ternyata laki laki, berumur 10 tahun, rambut panjang berwarna biru muda menutupi sebelah matanya, memiliki mata biru yang indah, salah satu matanya yang terkena kutukan sudah tidak berfungsi saat aku ingin menyembuhkannya, ia menolak. Dia bersumpah mengikuti dan melayaniku, mulai sekarang ia hidup bersamaku. "Anu.. mulai sekarang aku harus memanggil nyonya apa?" tanyanya. "terserah apapun, kecuali nyonya memanggil namaku langsung juga oke" balasku. "kalau begitu IBU" jawabnya dengan riang dan tersenyum lebar. Melihat wajahnya yang seperti itu ntah hati ini terasa aneh dan tidak bisa menolaknya. "ya.. yasudah kalo kamu mau".

Hidup bersamanya dimulai hari demi hari kita lewati, ntah perasaan apa ini terasa aneh. Aku ingin melindunginya, aku ingin melihatnya tumbuh, aku ingin dia aman, aku ingin memarahinya, aku ingin terus ia tersenyum, aku tak ingin kekehilangannya, semakin lama bersama semakin kuat perasaan ini. Waktu terasa singkat sudah 10 tahun sejak pertemuan kami, ia sudah lebih dewasa, tampan, badannya sudah lebih tinggi dan besar dariku usianya sudah 20 tahun. "hei, Cha.. kamu gamau kedesa ketemu sama orang – orang gitu, udah waktunya kan manusia diumur segitu harus berkeluarga" ucapku sambil memegang pundaknya yang sedang mencuci baju. "Ga juga.. aku mah mau sama ibu aja gapapa kok,toh aku juga belajar sihir disini" ucapnya sambil menggosok baju kotor itu. "belajar sihir...? 10 tahun tapi gak ada hasil, kalo aku mah nyerah" ucapku sambil mengejeknya. Ia mencuci tangannya dan berdiri lalu memegang pundak ku.

" ibu mau aku pergi?..." tanyanya

"Jelas nggak lah, tapi gimana juga ngomongnya ya... aku juga ingin liat kamu normal, umum sama seperti yang lain. Jadi,.. udahlah. Sekarang kamu ke desa beli peralatan yang dibutuhin gih..." Pemerintah ku dengan mendorongnya. "Iya iya deh..." jawabnya dengan mulut yang maju.. 'lucunya'. Ia bergegas pergi ke desa siang ini dengann kuda yang kami rawat. Matahari sudah tak terlihat namun ia belum pulang. Rasa resah dan khawatir langsung membanjiri diriku, kedua kalinya aku seperti ini, saat ia berumur 15 tahun pergi berburu dengan waktu yang lama saat pulang badannya penuh luka dan darah, pertama kali aku marah kepadanya. Sudah 2 hari sejak ia pergi, rasa khawatir ini sudah tidak terbendung, jika hari ini tidak pulang aku berniat menjemput nya di desa. Terdengar suara kuda berlari kencang aku membuka pintu, itu Char dengan kudanya dan membawa seorang wanita sedang terluka parah. " ibu.. aku menemukan dia di sisi hutan, lukanya parah. Ibu bisa sembuhkan?" tak ada rasa sedikitpun untuk menolong manusia itu tapi Char memintanya jadi, aku merapalkan mantra penyembuhan dan perlahan lukanya menutup. Perlahan gadis itu membuka matanya, ia terlihat cantik dengan rambut berwarna putih dan sepertinya seusia Char. Ia terbangun dan Char menjelaskan semuanya, awalnya ia mengikuti Char kehutan dan tersesat lalu diserang oleh binatang hutan, selama 2 hari ini char menghabiskan waktu dengan gadis ini. Aku iri... Tapi aku bahagia, merasa berhasil melakukan sesuatu. "Aku Anne Lin anak dari keluarga toko peralatan, maaf sudah merepotkan aku mengikuti kak Chandler karena penasaran dan aku ingin dekat dengannya" gadis itu mengenalkan dirinya. Pandanganku padanya berubah aku rasa ia juga bukan orang jahat. "Untuk sekarang coba tinggal disini sampai lukamu benar benar pulih" ajak ku. Char juga tidak keberatan. Sekarang Anne tinggal sementara bersama kami. Char dan Anne terlihat bahagia, char menceritakan segalanya tentangku, itu membuatku sedikit sombong dan senang, Anne terkejut tentangku namun ia menerimanya karena aku sebagai ibu Char. Setelah satu bulan bersama Anne dan Char memutuskan untuk menikah, aku merasa kesepian, bangga, bahagia dan air mataku tiba tiba mengalir. "Jika kalian ingin menikah pastikan hidup di lingkungan yang umum atau lebih baik kalian tinggal di desa. Aku akan membelikan rumah" ucapku dengan bahagia. "Ibu.. ngga papa Bu?.. aku pasti akan datang setiap tahun untuk menemui ibu." Char berbicara kepadaku dengan menangis dan bersujud kepadaku. "berbahagialah Char, pastikan kamu kerja disana dan jangan buat masalah. Anne juga tolong jaga dia... Jaga putra ku ya". Ucapku sambil mengelus kepala char. "iya bu, aku akan datang setiap tahun mengunjungi ibu", ucap Anne sambil menundukkan kepalanya. Mereka berdua pergi meninggalkan hutan, memang terasa sedih namun ada rasa senang menunggu mereka datang.

Sudah satu tahun sejak kepergian mereka, hari ini mereka datang membawa bayi yang baru lahir. Itu adalah anak Char dan Anne namanya Rita.. ia mengambil dari namaku, senangnya. Dua tahun pernikahan mereka, hari ini mereka datang dan Rika sudah berumur satu tahun. 10 tahun pernikahan mereka, hari ini mereka mengunjungi ku untuk yang ke 10 kali, wajah char dan Anne sudah terlihat garis penuaan. "Char dan Anne makin tua sekarang ya.." ucapku kepada mereka yang hanya tersenyum. "nenek tiap tahun kita datang tidak pernah berubah ya.." gadis manis itu bertanya padaku. "nenek adalah penyihir alam yang cantik lho.. hahaha", jawabku pada cucu pertamaku. 40 tahun pernikahan Char dan Anne.

Pagi ini aku membersihkan halaman rumahku, hari ini harusnya mereka datang. Anakku sudah berumur 60 tahun cucuku sudah berumur 39 tahun ia sudah menjadi wanita, dan berkeluarga juga. Terdengar langkah kuda mendekat aku yakin itu mereka. Kuda yang datang hanya membawa satu orang, itu adalah Rika. "Rika?.. kali ini kamu sendiri?" tanyaku. "iya nek, ayah sedang sakit jadi tidak bisa datang dan ayah minta nenek untuk kerumah melihat ayah." Wajah Rika terlihat sedih.. sapuku terjatuh dan wajahku memucat, aku segera bergegas dan pergi dengan Rika untuk melihat Char. Setelah pernikahan Char dan Anne aku belum pernah datang ke desa lagi, pertama kalinya aku melihat rumah mereka, terlihat besar dan ramai. Char bekerja sebagai pengrajin kayu yang terampil dan banyak dikenal di desa. Saat aku melangkah masuk rumah mereka dan menuju kamar Char, aku melihat Char tergeletak lemah di kasurnya. Wajahnya menua, rambutnya memutih, tubuhnya kurus. "Ibu.." matanya tak melihat kearah ku namun merasakan kehadiranku, sakit. Melihatnya dengan keadaan seperti itu, hatiku terasa tersayat belati. Aku tidak melihat Anne, "Rika, kemana Anne dan kenapa Char seperti ini?" tanyaku kepada Rika. "Nek, sebenarnya ibu terkena penyakit tahun lalu dan sudah meninggal tiga bulan yang lalu dan ayah tertular penyakit itu dan jadi seperti ini. Maafkan aku nek, tapi ini pesan ayah." Rika menjelaskan padaku. Aku tidak mengerti mengapa, pikiran ku kacau, aku harus menyembuhkan Char, saat aku akan merapal sihir tangan char memegang tanganku "bu.. terima kasih., Aku tidak apa apa, aku minta maaf Bu selama ini, aku tidak bisa menemani ibu." Ucapnya dengan lemah. "Iya, kamu ga bisa menemaniku, jadi kamu harus sembuh sekarang!!". Jawabku dengan keras. Ia perlahan menggelengkan kepalanya. "Bu.. aku harus menemani Anne, maaf Bu. Terima kasih.".

Selama ini aku tersadar Char adalah manusia, tidak seperti ku, tangannya mulai melemah, dan ia menghembuskan nafas terakhirnya. Rika menangis berdiri di samping ku. Aku hanya terdiam, terasa terdapat lubang yang sangat besar dalam hati ku, hampa. Char dikuburkan tepat disamping makam Anne, banyak orang yang datang membantu pemakaman Char. Setelah selesai orang orang pergi, hari sudah gelap, aku menyuruh Rika pulang dengan suaminya. Aku masih menunggu dimakam Char. Langit mulai hujan

'Ah.. inikah... Rasanya kehilangan. ,

Jantungku terasa sobek, paru-paruku remuk, sesak'

air mata mulai mengalir. Setiap tetes air mata ini, ingatan bersama Char terus bermunculan,. Aku tersadar inilah hukumanku, hukuman makhluk yang melanggar hukum alam.

Tidak ada yang abadi, suatu pertemuan ada perpisahan.

Tangisan ini adalah bukti lima dekade pertemuanku, dengan seseorang yang sangat berharga dan akan ada terus pertemuan dan perpisahan.

Ah... Pengalaman yang penuh rasa, terimakasih Chandler, terimakasih Anne, kisah ini akan selalu ada dalam lubuk hati ku, sampai akhir hayatku. Lima dekade yang mewarnaiku.