webnovel

Bab 2. Masuk Sekolah

Setelah sarapan pagi bersama serta pamitan dan juga saling sapa sama Putri, kami berdua berangkat dengan naik becak. Ngantuk yang sebelumnya menyerang ku seakan sirna entah kemana setelah aku banyak ngobrol dengan Angga. Nanti, kalau ada waktu ingin rasanya aku ngobrol sama Putri karena aku sama Putri seperti belum mengenalnya lebih jauh, karena saat bertemu Putri banyak diamnya hanya tersenyum saja....

Jarak sekolah tidak terlalu jauh tapi kata Angga kalau jalan kaki bisa capek dan menurutku cukup jauh karena aku masih pertama kali. Membayar tukang becak Rp. 6.000 saja, sangat murah. Untungnya tukang becak nya kayak pamanku.

Tadi, ibuku sama bibiku entah pergi kemana mereka? Dan bibiku akan membawanya kemana, bekerjanya?. Aku berharap, Mereka semua dalam keadaan sehat walafiat. Amin...!.

Sampai kami kesekolah yang dituju...

Suasana sekolahnya sangat ramai sekali, bahkan pakaiannya pun terasa sangat mewah. Aku yakin disini semuanya anak orang orang tajir melintir karena banyak mobil mewah yang berjejer terparkir dipakiran sekolah yang sangat luas.

Beruntung aku bisa sekolah disini karena sekolah elite, sekolahnya anak anak orang kaya...

Ku akui, aku minder dengan keadaanku, karena banyak yang memandangiku dengan tatapan aneh? Sepertinya, aku ini makhluk alien karena mata mereka selalu menatapku dengan tatapan aneh. Namun, aku mencoba untuk ramah, tersenyum pada mereka, akan tetapi aku takut menyapa mereka karena aku belum ada yang kenal satu pun...

Terlebih sikap mereka padaku dengan tatapan yang tak ku mengerti, makin membuatku bagai orang yang terasing....

Angga menggandengku, aku diseretnya kayak anak kecil, seperti takut kehilanganku...

Rasanya, lokasi sekolah ini cukup luas, tadi ketika aku masuk ada gebang tinggi dengan tulisan besar, aku belum sempat membacanya, dan sepertinya dipagar keliling, itupun cukup tinggi kisaran lima meteran atau bahkan lebih...

Belum lagi koridornya, lorongnya, juga ada tanaman yang tinggi menjulang serta ada taman taman kecil dengan beraneka ragam bunga indah didepan sekolah, sangat tertib dan tertata apik serta rapi bahkan tak ada satu pun rumput ataupun kotoran yang berserakan, sepertinya menerapkan 'KEBERSIHAN ITU SEBAGIAN DARI IMAN' he he... Aku dibuat takjub dengan keadaan sekolah yang nantinya akan aku tempati. Namun, aku tidak akan pernah tau jika ini baru awal aku melangkah, karena aku tidak pernah menyadari jika suatu saat nanti aku akan mengalami hal yang tak pernah aku duga...

Angga mengajakku keruang guru, rasanya aku sudah merasa pusing dan juga lelah, mana istirahatku masih kurang...

Akupun disambut oleh sekertaris dan hari ini aku bisa langsung masuk kelas. Guru gurunya cukup banyak dan terlihat ramah ramah dan murah senyum, aku menunduk hormat kepada mereka...

Tak banyak hal yang ditanyai padaku, karena administrasi yang didaftarkan oleh pamanku sebelum aku datang kesini telah memenuhi persyaratan yang berlaku.

Beruntungnya aku bisa satu kelas dengan Angga, dibagian A. Kata Angga kalau murid murid di kelas A ini sangat pintar pintar karena rata rata murid pilihan. Rasanya, aku jadi penasaran ingin merasakan bagaimana rasanya kelas ku ini, lebih lebih ini kelas A yang notabenya anak pintar semua.

Saat berjalan menuju ke kelas aku asik ngobrol ngobrol dengan Angga. Angga sudah tak menggandengku lagi seperti tadi saat aku berjalan di sampingnya, sesekali Angga tertawa bercanda...

"Gimana mas sekolah disini?" tanya Angga padaku, karena sedari tadi ngobrol asik serta aku kagum dengan lingkungan sekolah baruku yang bikin takjub.

"Benar Ga. Disini rata rata anak orang kaya ya. Aku jadi malu Ga. Gimana mereka tau kalau aku ini berasal dari kampung Ga? Pasti mereka mengolok olok-ku" balasku, jauh dari pertanyaan Angga. Aku takut dalam pikiranku jika hal itu sampai terjadi. "Apa mereka tau tentang statusku Ga?" tanyaku, karena ku lihat Angga nampak berpikir. Mungkin yang ku katakan ada benarnya, terlebih ini sekolahnya anak anak orang tajir.

"Sudahlah mas, gak perlu khawatir dan takut. Mereka tau status ku, aku biasa biasa saja tuh" Angga seperti menenangkan ku, aku saja sudah tak enak hati sejak awal aku menginjak kakiku disini.

"Tapi, tadi mereka ke kamu kayak gak suka gitu Ga. Aku bisa rasakan itu" kataku khawatir. Angga hanya tersenyum simpul. "Ternyata omonganmu bener Ga, ceweknya cantik cantik dan cowoknya ganteng ganteng. Tapi, kamu ganteng kok Ga, macho lagi" pujiku padanya. Angga terlihat bangga dengan pujian ku.

"Bener nih?. Kamu gak boong-kan. Atau kamu cuma ngibulin aku?"

"Beneran Ga. Sudahlah yuk ke kelas. Aku udah capek. Lelah. Mana jalannya jauh lagi. Gempor nih kaki" rutukku karena aku merasa sangat capek, ke kelas saja terasa jauh.

"Nah, ini kelas kita. Tuh, kamu liat diatas pintu itu?" tunjuknya, aku mengikuti telunjuknya. Aku hanya tersenyum, mengangguk saja.

Ketika kami akan masuk, suasana terasa hening?

Ketika aku dan Angga masuk, suara dikelas agak bising serta ramai siswa sangat riuh. Namun, mendadak hening melanda seketika, semua yang ada didalam kelas menatap kearahku, terutama. Sepertinya mereka melihat malaikat maut sedang menghampiri mereka. Ruangan yang semula ribut mendadak senyap...

Saat itulah bel berbunyi, tanda masuk...

Siswa kembali ribut, bahkan ada yang pura pura padaku juga Angga. Toh, aku juga tak peduli sama mereka selama mereka tidak mengusikku, aku tak ada masalah. Bahkan ada yang menatapku sinis, sama kayak menatap Angga. Apa seperti itu sikap mereka disekolah ini, tidak menghargai orang lain, bahkan menatap dengan pandangan hina. Miris.

"Mas, kamu duduknya sama aku saja" pintanya, terlihat khawatir dengan keadaanku. Aku nurut saja maunya. Aku tak tau, selama ini duduknya dengan siapa?. Menurutku, sepertinya tak ada yang mau duduk sama Angga. Tapi, Angga terlihat cuek saja.

Aku juga tak menanyakan hal itu padanya, aku duduk dengan tenang didekatnya.

Sesaat, kemudian ada seorang siswa yang datang terlambat. Tatapannya terlihat cuek. Sekilas aku menatapnya datar, karena orangnya terlihat angkuh. Gaya modelnya anak konglomerat karena penampilannya cukup keren. Wajahnya tegas, tapi dingin. Dibelakangnya ada cewek sangat cantik juga seksi, semampai. Namun, terlihat judes. Aku dikelilingi orang orang AKUT, namun aku memilih diam, selama tidak mengusik hidupku. Toh, aku masih siswa baru disini.

Sesaat, setelah pemuda tampan itu duduk, muncul seorang guru cantik berpenampilan islami, dengan senyum mengembang, manis, bersahaja. Tadi aku melihatnya di kantor, tapi aku belum mengenalnya dan tidak tau namanya.

"Assalamu'alaikum, anak anak saat ini, dikelas kita kedatangan siswa baru. Silahkan maju" titahnya padaku karena tatapan nya mengarah padaku serta tersenyum ramah. Dengan agak kecut, aku pun maju kedepan. Semua mata menatap kearahku. Berbagai pandangan aku rasakan. Namun, aku mencoba tenang, serta maju kedepan kelas. Walaupun hatiku kebat kebit, terlebih dengan keadaan saat ini yang membuatku tak enak, takut ada kesalahan yang ku buat.

Setelah menghirup udara dalam dalam serta ku lepaskan perlahan, aku pun mulai memperkenal diriku ....

"Assalamu'alaikum semuanya. Salam sejahtera untuk yang berlainan keyakinan" ucapku memulai percakapan. Sebagian ada yang menyahut, juga ada yang cuma diam tidak suka. Aku hanya mengelus dada dengan sikap mereka yang sesama muslim, kalau nonmuslim aku masih memakluminya. Anak yang ku lihat tadi cukup tampan serta cewek cantik nan seksi, rambutnya panjang sepinggang mempunyai bulu mata lentik, keduanya menatapku penuh kebencian.

"Pasti anak orang KERE!. Kenapa sekolah elite ini, adanya banyak anak orang KISMIN!" celetuknya pedas. Hatiku jadi berdesir mendengarnya.

"Raya, jaga sikapmu!" sentak Bu guru cantik yang berjilbab.

"Iya Bu. Maaf"

Gadis cantik itu namanya Raya, namun tatapannya padaku tidak suka. Akan tetapi, ketika menatap kearah laki laki tampan yang tadi baru masuk, wajah gadis itu berubah manis serta tersenyum. Lalu keduanya sama sama menatap kearahku, buru buru aku alihkan pandanganku, takut kepergok.

"Perkenalkan, namaku Bening Ria Saputra-,,," belum juga selesai aku memperkenal diri....

"Ha ha ha....!?"

Sontak, satu kelas bergelak tertawa mendengar namaku ku sebut, bahkan ada yang menunjuk kearahku. Ada yang menghina. Ada yang meremehkan, merendahkan. Aku hanya menguatkan hati ku.

"Cukup. Hentikan!" seru guru cantik marah tak menghargai ku. Karena mendadak kelas menjadi ramai. Seketika kelas menjadi hening kembali.

Rasanya mental ku hampir donw akibat ulah siswa satu kelas, namun guru cantik memberi peringatan pada mereka untuk diam serta menjadi tenang kembali karena tatapannya yang tajam mengawasi para siswa, aku berusaha tetap tenang, walaupun ku rasakan kesedihan...

"Bening, lanjutkan,,," tutur guru cantik dengan lembut, setelah semuanya diam dan tenang.

"Aku berasal dari Palembang. Desaku bernama Tugu Mulyo kampung satu. Kalau kalian berkenan, kalian bisa berkunjung ke sana,,," ucapku menjelaskan.

"Hu,,, hu,,, hu,,," sontak semuanya ribut. Dasar manusia udik. Yang norak siapa. Tapi aku diam saja atas cemoohan mereka terhadapku.

"Huh, dasar anak kampung!".

"Pantas anak kampung!".

"Kam seumpay!".

"KISMIN!"

"Heh, siapa juga yang Sudi ke kampung" ucap anak laki laki tampan, sinis padaku dengan rahang tegasnya, serta kumis tipis menghias dibibirnya yang merah maroon.

"Riko, jaga sikapmu! Pantaskah kamu bersikap seperti itu pada murid yang masih baru?" bentak Bu guru cantik, tujuannya untuk menasehati. Namun, anak yang tadi masuk, dan kini disebut namanya, bernama Riko, aku hanya diam saja sembari menunduk, karena tatapan mereka seperti ingin mengulitiku hidup hidup. Rasanya aku sudah tak sanggup untuk berdiri berlama lama didepan kelas. Aku memilih untuk undur diri, segera.

Pada akhirnya...

"Cukup sekian perkenalan dari saya. Akhirukalam,,, assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu!" aku akan kembali ketempat dudukku. Kembali sorak riuh satu kelas ku meneriaki ku hingga keadaan kelas ribut sekali. Kembali guru cantik menenangkan para siswa yang arogan hingga keadaan menjadi tenang kembali.

"Terima kasih Bening. Nama saya Naura, panggil saja Bu Rara" jelasnya tersenyum manis kearahku yang beranjak menuju kearah tempat dudukku. Kini, aku tau nama guru cantik yang baik dan lembut serta di segani seluruh siswa dikelas ku.

Aku cuma mengangguk pelan, berjalan kearah bangku ku untuk duduk kembali sedang cowok tampan tadi menatapku sinis.

Aku duduk dibarisan belakang bersama Angga dan aku melewatinya...

Ketika aku sampai didekatnya, tubuhku limbung karena kakiku tersandung sesuatu? Yang ku yakin itu kaki. Namun, aku merasa kalau itu kakinya Riko yang sengaja untuk menghalangi langkahku.

"Aduh,,,,!?" rintihku meringis karena rasanya nyeri tapi aku tahan.

"Ha ha ha,,, syukurin lho!" ejek Riko sinis. Buru buru aku bangkit sambil meringis kesakitan karena kakiku rasanya nyeri sekali. Mungkin ada yang lecet atau keseleo. Entahlah?.

17 September 2021

_______________

_______________________

Tak sampai disitu...

"Hu,,, hu,,, hu,,," satu kelas meneriaki ku. Hari pertama sudah seperti ini, aku tak tau hari hariku selanjutnya yang ku hadapi bakal kayak apa?. Aku milih untuk tetap diam, melawan pun rasanya percuma saja, tak ada yang akan membelaku. Ada rasa penyesalan yang menghinggapi hati. Tapi, semuanya telah teanjur, aku sudah masuk kedalam kadang macam dan bersiap siap untuk dikoyak koyak.

"Kacian dech Lo!" seru Raya penuh ejekan. Aku hanya menunduk sedih dengan apa yang ku alami.

"Riko, Raya dan kalian semua, jaga sikap kalian. Ibu tidak mau toleransi lagi jika di antara kalian masih melakukan hal yang sama pada Bening, terutama kamu Riko. Camkan itu! Raya, kamu bukannya nolongin malah mengejeknya. Ibu tidak pernah mengajari hal buruk seperti itu" ucap Bu Rara pada semuanya terutama Riko dan Raya. Tentu saja banyak yang tak suka atas pembelaan ibu cantik serta berjilbab itu padaku, aku harus berterima kasih padanya.

Riko nampak mendelik kearahku, sedangkan Raya malah mencibirku. Keduanya jelas jelas membenciku. Apa salahku pada mereka, pada semuanya, begitu bencikah mereka dengan orang-orang miskin seperti aku?.

Aku tidak mau menjadi orang miskin. Jika boleh memilih, ingin aku rasanya aku dilahirkan dari orang tua yang kaya, tapi takdir berkata lain. Aku sekolah disini saja mengandalkan beasiswa, bisa sekolah yang elite, penuh dengan anak orang orang kaya, beda denganku yang miskin ini, aku selalu bersyukur pada Allah karena aku selalu diberi kesehatan.

Riko mengepalkan tinjunya kearahku. Aku tak peduli. Aku duduk dengan tenang didekatnya Angga yang sedari tadi cuma diam, sepertinya tak bernyali disekolah ini.

Pelajaran pertama dimulai, yaitu pelajaran Budi pekerti...

Pantas saja para siswa banyak yang segan pada Bu Rara karena pelajaran yang di ajarkan sangat menentukan sikap seorang siswa, jika nilai Budi pekerti-nya jelek, jelas sangat berpengaruh....

Tak terasa jam pelajaran usai, semua siswa istirahat dan keluar dari kelas...

Entah pada kemana mereka, mungkin ke warung....

Karena kalau dikampung ku itu namanya warung...

Namun, aku tidak membawa uang, tadi berangkat yang bayari Angga, lebih baik aku pergi ke perpustakaan untuk membaca, aku yakin kalau sekolah elite ini ada perpusnya, pasti besar perpusnya. Tapi, aku belum tau letaknya dimana? Karena sekolah ini sangat luas dan banyak bangunan gedung yang belum aku ketahui. Angga pasti sudah hafal tempat ini, aku bingung sendiri.

"Angga Lo ikut gue!" seru Riko. Sepertinya Angga sangat patuh, menuruti perintahnya. Orangnya ganteng tapi sayangnya orangnya bad boy. Aku tidak suka sikapnya yang arogan.

Namun, sebelum Angga pergi dan mengikuti Riko, aku akan menanyakan pada Angga dimana gedung perpustakaan berada?

"Ga, tempat perpustakaan nya dimana?" tanyaku karena Angga sepertinya takut dengan Riko. Angga tidak sempat memberitahu tempatnya dimana karena buru buru mengikutinya. Entah mengapa aku malah membututi mereka karena aku merasakan sesuatu hal yang aneh?.

Aku entah berada dimana sekarang?. Aku mengikuti Angga dan Riko. Mereka tidak mengetahui keberadaan ku karena aku mengikutinya dengan mengendap endap, aku merasa kalau mereka berada disebuah gudang.

Aku menyelinap masuk kedalam, karena tidak ada yang curiga karena tidak tahu keberadaan ku...

Setelah aku merasa aman pada posisiku karena sedang bersembunyi tidak ketahuan, aku pun mengintip, aku melihat ada segerombolan anak anak yang penampilannya cukup wah karena mereka anak orang kaya.

Diantara mereka ada cewek yang aku kenal bernama Raya. Ada tiga cewek yang tidak aku kenal, aku juga tidak tahu nama mereka sepertinya beda kelas denganku, sepertinya temannya Raya.

Ku lihat Raya begitu mesra menggandeng Riko, bahkan sesekali Riko nampak gemas menciuminya...

Yang membuatku kaget yaitu Angga terduduk seperti orang menyembah pada mereka, bahkan mereka terlihat tertawa bahagia.

"Heh, kacung! Saudara Lo yang bernama Bening yang namanya kayak cewek, itu sangat songong. Rasanya gue ingin bikin bonyok muka miskinnya" sungutnya, meludah didepan Angga yang lainnya hanya diam saja.

"Boss, ku mohon jangan ganggu sepupuku. Dia masih baru disini" balas Angga tak berani menatap Riko yang menatapnya dengan tatapan tajam. Tentu saja Angga tidak tahu kehadiranku yang sedang bersembunyi serta menyaksikan apa yang mereka lakukan.

"Heh budak. Gue mau si miskin itu gak betah sekolah disini" tambah Raya sangat benci sekali. "Iya kan sayang. Aku jijik liat mukanya yang sok polos itu, hiy.... Rasanya tanganku sudah gatal ingin mencakar wajahnya!" geramnya, sikapnya sangat membenciku. Aku yang bersembunyi tidak tahu kesalahan apa yang telah ku lakukan padanya terutama Riko yang juga begitu benci padaku.

Tatapan Raya begitu begis menatap Angga yang dipanggilnya budak. Kasihan Angga yang diperlakukan semena mena oleh mereka, namun apa yang bisa ku lakukan untuk Angga, menolong rasa nya juga tak mungkin.

"Tenang sayang. Aku punya rencana bagus buat nyingkirin anak gembel kampung itu, biar gak betah sekolah disini. Kita sebagai orang berada, bisa jatuh reputasinya, jika disekolah ini ada gembelnya. Ha ha ha...." ucapnya sarkas tertawa bergelak, diikuti yang lainnya penuh kemenangan.

"Iya Boss, singkirin aja anak kampung gembel itu!"

"Bener tuh, gue aja neg liat mukanya!"

"Iya, singkirin aja lah, daripada jadi racun!"

Cerca mereka yang ada didalamnya, yang sedang membicarakan ku. Tentu saja hal itu membuatku jadi khawatir dengan ancaman Riko dan ganknya seakan mereka benar benar akan menyingkirkan ku dari sini. Hal itu membuatku gusar dan perlahan aku mundur ketakutan dengan nafas tertahan serta dadaku kencang berdegub. Tak terasa kakiku menginjak sesuatu, sehingga menimbulkan suara. Tentu saja aku ketakutan setengah mati...

'Mati aku!?' batinku dengan jatung kian berpacu.

Sesaat suasana mendadak hening...

Aku nekad! Untuk secepatnya melarikan diri dari tempat tersebut. Itu tujuanku...

"Siapa itu,,,?" teriak Riko naik pitam karena menyadari kalau ada orang yang mengintip kegiatannya.

Buru buru aku kabur dari tempat persembunyianku, dan syukurlah tak ada yang melihatku. Namun, aku merasa ada yang mengejarku serta mencari keberadaan ku.

Secepatnya aku berlari meninggalkan tempat tersebut, masih beruntung aku masih mengingat jalan kembali. Aku berlari sekencang aku bisa. Aku pun kembali ke kelasku dengan nafas ngos ngosan, beruntung aku tidak berpas Pasan dengan siapapun karena belum ada yang berada dikelas.

Aku buru buru menenangkan nafasku yang belum teratur setelah aku duduk dikursiku. Keringatku bercucuran, tetapi nafasku mulai normal serta menenangkan diri. Keringatku sudah agak mengering dan aku sudah tenang, namun, tetap saja aku merasa gelisah dan takut. Tapi, aku harus menghadapi kenyataan yang terjadi, apa pun itu?

Tak selang beberapa lama, datang Angga, dibelakangnya Riko dan Raya, tapi sikap keduanya tampak biasa, padahal aku tahu kedok mereka sebenarnya. Sepertinya yang lainnya yang tadi ku lihat tidak pada ikut, mungkin mereka menutupi identitas mereka kalau mereka punya gank disekolah ini. Sungguh pintar mereka menyembunyikan hal itu pada yang lainnya. Tapi, aku sudah tahu satu hal yang jadi rahasia mereka, tapi aku tidak bisa berani macam macam dengan mereka. Aku tak ingin membuat mereka curiga padaku karena aku tahu satu hal sebenarnya yang jadi rahasia mereka selama ini.

Ketiganya menatapku tajam seakan mencurigai ku, aku berusaha untuk tenang supaya aku tidak ketahuan. Sejak awal aku membaca buku pelajaran supaya aku tidak gugup menghadapi mereka. Ku letakan buku yang baru ku baca dan tersenyum pada Riko dan Raya. Angga bahkan tak ekspresi, tapi dari gelagatnya ingin menanyaiku...

"Kenapa kalian menatap ku aneh? Ada apa Ga?" tanyaku memastikan. Hatiku sudah tak karuan. Tapi, aku yakin kalau mereka tidak ada yang mengetahui hal yang sebenarnya.

"Nghmmm,,, gak ada apa apa mas. Cuma-" balasnya mengangtung.

"Lo tadi ke gudang, gak?" sahut Riko sinis, sedangkan Raya didekatnya mendelik kearahku tidak suka.

"Gembel, ngaku Lo. Lo tadi ke gudang kan?" desaknya. Karena Raya tak punya alasan menuduhku jika aku tadi dari gudang mengintip aktivitas mereka.

Sikapku ku buat setenang mungkin...

"Gudang?. Dimana itu? Tadi aku cari perpus, tapi gak ketemu, ya kelas lagi. Lagian, ngapain aku ke gudang, gak ada kerjaan" belaku karena aku merasa tersudut atas tuduhan mereka.

"Lo jangan bohong ya miskin!" bentak Riko mengintimidasi ku, memegang kerah bajunya hingga membuatku berdiri dengan paksa serta mengangkat ku. Mudah baginya membuatku tidak berdaya terlebih posturnya yang lebih besar dariku.

"Hajar aja Riko!" seru Raya memanasi suasana. Padahal tadi panggilnya sayang ke Riko saat digudang, tapi kini berubah, mungkin malu.

"Lepaskan Riko. Jangan bikin masalah" cegah Angga, mungkin kasihan melihat keadaanku yang sudah pucat karena ulah Riko yang keterlaluan.

"Diem Lo. Atau Lo yang gue hajar!" geramnya menatap kearah Angga. Riko melepaskan cengkeramannya serta membanting ku ke lantai.

"Hesh,,,!" ringisku, aku jatuh terduduk dilantai tak berani menatap kearah Riko yang telah menganiayaku. Raya tertawa senang.

Aku berusaha bangkit. Aku hanya menunduk saja karena aku tak mau bikin masalah lagi, memilih untuk diam atas perlakuan mereka, karena ini hari pertamaku masuk sekolah. Tapi, aku mendapatkan pengalaman yang tidak menyenangkan, rasanya seperti kayak di neraka.

"Dasar gembel miskin. Lo gak pantas sekolah disini!" ucap Raya pedas, namun aku hanya bisa sabar.

"Riko, jangan,,,?" seru Angga tertahan ketika melihat Riko akan menggamparku ketika aku sudah berdiri karena aku tak menyadari hal itu. Buru buru aku menyingkir karena aku tak ingin jadi sasaran tangannya yang besar.

"Anjing!" umpatnya.

"Beraninya Lo nyegah gue?" Lo tanggung akibatnya nanti saat Lo pulang, Ga. Dan Lo,,,,!" ancamnya geram terlebih kearahnya dengan matanya yang merah menahan emosi. Raya hanya senyum senyum puas penuh kemenangan.

Saat itulah, bell tanda masuk berbunyi...

Syukurlah!

Ini, akan jadi hari terpanjangku saat aku berada disekolah ini. Mungkin aku akan mengalami hal hal yang tragis lagi dari ini, karena dikelilingi oleh orang orang jahat.

#bersambung...

Sl 21 September 2021