webnovel

KEMARAHAN BRIANNA

Brianna tidak menyangka menyaksikan adegan tidak senonoh tersebut, ia memilih meninggalkan ruang ganti para pemain basket. Ia menuju ke kamar mandi yang letaknya cukup jauh. Buru-buru masuk ke dalam, menerabas salah satu biliknya yang kosong, ia berjongkok di lantai sambil memegangi toilet duduk untuk mengeluarkan semua isi perutnya. Ia sudah mau muntah sejak beberapa saat lalu. Pemandangan menjijikkan antara Benson dengan wanita ramping tadi masih terngiang-ngiang dalam benaknya, ia tidak menyangka Benson tega melakukan perbuatan semacam itu padanya, Brianna telah salah menilai selama ini.

Sesekali Brianna berhenti, tiap ingat tubuh polos wanita tadi dan Benson yang terlihat dari belakang dengan celana basket yang turun sampai ke kakinya, sontak membuat Brianna ingin muntah lagi. Ia melepaskan kacamatanya yang berembun, lalu menekan tombol siram, muntahan yang terlihat seperti bubur semi lembut tersebut jika dibiarkan maka akan membuat Brianna mual kembali.

Ia keluar dari bilik dan segera berkumur dan membasuh wajahnya berkali-kali, perasaannya campur aduk. Brianna menatap nanar pantulan banyangannya sendiri di cermin.

"Aku tidak akan memaafkannya …."

Semenjak saat itu Brianna berjanji akan membalas dendam perbuatan Benson entah bagaimanapun caranya. Ia tidak akan menghakhiri hubungannya semudah itu, dengan otaknya yang cemerlang … Brianna yakin Benson akan senang jika Brianna minta putus begitu saja. Lalu leluasa menjalin hubungan dengan wanita itu.

"Aku harus melakukan sesuatu."

Brianna mengepalkan tangan kanannya lalu memukul wastafel.

***

Jonathan melihat Brianna kembali, gadis itu memegang-megang tangannya. Jonathan mengira pasti Brianna telah mengalami sesuatu.

Brianna duduk lagi ke tempatnya tadi, di samping Jonathan. Jonathan mengernyitkan dahinya bingung kenapa Brianna kembali terlalu cepat.

"Sudah bertemu Ben? Kenapa cepat sekali?" tanya Jo penasaran.

"Belum, aku tadi dapat telepon dari kantor, jadi ke toilet sebentar untuk mengangkatnya. Aku yakin Ben baik-baik saja."

Disaat yang bersamaan Benson memasuki lapangan, dia tersenyum-senyum pada semua pemain. Kebetulan pelatih sedang pergi sebentar, Benson menghampiri Brianna dan Jo, matanya bersinar-sinar menangkap kehadiran Brianna. Brianna terpaksa hanya melengkungkan senyuman.

"Babe? Kau datang? Kenapa tidak meneleponku dulu?"

"Kalau begitu aku turun, nikmati waktu kalian berdua." Jonathan pergi menuju ke lapangan.

Tinggal Ben dan Brianna berdua, Ben terlihat khawatir melihat punggung tangan kanan Brianna yang memar.Ia hendak menyentuhnya, tetapi refleks Brianna langsung menarik tangannya, ia sekarang jijik pada Ben.

"Tanganmu kenapa?"

"Tidak apa-apa, aku tadi tergelincir di toilet lalu ini terbentur, tidak aku sangka memarnya kelihatan jelas sekali," Brianna sambil menggoyang-goyangkan tangannya. Ben menyetujuinya tanpa bertanya lebih lanjut.

"Lain kali hati-hatilah."

"Ngomong-ngomong kau nanti pulang jam berapa? Aku ingin mentraktirmu makan."

"Benarkah? Euhm, tapi sepertinya hari ini aku pulang larut malam. Sebentar lagi ada pertandingan penting."

Kini bagi Brianna, apapun yang keluar dari mulut Ben adalah kebohongan, Untuk saaat ini Brianna lebih memilih diam dan mengamati bagaimana situasinya, siapa wanita itu dan bagaimana pola mereka bertemu. Melihat mereka sampai sejauh itu tadi di ruang ganti, Brianna yakin mereka sudah menjalin hubungan cukup lama. Terlebih Brianna sudah lulus setahun lalu dan selalu disibukkan dengan bekerja

"Oke, kalau begitu aku pulang dulu. Aku hanya mampir untuk melihatmu tadi."

"Oh, Babe …, kau manis sekali. Aku meneysal tidak bisa makan denganmu. Lain kali saja, ya?" ucap Benson dengan manja.

Brianna sekali lagi berusaha meloloskan diri agar tidak dipeluk oleh Ben, hal paling menjijikkan di dunia ini adalah Benson Alley. Pria yang amat sangat dicintainya ini sekarang berubah menjadi sampah.

***

Akibat memuntahkan sarapan dan makan siangnya, Brianna harus merasakan pusing yang luar biasa. Ia berjalan dengan susah payah menuju ke teras rumah, matanya berkunang-kunang. Sesampainya di teras dia membuka pintu rumahnya dengan segera, rasanya ingin sekali merebahkan badannya di atas kasur.

Di dalam kamarnya yang masih berantakan ia melamun sambil duduk di tepian ranjang menatapi semua kardus yang bertumpuk, dia malas sekali menata barang-barang pindahannya. Ia meminum air yang ada di botol sebelahnya sampai tandas.

"Dasar, berengsek …, aku tidak pernah membayangkan hal seperti ini terjadi. Teganya dia memperlakukan aku seperti ini!" Brianna meremas botol airnya lalu melemparkannya ke tembok depannya.

"Dasar, wanita jalang!" Brianna tidak henti-hentinya memaki.

Amarahnya sudah berada di puncak, ia tidak akan melepaskan Benson semudah itu. Brianna mengecek laman sosial media Benson, melihat foto-foto yang sekiranya menunjukkan bukti siapa wanita itu.

Satu-satunya wanita yang muncul di akun Ben hanya ada fotonya dan teman-temannya, kalaupun ada wanita … pastinya adalah pacar para anggota timnya.

"Sialan, sembunyi dimana perempuan tidak tahu diri itu?"

Brianna kehabisan ide, ia memegangi kepalanya karena terasa pening. Ia lapar sekarang, tetapi sisa-sisa muntahan yang masih bertengger di giginya membuatnya mual lagi, terlebih mengingat Ben bercinta seperti itu, seperti hewan yang tidak tahu malu membuatnya jijik setengah mati.

Teringatlah dia bagian tag-tag-an atau foto-foto yang ditandai orang lain, ia menggesernya pelan-pelan dan tidak menemukan ada foto perempuan dengan ciri yang sama, setidaknya yang Brianna ingat adalah jenis rambut wanita tadi krem dan panjang.

"Kenapa tidak ada apa-apa?!"

Dengan sangat terpaksa Brianna harus membuka semua foto satu persatu dan melihat nama-nama akun yang disematkan, ini akan membutuhkan waktu lama. Brianna mulai lelah duduk, di berbaring, tim basket lain, fans, teman kuliahnya, hampir setengah jam dia melakukan kegiatan tidak berguna ini.

"Huuf …, ayo, keluar, aku akan membunuhmu jika tahu siapa kau!"

Satu yang mencuri perhatiannya, kaki jenjang itu dan rambut krem yang meski disanggul terlihat menarik perhatian Brianna. Brianna menautkan kedua alisnya, belum terlalu yakin apakah wanita bernama akun 'the_extra_CallieBaby' adalah orang yang Brianna cari.

Dengan penuh rasa penasaran Brianna segera mengklik nama akun tersebut, benar saja … ada foto tampak depan yang sedang memeluk boneka beruang besar. Posisinya membuat Brianna mual sekali lagi karena teringat oleh adegan menjijikkan yang baru saja dia lihat.

Brianna langsung meninggalkan ponselnya di kasur, berlari menuju ke kamar mandi untuk memuntahkan cairan di dalam perutnya.

Mulai hari ini Brianna tidak akan bersikap longgar lagi pada mereka berdua, Brianna sudah bertekad untuk membalas dendam. Setelah semua yang Brianna lakukan untuk Ben … apakah pengkhianatan ini pantas Brianna terima? Tidak, ingatkah saat Ben dulu kesusahan dan tidak bisa membayar biaya pendaftaran pelatih tambahan di luar klub. Tidak ingatkah saat Ben kehabisan uang dan kelaparan karena tidak bisa membeli makanan yang lebih bergizi, ketika Ben berhari-hari jatuh sakit dan hari-hari buruk Ben lainnya, selalu ada Brianna yang menolong dan mencurahkan kasih sayangnya berupa dukungan materi maupun moral.

Brianna akan menghancurkan mereka berdua, mempermalukan keduanya di depan umum.

"Aku akan mencabik-cabik mereka berdua dengan tanganku sendiri!"

***