webnovel

Wanita Aneh

Adrian menuruni anak tangga, langsung menuju ke meja makan, lelaki itu lantas menarik kursi dan duduk.

Farah mengambilkan makanan untuknya lalu menyerahkan pada Adrian, ia pun langsung ikut duduk di depan Adrian.

Mereka makan bersama-sama, setelah selesai sarapan Adrian langsung berdiri lalu mengambil tas kerjanya, Farah mengantarkan sampai depan pintu.

"Aku kekantor dulu, kau baik-baik dirumah jangan melakukan pekerjaan apapun, istirahatlah," ucap Adrian, entah kenapa lelaki itu harus berpamitan dan berbicara seperti itu.

Farah lantas tersenyum, lalu berkata, "Hati-hati dan jangan lupakan makan siangmu."

Joe hanya menyaksikan saja ia berharap agar Farah bisa merubah Adrian jadi lebih baik ag, ia yakin Farah mampu jadi istri yang baik untuk Tuan mudanya.

Adrian dan Joe langsung berangkat, Farah langsung saja pergi ke dapur membereskan sisi makan pagi mereka, setelah selesai ia langsung bergegas ke kamar.

Hari-hari Farah selalu lewati dengan hal yang sama, malam ini tepatnya, seperti malam-malam sebelumnya dimana Farah selalu berada didalam rumah seorang diri.

Karena Adrian selalu pulang larut malam, ia duduk di sofa mengambil remote televisi, menyalakannya sebagai pengusir rasa sepi yang mendera.

Setelah menyalakan televisi ia pun meraih sterofom yang terletak di atas meja, berisikan sepotong kue yang ia buat tadi siang.

Saat ia akan menyuap kue itu, saat itu juga pintu terbuka hal itu sukses menarik perhatian Farah, ia sempat terkejut melihat penampilan Adrian yang saat ini terlihat begitu kalut.

Ia tak lagi mengenakan jasnya, dasinya pun sudah ia longgarkan, rambut yang acak-acakan, entah ada apa dengan dirinya, namun Farah masih enggan bertanya.

Adrian menatap Farah sekilas yang sedang duduk di sofa sambil memperhatikan dirinya, namun ia langsung saja berjalan naik ke atas menuju kamarnya.

Farah menghela nafas panjang, entah sampai kapan hidupnya akan berlangsung seperti ini, ia ingin berbicara pada Adrian tapi Farah tak memiliki keberanian, takut akan menyinggung dan mengakibatkan dirinya di siksa kembali.

Farah lantas berjalan ke atas setelah ia sebelumnya memanaskan makan malam untuk suaminya.

Ia pergi ke kamar untuk memanggil Adrian agar turun makan malam, sesampainya di kamar ia tak melihat suaminya.

Mungkin saja Adrian sedang mandi karena pintu kamar mandi tertutup, Farah menyiapkan pakaian untuk Adrian.

Benar saja tak selang berapa lama Adrian sudah keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggangnya.

Farah membuang pandangannya, saat melihat dada bidang Adrian, wajahnya bersemu merah, entah kenapa dia merasa malu saat melihat Adrian seperti itu.

"Apa kau sudah makan malam?" Farah bertanya dengan gugup, ia memberanikan dirinya menghilangkan rasa takutnya dan mencoba menguasai dirinya sendiri.

"Aku sudah makan, apa kau belum makan?" Adrian balik bertanya pada Farah.

"Aku sudah makan, apa kau mau sesuatu?"

Adrian terdiam sebentar, sambil memperhatikan wanita di depannya, "Tetaplah disini," ucapnya tiba-tiba.

"Ha ... iya?" tanya Farah ia sedikit heran, apakah ia salah dengar.

"Tetaplah disini temani aku," ucap Adrian memperjelas perkataannya.

Farah lantas menatap lelaki itu, ia langsung saja berjalan ke arah ranjang dan duduk di tepinya, Adrian menghampirinya lalu duduk di sebelah Farah.

"Dengar, aku tidak peduli dengan hatimu, aku tidak peduli kau menyukaiku atau tidak, itu sama sekali tidak penting bagiku," bisik Adrian seraya menarik tangan Farah agar lebih dekat padanya.

Ketika Adrian menarik tangan Farah, wanita itu terkejut ia gugup dan merasa takut mengakibatkan ia terjatuh ke atas ranjang.

Wajahnya ia palingkan ke samping menghindari tatapan dari Adrian, mereka terlihat lebih dekat dengan posisi itu, nafas Adrian bisa ia rasakan di pipinya.

Adrian berada di atas tubuh Farah, matanya melihat secara perlahan wajah itu, seolah waktu bergerak lambat. Degup jantung Farah begitu cepat.

Adrian membelai wajah Farah dengan perlahan, jemari itu perlahan nyentuh mata dan bibirnya terlihat senyuman aneh di wajah Adrian, pandangan matanya tak pernah berubah dan cara bicaranya yang sedikit lembut.

Adrian yang seperti ini, adalah Adrian yang dulu begitu ia kagumi dan cintai, namun sekarang perasaannya sudah berubah menjadi beku, semua rasa di hatinya tak lagi bisa tersentuh oleh sikap manis Adrian.

Adrian menyadari sikap Farah yang enggan padanya, ia pun tak ingin memaksakan kehendaknya yang bisa berakibat fatal bagi kesehatan Farah.

Adrian lantas bangun lalu duduk kembali, ia lalu melihat ke arah Farah dan berkata, "Akhir-Akhir ini aku sibuk, menyelidiki kasus Vania, aku ingin memastikan lagi jika semua dugaanku padamu benar adanya."

Wajah Adrian berubah menjadi datar dan kembali bersikap dingin itu semua ia lakukan untuk menutupi sikap aslinya di depan Farah.

Ia sedang menahan hasratnya, ingin sekali lelaki itu menerkam Farah sekarang juga, namun ia tak mau egois seperti kemarin.

Adrian lantas keluar meninggalkan kamarnya menuju ke ruangan kerjanya, Farah menetralkan getaran dihatinya, ia sungguh sanggat tegang akan sikap Adrian padanya.

"Apakah dia meminta haknya?" gumam Farah pada dirinya sendiri.

Sebenarnya ia belum siap untuk menghadapi sikap Adrian yang seperti itu, namun Ia pun sadar kewajibannya sebagai seorang istri. Ia pun sudah berusaha selama ini untuk bersikap biasa saja. Tapi seringkali trauma itu muncul tiba-tiba.

Farah berniat untuk menanyakannya pada dokter Andre besok, Farah lantas membenarkan rambutnya dan pakaiannya, dia langsung turun ke bawah hendak izin dengan Adrian namun sesampainya depan pintu ruang kerja Adrian.

Farah menghentikan langkahnya karena mendengar ada yang sedang berbicara kepada seseorang, ia pun menguping pembicaraan suaminya itu.

"Joe bagaimana perkembangan kasus yang sedang kau selidiki disana, apakah ada kabar baik yang bisa kau berikan padaku?" tanya Adrian pada Joe asistennya.

"Maaf Tuan muda, saya hanya menemukan sedikit petunjuk dan saya belum berani untuk memberitahukan kepada Tuan muda karena saya harus memastikan dulu keakuratan berita tersebut," ucap Joe menjelaskan kepada Adrian karena sampai detik ini dia belum memberi kabar kepada Tuannya itu.

"Baik Joe aku tunggu kabar darimu, aku harap kau tak mengecewakanku," ucap Adrian lalu menutup panggilannya.

Farah begitu penasaran, siapa orang yang ditelepon oleh Adrian, Kenapa ia berbicara seperti itu, dan kasus apa yang sedang ia selidiki, apakah itu berhubungan dengannya, segala macam fikiran berkecamuk dalam otaknya.

Farah menjadi was-was, ia takut dan teringat kembali akan siksaan yang Adrian lakukan kepadanya.

Farah berlari keatas menuju kamar lalu mengunci pintunya menjatuhkan dirinya ke ranjang lalu menutupi dirinya dengan selimut.

Adrian masuk kedalam kamar, Farah semakin ketakutan karena Adrian dapat membuka pintu tersebut.

Farah sengaja tak membukakan pintu pada suaminya, ia takut akan kemungkinan hal-hal yang bisa terjadi padanya.

Berkali-kali Adrian memanggil nama Farah untuk membukakan pintu namun tidak ada jawaban darinya, pintu kamar pun di kunci olehnya.

Adrian panik dia takut Farah melakukan percobaan bunuh diri, ia lantas bergegas mengambil kunci cadangan lalu membukanya.

Saat masuk kedalam kamar ia melihat Farah seluruh tubuhnya di tutupi oleh selimut, seperti orang ketakutan

"Farah, apa kau baik-baik saja?" tanya Adrian ingin memastikan keadaannya

Farah hanya diam saja tak menjawab, ia terlalu takut saat ini hingga ia tak berani menjawabnya.

"Hey ... Kau ini kenapa? Apa yang kau takutkan itu? bicara padaku, bagaimana aku bisa tahu jika kau tak memberitahuku," ucap Adrian lagi, ia mendekati Farah secara perlahan.

Ke ... Kenapa kau bisa masuk kesini, bukankah aku sudah menguncinya?" tanya Farah akhirnya ia mau membuka suaranya juga.

"Apa kau lupa ini rumah siapa? Aku pemilik rumah ini, tentu saja aku memiliki kunci cadangan di setiap kamar yang ada di rumah ini," ucap Adrian menjelaskan.

"Jangan mendekat, a ... Aku takut kau menyakitiku, tadi aku mendengar pembicaraanmu dengan seseorang."

Adrian mengerutkan keningnya, "Apa dia mendengar percakapanku dengan Joe, lantas kenapa di seperti orang ketakutan begini, dasar wanita aneh," gumamnya pada diri sendiri.