webnovel

Titik Terang

Joe lantas menghampiri Tuannya, dan memberitahukan sesuatu hal.yang membuat Adrian lantas berdiri dan langsung pergi di ikuti oleh Joe dibelakangnya.

Mereka keluar dari pekarangan rumah Adrian dan melajukan mobil dengan kecepatan sedang, raut wajah Adrian menunjukkan kecemasan.

"Apa kau yakin Joe?" Adrian membuka suara bertanya pada Joe dia merasa tak yakin akan kabar yang dia dengar.

"Tuan bisa liat sendiri kebenarannya, saya tak ingin memberikan pernyataan apapun," ucap Joe, dia tak berani berbicara karena takut jika itu salah.

Ia meminta Adrian langsung yang melihatnya, saat sampai di sebuah gedung, ia menghampiri seseorang dan berbicara pada orang tersebut.

Orang itu lantas menyerahkan sesuatu pada Joe, Joe menghampiri Adrian dn menyerahkannya, mereka lantas kesebuah ruangan, Joe menghidupkan laptop.

Adrian mulai memasukannya dan semua terlihat namun sayang wajah dari orang tersebut tidak terlihat jelas, dari gestur tubuh Adrian bisa mengetahui orang tersebut.

"Ini Tuan, yang saya maksud saya tidak bisa berbicara kepada anda," ucap Joe menjelaskan.

"Apa kau sepemikiran dengan ku Joe?" Adrian melihat ke arah Joe meminta kepastian lelaki itu.

Joe menganggukkan kepalanya sebagai jawabannya, "Tapi Tuan, kita tak bisa asal menuduh Tuan karena rekaman ini wajahnya tidak jelas masih ada kemungkinan jika,-

Joe menjeda ucapannya ia tak berani menyebutkan orang itu.

"Jika Ayahku ikut terlibat dari kecelakaan Vania?" Adrian melanjutkan ucapan Joe."

"Maaf Tuan," ucap Joe menundukkan kepalanya.

Adrian lantas meninggalkan ruangan itu diikuti oleh Joe dibelakangnya. Mereka sekarang ada di mobil.

Joe, apa menurutmu orang tuaku ikut andil dari semua ini dan benar yang dibilang Andre bahwa Farah bulan dalang dari semuanya.

"Tuan besar mempunyai kemungkinan untuk melakukan ini Tuan, karena beliau memang tidak menyetujui pernikahan Tuan muda dengan nona Vania," ucap Joe.

Joe melihat Adrian dari kaca spionnya, ia begitu prihatin akan nasib Tuan mudanya itu, jika benar Ayah Ibunya ikut andil dalam kasus Vania.

"Selidiki terus perkembangannya Joe, jangan sampai Ayah tahu dan curiga jika kita menemukan bukti lagi." Adrian menatap kosong kearah luar jendela.

"Aku tak peduli sekalipun jika itu orang tuaku sendiri, kasus ini harus selesai," gumam Adrian pada dirinya sendiri.

Adrian pulang kerumahnya ia langsung masuk ke dalam kamar, dan melihat Farah sedang tertidur lelap di ranjang king size miliknya.

Adrian berfikir sangat keras, berusaha untuk tidak mempercayai apa yang sedang mengisi kepalanya.

Setelah ia melihat bukti dan merasa bahwa kedua orang tuanya terlibat atas kematian Vania, namun dia tak mau mempercayai itu sebelum semua jelas.

Ia memandang lekat wajah lelap Farah, lalu dia menggelengkan kepalanya, mencoba mengelak apa yang baru saja ia fikirkan

"Tidak! tidak!" ketusnya langsung melihat ke arah Farah lagi.

"Dia sudah datang dalam kehidupanku yang artinya dia harus menjadi pengganti Vania! itulah tujuan semesta mengirimkan dia padaku, tidak akan pernah aku lepaskan dia walau bagaimanapun itu," geram Adrian dengan pendapatnya sendiri yang sangat arogan.

Adrian telah memutuskan jika Farah harus mengantikan posisi Vania tunangannya, setelah memikirkan lebih lama jika nanti benar adanya keterlibatan kedua orang tuanya, dia enggan untuk melepaskan Farah.

Ia sudah mengklaim Farah sebagai miliknya, Adrian tidak ingin melepaskan sesuatu yang sudah ia dapatkan, setidaknya ia harus berguna bagi hidupnya.

Ia tak mau tahu jika Farah menolak, ia akan memaksa wanita itu agar tetap ada di sisinya dan mengantikan posisi tunangannya, itu sudah menjadi konsekuensi dirinya.

Tanpa ia sadari rasa lelah pun menghampiri dirinya juga, dan Adrian ikut terlelap di samping Farah, sambil memegang tangan wanita itu.

Farah terbangun dari tidurnya, ia melihat ke arah samping dan langsung melihat Adrian yang sedang tertidur lelap, sambil tangan kekar miliknya yang memeluk pinggang Farah.

Farah pun sudah bertekad tidak peduli lagi dengan apa yang Adrian lakukan, wanita itu sudah menyerah dengan takdir hidupnya.

Selama sisa hidupnya yang berakhir entah tak tahu kapan, ia akan berusaha membela dirinya, setidaknya di sisa akhir hidupnya itu, sebisa mungkin dia membuktikan bahwa di tidak seburuk yang di perkirakan oleh Adrian suaminya.

Farah mendapat pelajaran selama menjadi pengantin Adrian, semakin lemah makan akan semakin sakit ia rasakan di hatinya.

Jika kita tak melindungi hati kita dan diri kita sendiria maka akan semakin hancur diri kita, maka dari itu Farah mengubah prinsip hidupnya, dia berusaha berjuang untuk dirinya sendiri dan berusaha melindungi dirinya.

Farah membuka selimut dan bangun dari tidurnya hendak pergi menuju ke kamar mandi, ia lantas masuk kedalam bathtub dan berendam air hangat mencoba menjernihkan fikirannya.

"Adrian, saat kau tau bahwa bukan aku pelaku pembunuhan Vania, maka saat itu juga aku akan pergi dari hidupmu, aku tak peduli seberapa keras kau menahanku," batin Farah tanpa terasa ia meneteskan air matanya.

Adrian pasti tau kalau Farah menyukainya dari Vania, dia tak habis fikir kenapa Vania tega memfitnah dirinya padahal selama ini dia tak pernah jahat pada Vania.

Semua kejadian ini memberikan pelajaran baginya, bahwa kita tak boleh percaya kepada siapapun walaupun kita dekat dengannya.

"Jika aku dulu menyukainya, namun sekarang rasa itu sudah terkikis habis oleh air mataku, aku sudah membuang rasaku padanya, rasa suka dan kagum hilang seketika kala menginggat apa yang telah ia lakukan selama ini," gumam Farah sambil menatap langit-langit atap kamar mandinya.

Setelah puas berendam Farah lantas keluar dari bathtub dan memakai handuk kimono melangkah keluar dari kamar mandi dan segera mengambil baju dari lemari sebelum Adrian bangun dari tidurnya.

Farah sedang memilih pakaian di lemari dari arah belakang ada tangan kekar yang sedang memeluknya dari belakang.

Farah menegang saat merasakan hembusan nafas Adrian didekat telinganya. Adrian semakin mengeratkan pelukannya, aroma harum dari tubuh Farah begitu menenangkan baginya.

Farah mencoba untuk melepaskan dekapan Adrian namun Adrian semakin mengeratkan pelukannya dan itu semakin membuat Farah menjadi gugup detak jantung nya berdegup dengan kencang.

A ... Aku-

"Biarkan seperti ini, sebentar saja!" pinta Adrian berbisik di telinga Farah.

Farah membiarkan saja Adrian memeluk dirinya, ia berusaha menetralkan getaran dalam hatinya, agar Adrian tak mengetahui jika hatinya sedang berdegup kencang saat ini.

Lama mereka dalam posisi itu sampai akhirnya Adrian menghirup dalam-dalam aroma tubuh Farah, dan melepaskan pelukannya.

Lelaki itu tersenyum tipis, lalu berjalan menjauh dari Farah menuju kamar mandi, Farah hanya menatap punggung Adrian yang menjauh darinya.

Farah langsung buru-buru menganti pakaiannya, setelah selesai ia langsung bergegas keluar kamar. Turun ke bawah menuju dapur, ia ingin menyiapkan menu sarapan untuknya dan Adrian.

Ia hanya menyiapkan menu makan sederhana yaitu nasi goreng.