13 Tidak Mungkin

Rhein segera keluar dari ruangan Surya dengan perasaan kesal. Ah, ternyata pria itu sama sekali tak punya hati. Rhein tak tahu bagaimana dia bisa jatuh cinta pada pria itu. Rhein mendengus sambil meletakkan pantatnya di kursi dengan kesal.

"Ada apa, Rhein?" Nena menyeringai menatap Rhein.

"Huh, dasar tak malu!" dengus Rhein.

"Siapa? Surya? Memangnya ada ada apa?" Nena menatap wajah Rhein yang warnanya menjadi merah padam karena marah.

"Iya, dia mengira aku dan Keenan hanya berpura-pura menikah agar istrinya tidak curiga dengan hubungan kami," suara Rhein terdengar sewot.

"Siapa juga yang nyuruh kamu menjalin hubungan dengan suami orang," desis Nena.

"Mereka sudah bercerai, Nen."

"Siapa bilang?" ejek Nena.

"Surya! Dia bahkan menunjukkan fotokopi surat cerainya kepadaku setahun yang lalu."

"Ah, kamu memang bodoh, makanya mau saja dibodohi sama Surya!" gerutu Nena.

Rhein menatap Nena dengan tatapan jengkel, temannya yang satu ini memang ceplas ceplos kalau bicara dan Rhein tak pernah marah karena apa yang Nena katakan benar. Ya, kenapa waktu itu dia tidak menyelidiki kebenarannya.

"Makanya aku heran kenapa tiba-tiba kamu mau sama Surya, kupikir kamu putus asa ga ada yang mau sama kamu!" Nena tertawa. Tentunya Nena bercanda karena banyak yang mengejar Rhein tapi gadis itu malah menjatuhkan hatinya pada Surya.

"Eh, siapa tadi nama suami kamu? Keenan, ya? Namanya familiar. Keenan... Keenan..," Nena menyebut nama Keenan seperti merapal mantra, Rhein tertawa dibuatnya. " Keenan Adi Wijaya.... Bukan Keenan yang itu kan? Hahaha, pasti bukan! Mana mungkin dia menikah denganmu karena dia kan menikah dengan Cassandra!"

Rhein menatap Nena yang masih tertawa.

"Bagaimana kalau memang Keenan yang itu?" katanya dengan nada serius.

"Kamu serius?" Nena kaget, wajahnya menjadi menjadi serius.

Rhein mengedikkan bahunya lalu tertawa menatapnya, "Bukankah dia sudah menikah?"

"Iya, dia menikah di hari yang sama denganmu. Mereka pasangan yang serasi. Keenan sangat tampan dan Cassandra juga sangat cantik." Senyum di bibir Nena kembali mengembang, tadi dia sempat mengira kalau Rhein benar menikah dengan Keenan ketika wajah Rhein berubah menjadi serius.

"Siapa mereka?" Rhein mencoba mengorek informasi dari Nena yang memang doyan berita entertainment. Kalau Rhein pernah melihat Keenan di cover majalah bisnis Surya tapi Cassandra memang dia tak tahu karena dia tak suka hal yang berbau gosip.

"Dasar kudet" ejek Nena sambil tertawa. "Keenan itu pengusaha muda yang sangat kaya raya, mungkin hartanya gak akan habis sampai sepuluh tahunan kalau Cassandra kamu browsing saja, dia model yang sangat terkenal, kamu browsing saja, banyak sekali berita tentang Cassandra di internet!"

"Malas," jawab Rhein sambil terus melanjutkan pekerjaannya.

"Dasar!"

"Apa berita pernikahan mereka tersebar di internet juga?" tanya Rhein kemudian, dia berusaha agar suaranya tidak terdengar panik.

"Dari kemarin aku cari tidak ada, sejak awal mereka sudah mengatakan kalau pernikahan mereka bersifat privat dan wartawan tidak diperbolehkan meliput, tapi agak aneh juga karena Cassandra tidak mempostingnya di akun sodmednya."

Rhein segera menghela nafas panjang, dia merasa sangat lega tidak ada berita tentang pernikahan Keenan di internet yang berarti tak akan ada yang tahu kalau dia menikah dengan Keenan Adi Wijaya!

"Lihat Rhein, Surya berjalan ke sini!" bisik Nena setelah mereka diam untuk waktu yang cukup lama karena berkonsentrasi pada pekerjaan masing-masing.

Rhein mendongak dan melihat Surya telah berada tak jauh dari kubikelnya, pria itu tersenyum memandang Rhein yang mengacuhkannya.

"Rhein, nanti kita makan siang di luar,ya." ajak Surya penuh percaya diri.

Rhein mendengus.

"Ayolah, Rhein," bujuk Surya.

Tiba-tiba terjadi kehebohan di ruangan itu yang membuat semua orang mengalihan tatapannya ke arah pintu. Seorang kurir dari sebuah rumah makan yang terkenal datang membawakan nasi boks dan snack boks dalam jumlah banyak ke kantor, mereka merasa heran karena hari ini tak ada acara khusus di kantor, mereka juga tak tahu siapa yang memesan.

"Rheiiin... kemarilah, ini ada yang mencari" sesorang memanggilnya.

"Ya?" Rhein segera berdiri mengacuhkan Surya yang masih berdiri penuh harap di depan Rhein.

Rhein segera melangkah menuju asal suara.

"Bu Rhein, ini pesanan dari suami ibu katanya suruh dikirim ke sini, mohon diterima." kata Kurir itu sambil tersenyum.

Rhein segera saja membeku, dia sungguh tak menyangka dengan kejutan yang diberikan Keenan.

"Mohon diterima, bu. Kata suami ibu ini untuk teman-teman kantor ibu, syukuran pernikahan ibu kemarin," suara kurir itu menyadarkan Rjein dari keterkejutannya.

"Ya, Pak . Terimakasih," Rhein segera menandatangani tanda terima dan menyuruh office boy membagikan makanan itu pada seluruh karyawan yang diterima dengan senang hati karena makanan itu datang tepat menjelang makan siang yang berarti mereka tak perlu berdesakan di kantin untuk mencari makan. Ucapan terimakasih segera saja tertuju pada Rhein, hanya tersenyum menanggapi semua ucapan itu.

Surya yang sudah berdiri di sebelah Rhein mengepalkan tangannya sedang para karyawan mulai membicarakan kebaikan suami Rhein yang membuat Surya makin merasa panas. Ya, dia merasa marah pada Meta dan Keenan pada saat yang bersamaan.

"Makasih, Pak Surya. Sering-sering begini pasti kita akan jadi makin rajin kerjanya," kata seorang karyawan yang mengira Rhein menikah dengan Surya.

Surya hanya menggeram, dia segera masuk ke ruangannya dan menutupnya dengan membanting pintu. Karyawan tadi hanya menatap dengan tatapan tak mengerti.

***

AlanyLove

avataravatar
Next chapter