webnovel

Makan Siang

Rhein mengikuti Keenan memasuki sebuah restoran mewah di sebuah hotel bintang lima, sepasang laki-laki dan perempuan menyambut mereka dengan senyum lebar saat mereka memasuki sebuah ruangan privat dari restoran itu. Keenan yang tidak melepas genggamannya semenjak mereka turun dari helikopter di rooftop hotel ini segera membawanya menuju meja yang dimana mereka berada. Keenan segera menyalami mereka dengan cipika cipiki pada keduanya, Rhein berusaha menghindar ketika teman Keenan yang laki-laki hendak mencium pipinya tapi tak menolak ketika yang perempuan melakukannya. Rhein merasa tak terbiasa dengan salam yang seperti itu dan hanya ada dua laki-laki yang menyentuh pipinya yaitu Surya dan Keenan! Ketiga orang orang itu tertawa melihat sikap Rhein tapi Rhein hanya tersenyum cuek, sebenarnya dia merasa tak suka ketika melihat Keenan mencium pipi Cassandra dan kini pipi Amanda tapi dia akan membiarkannya saat ini, ingatkan Rhein untuk membicarakan tentang hal ini suatu saat nanti. Oya, teman Keenan yang kini berada di hadapan Rhein dan Keenan bernama Amanda dan Devano, mereka adalah sepasang suami istri yang baru menikah dua bulan yang lalu, masih mesra-mesranya makanya dari tadi Rhein merasa jengah dengan kemesraan mereka, mereka tak sungkan-sungkan untuk berciuman bibir di hadapannya. Keenan yang bisa merasakan kegelisahan Rhein segera merangkul pinggangnya.

"Tadinya kupikir kamu tak jadi datang karena menemani Cassandra," kata Amanda dengan senyum manisnya.

"Aku sudah menyuruh Andy dan lainnya untuk mengawal Cass pulang ke apartemennya. Aku juga sudah menyiapkan beberapa bodyguard untuk mengantisipasi para wartawan agar tidak membuat keributan,"

"Dia pasti kecewa kamu tidak menemaninya, harusnya kamu mendampingi Cass karena saat ini dia sangat butuh dukungan," Kata Amanda sambil menelan makan pembuka di hadapannya. Matanya menatap Rhein dengan tatapan menghina.

Fix! Amanda sudah terang-terangan menyatakan ketidaksukaannya pada Rhein bahkan di hadapan Rhein dia malah menyesalkan keputusan Keenan untuk datang ke acara makan siang yang digagas Devano dengan mengajak Rhein. Rhein hanya tersenyum melihat tatapan menghina Amanda, tunggu saja dia akan menunjukkan bahwa dia layak menjadi istri Keenan walau cuma sebentar.

"Sayang, itu urusan Keen, kita tak perlu ikut campur apalagi sekarang dia sudah punya istri. dia lebih berhak atas Keen daripada Cass yang hanya dianggap adik oleh Keen." bujuk Devano, dia merasa tidak enak pada Rhein yang tersenyum di sebelah Keenan.

"Iya, Cass sudah seperti adik bagiku,"

"Tapi aku yakin Cass menganggap Keen lebih dari sekedar kakak!"

"Sayang sudahlah, ada Rhein," bujuk Devano. dia merasa tak enak pada Rhein.

"Lalu kenapa kamu berniat menikahi Cass waktu itu!" Amanda justru makin emosi.

"Kamu tahu alasannya!" jawab Keenan cuek.

"Tapi tidak dengan menikahi perempuan gak jelas seperti dia Keen, harusnya kamu tunggu Amanda sembuh dulu baru dan kalian bisa menikah setelah itu!"

Rhein segera berdiri, dia merasa muak mendengar semua hinaan Amanda pada dirinya. Dia bisa emosi kalau tetap berada di sini hingga hidangan utama datang. Ini saja dia sudah mendidih tapi ditahannya untuk menjaga wibawa Keenan dihadapan sahabatnya.

"Silahkan lanjutkan obrolan kalian, aku mendadak tidak lapar karena mencium bau busuk di sini!" n

"Mau kemana?" tanya Keenan lembut, dia sungguh tak menyangka Amanda akan menyerang Rhein.

Amanda adalah sahabat Cass, dari dulu dia selalu mengharapkan double date dengan pasangan Cass dan Keen tapi tak perah kesampaian karena kesibukan Keenan dan Cassandra dan kini ketika dia bisa hadir dia justru hadir Rhein jadi pasti Amanda merasa kecewa.

"Pulang," jawab Rhein santai tapi matanya menjadi dingin saat tatapannya bertemu dengan tatapan Amanda, sebuah senyum sinis tercetak di bibir manisnya.

"Oke," jawab Keenan datar

Sesungguhnya Rhein merasa kecewa mendengar jawaban Keenan apalagi melihat laki-laki itu tetap duduk di tempatnya karena itulah dia segera berbalik dan melangkah keluar ruangan,

"Aku naik taksi saja!" Rhein ingin menangis karena merasa diabaikan tapi dia sadar dia bukan siapa-siapa bagi Keenan. Cassandra saja yang telah dianggapnya sebagai sahabat dan juga adik oleh Keenan sedikitpun tak mendapat cinta dari Keenan apalagi dia yang sama sekali tak dikenal Keena sebelumnya.

"Oke, Van, Man, terimakasih makan siangnya, aku pamit dulu. Kapan-kapan aku akan mengundang kalian makan siang. Masakan istriku enak, aku yakin kalian suka!" Keenan segera berdiri menyalami keduanya.

Rhein yang masih mendengar suara Keenan menghentikan langkahnya tanpa sadar, sebuah senyum tercetak di bibirnya. Rhein kembali melangkah saat mendengar Keenan menggeser kursinya.

"Kita bahkan baru sampai di makanan pembuka, Keen," protes Amanda.

"Aku harus menemani istriku, aku tidak mau dia ngambeg" Keenan tersenyum yang bagi Amanda senyum itu serasa menusuknya.

"Iya kejar istrimu, Keen!" dukung Devano.

Amanda segera menatap jengkel pada Devano, dia merasa sebal karena sejak tadi Devano malah mendukung Keenan dengan Rhein. Sementara Keenan segera melangkahkan kakinya dengan cepat ke arah Rhein dengan langkah lebarnya. Tak lama kemudian dia sudah meraih tangan Rhein yang sudah ada di depan Lift dan memeluknya.

"Harusnya kamu gak usah dengerin kata-kata Manda, Rhein. Dia itu fans Cass nomor satu karena mereka bersahabat dari kecil. Dia sangat berharap aku menikah dengan Cass," Keenan menyeret Rhein ke dalam lift.

"Kamu bisa menceraikanku kapan saja, tak perlu menunggu enam bulan seperti yang tertulis dalam perjanjian itu untuk menikahi Cassandra!" sinis Rhein.

"Kamu sudah baca semua isi perjanjian itu?" Keenan terkekeh.

"Apa?" Rhein melebarkan matanya menatap Keenan tak mengerti.

"Kamu baca surat perjanjiannya dengan seksama sebelum kamu tanda tangani atau langsung kamu tanda tangani tanpa membaca membaca keseluruhan isinya?" Keenan tersenyum miring.

Pada kenyataannya Rhein memang tidak membaca keseluruhan isi perjanjian itu karena dia hanya menandatangani di tempat-tempat yang ditunjuk Andy untuk ditandatangani.

"Dasar bodoh!" gumam Keenan.

Rhein segera mendongakkan wajahnya dengan gusar mendengar gumaman Keenan, dia merasa sebal disebut bodoh apalagi ini bukan pertama kalinya Keenan menyebutnya bodoh. Rhein baru saja hendak memprotesnya saat merasa sesuatu yang kenyal dan hangat menyentuh bibirnya, bukan hanya menyentuh tapi juga melumatnya, tangan Keenan bahkan telah berada di tengkuknya untuk memperdalam ciuman mereka.

Ting!

Keenan segera melepas ciuman mereka sebelum pintu lift terbuka, nafas kedua memburu, mereka segera keluar dari kotak berjalan tersebut sebelum orang-orang menatap mereka dengan tatapan aneh. Baik Keenan maupun Rhein tak ada yang mengatakan apapun ketika mereka berjalan di basement menuju mobil Keenan yang sudah terparkir disini dengan tangan yang saling bertaut. Keenan tak menghentikan senyumnya sementara Rhein berusaha untuk bernafas teratur untuk menyamarkan detak jantungnya yang berpacu sangat cepat. Keenan kembali memeluk Rhein dan menciumnya dengan mesra sebelum mereka masuk ke dalam mobil.

***

AlanyLove

Next chapter