webnovel

Maaf

Saat membuka matanya, Rhein menemukan dirinya terbaring di sebuah tempat serba putih dengan sebuah jarum infus tertancap ditangan kirinya. Rhein merasa nyeri di perutnya sudah berkurang meski kepalanya masih agak pusing. Rhein menatap sekelilingnya dan tak menemukan seorangpun di sekitarnya. Rhein mencoba bangun dari tidurnya dengan susah payah kemudian duduk bersandar pada kepala tempat tidur.

Rhein tak menyadari saat seseorang keluar dari tempat tidur dan menatapnya dengan cemas sekaligus lega melihat Rhein sudah sadar.

"Ah, Rhein, kamu sudah bangun?" suara cemas seorang pria membuat Rhein mendongak dan menemukan wajah tampan itu tampak sangat cemas, Keenan!

"Maaf, aku lupa kalau di rumah tak ada apa-apa. Aku sungguh kaget saat kamu menelpon tapi tak ada suaranya sama sekali. Aku takut sesuatu terjadi padamu," kata Keenan sambil menggenggam jemari Rhein.

Tadi saat Rhein menelponnya, Keenan sudah dalam perjalanan pulang dari rumah sakit meski sebenarnya Cassandra berusaha untuk menahannya lebih lama tapi dia ingat Rhein menunggunya. Keenan berencana untuk dan mengajaknya untuk makan malam di restoran langganannya. Keenan ingat dia kalau tak punya bahan makanan apapun di rumahnya karena dia biasa makan di luar sedang tadi dilihatnya Rhein makan hanya sedikit baik waktu sarapan di hotel maupun saat makan siang di rumah kakek. Saat tak mendengar suara Rhein di telepon, Keenan segera menghubungi penjaga untuk mengecek keadaan Rhein. Keenan menjadi panik saat penjaga mengatakan kalau Rhein pingsan, dia segera memanggil ambulance untuk membawa Rhein ke rumah sakit sementara dia segera menyuruh Andy agar mempercepat laju mobilnya ke rumah sakit.

Keenan merasa bersalah saat melihat Rhein terbaring di IGD tadi, dia segera menyetujui saat dokter menyarankan Rhein untuk dirawat di rumah sakit dulu sampai kondisinya membaik. Melihat Rhein yang sudah sadar Keenan memberi Rhein minum, setelah itu dia mengambil bubur di atas meja dan segera menyuapi Rhein, awalnya Rhein menolak dan hendak makan sendiri tapi Keenan menolaknya. Akhirnya dengan malu-malu Rhein menerima suapan dari Keenan. Rhein merasa darahnya berdesir mendapat perhatian yang lebih dari Keenan. Dadanya berdebar kencang saat jemari Keenan tidak sengaja menyentuh sudut bibirnya ketika Keenan membersihkannya dengan tissu. Beberapa kali tatapan mereka bertemu sebelum Rhein memalingkan tatapannya.

Sebenarnya Rhein merasa sudah kenyang tapi Keenan memaksanya untuk mengabiskan makanannya. Setelah Rhein menghabiskan buburnya, Keenan membantunya untuk minum, lagi-lagi dia menolak saat Rhein ingin minum sendiri membuat Rhein merasa jengah.

Malam itu Keenan menghabiskan waktunya dengan menjaga Rhein di rumah sakit. Dia terlihat seperti seorang suami siaga yang berusaha membantu semua kebutuhan Rhein, termasuk mengantar Rhein ke toilet.

"Maaf merepotkan," kata Rhein sambil tersipu.

"Tak perlu sungkan, kita adalah suami istri. Lagipula kalau aku tidak terlambat kamu tidak akan masuk rumah sakit," Keenan tersenyum sambil menyelimuti Rhein setelah itu Keenan menunduk mencium kening Rhein.

"Tidurlah sudah malam," bisiknya pelan kemudian mematikan lampu kamar dan menggantinya dengan lampu tidur.

Rhein mengangguk kemudian memejamkan mata meski dia tak bisa langsung tidur karena sikap Keenan yang membuat hatinya meleleh.

Keenan tetap berada di kursi di samping tempat tidur Rhein. Setelah menatap Rhein untuk waktu yang lama, Keenan mengambil tabletnya di meja yang ada di dekatnya dan mulai membuka-buka dokumen di dalamnya. Sesekali tangan Keenan membelai punggung tangan Rhein.

Esok paginya, Rhein sudah boleh pulang oleh dokter. Rhein sendiri sudah merasa baikan setelah mendapat pengobatan dari dokter dan suapan bubur dari Keenan semalam.

Jam sepuluh pagi mereka keluar dari rumah sakit dan langsung menuju ke supermarket untuk belanja. Keenan langsung mengiyakan usul Rhein agar mereka belanja kebutuhan dapur karena dia tak mau Rhein kembali pingsan karena kelaparan. Selain itu mereka juga membeli beberapa pakaian untuk Rhein karena kemarin mereka belum sempat kemana-mana. Sebenarnya Rhein menolak karena merasa bajunya sudah cukup tapi Keenan tetap memaksanya, akhirnya Rhein memilih beberapa baju yang sesuai dengannya.

Sampai di apartemen, Rhein segera memasukkan bahan makanan ke dalam kulkas dan bahan makanan kering ke dalam lemari. Setelah itu Rhein membuat makan siang untuk mereka. Keenan tersenyum menatap Rhein yang tengah sibuk di dapur. Tak lama kemudian bau harum nasi dari magic com memenuhi ruangan pada saat yang bersamaan Rhein telah selesai membuat sup ayam beserta tempe goreng dan sambal. Masakan sederhana tapi bagi Keenan ternyata makanan itu terasa sangat nikmat.

***

AlanyLove

Next chapter