webnovel

Bab 1 Kesepakatan

Semua pembicaraan ini berawal ketika sarapan pagi dikeluarga Herlambang, mama dan papanya tiba-tiba pulang ke Indonesia dengan alasan terlalu merindukan anak gadis yang sering ditinggal bersama kakak laki-lakinya, Padahal kenyataannya mereka pulang karna ingin menjodohkan Narien dengan Jimian Alteza Bayanka anak seorang konglomrat sekaligus teman bisnisnya.

"Hah! apa mah? Dijodohin?! Mama bercanda ya? Narien kan masih kuliah mah! pokoknya Narien ngak mau dijodohin!"

"Dia ganteng loh Rin, kamu pasti suka, coba deh liat dulu fotonya" Ny Herlambang mengarahkan layar ponselnya kearah Narina, ia memaksa purinya.melihat potret seorang pria yang sudah ia siapkan.

Mau tidak mau Nariena harus melihat foto pria itu, karna layer ponsel milik Ny Herlambang sudah hampir menempel pada pupilnya. Nariena melihatnya sebentar lalu kembali menyuapkan sesendok nasi kemulutnya, tidak ada reaksi apapun dan gai situ benar-benar tidak perduli.

"Gimana? Ganteng kan?" tanya mamah

"Biasa saja,,"

"Coba liat?" Ujar Sanendra, Sanendra adalah kakak laki-laki Narina, Usianya 30 tahun, dia pandai memasak dan juga berwajah tampan, selain itu Sanendra juga menjabat sebagai CEO di perusahaan ayahnya, dengan apa yang dimilikinya, seharusnya Sanendra menjadi incaran bagi seluruh wanita di alam semesta, tetapi kenyataannya hingga saat ini pria itu masih tetap melajang dan kesepian.

Sekarang ini ia diserang rasa penasaran setelah ibu dan adik perempuannya membicarakan sebuah foto dilayar ponsel. Pria itu lantas meraih ponsel di tangan Ny Herlambang, Mengamati dengan seksama bagaimana rupa seseorang yang sedang dipamerkan kepada adik perempuannya.

"Mama mau jodohin Narien sama Jimian?"

"Lo kenal bang?"

"Ya kenal lah, Dulu itu anak sering banget maen ke rumah kita"

"ke rumah kita? Kapan? Kok gue ngak tau?"

" Dulu pas lo masih sekolah di Jepang dek"

"Jadi gimana Rin? Kamu mau kan nikah sama Jimian?" Ny Herlambang kembali bertanya pada Narien.

"Engak mah makasih!, Narien bisa kok cari jodoh sendiri"

"Kenapa harus repot-repot nyari sih Rin? kalau kamu nikah sama Jimian mama jamin kamu ngak akan pernah bikin status galau di story kamu"

"Meskipun ngak nikah sama Jimian, Jimian itu Narien juga ngak bakal bikin status galau karna Narien ngak kayak mamah yang hobinya bikin status dan mamah perlu tau kalau di kamus Narin, ngak ada yang namanya perjodohan!"

"Tapi di kamus mamah ada! Dan kamu ga bisa nolak itu rin"

"Mah!" bang San aja belum nikah, seharusnya bang San dulu yang nikah, bukan Narien! Lagian Narin ngak suka sama cowo itu! kenal aja enggak,, Intinya Narin ngak mau dijodohin! Titik!"

"Rin ini amanah dari kakek buyut kamu"

"Bilang ke kakek buyut kalau Narien ngak mau dijodohin!"

"Kamu bilang aja sendiri! Temui kakek buyut kamu ke alam baka sana!"

"Mah,, Tapi Naien ngak mau dijodohin!"

"Narin sayang,, semua yang kita punya sekarang ini, adalah hasil kerja keras kakek buyut kamu, Rumah dan perusahaan kita juga warisan dari mendiang, jadi ngak ada salahnya menuruti wasiatnya, lagi pula Jimian itu anak baik-baik papa kenal baik sama keluargnya, papa yakin kamu bisa hidup bahagia sama dia" Dengan suara lembut namun bijaksana Tn Herlambang ikut andil dalam rangka membujuk putrinya. Padahal Narien sempat berpikir bahwa papahnya berada di pihaknya.

"Papah kok malah setuju sama mamah sih?"

"Oke, kalau emang kamu nggak mau nurutin wasiat kakek buyut, mamah ngak akan maksa lagi, Tapi jangan pernah pakai fasilitas dari mamah, Kartu kreditmu, Mobilmu, balikin semuanya. Kalau perlu muntahin semua makanan yang pernah mamah kasih!"

"Dek kenapa ngak lakukan aja wasiat itu, Apa kamu mau durhaka sama kakek buyut?"

"Hah? Gilak lo bang! Lagian ngapain juga gue harus nurutin wasiat kakek buyut yang bahkan gue ngak tau muka nya kayak apa, kalo emang perjodohan ini harus dilakukan Kenapa ngak lo aja bang yang nikah sama cowo itu?" Narin meletakkan kasar sendok dan garpunya lalu pergi begitu saja.

Perkataan yang keluar dari mulut kakak laki-lakinya itu membuat Narin semakin tak tahan berdiam disana, meskipun sejujurnya perutnya belum terisi dengan benar tetapi harga dirinya tidak mengizinkannya untuk tetap tinggal.

Dikampus pukul 07.45

Narien sudah berada di Universitasnya, sedang berdiri didepan gedung dengan senyuman yang sengaja dimanis-maniskan, sejujurnya dalam keadaan seperti ini Narien lebih senang kalau diminta untuk cemberut dan memasang wajah lesu namun pemandangan indah didepannya seolah menghipnotis bibirnya untuk lekas tersenyum semanis mungkin.

"Itu dia masa depan gue"

Gadis berambut coklat itu bergumam sembari memperhatikn laki-laki berlesung pipit yang baru saja turun dari mobilnya,

Sayangnya Pandangan itu harus teralihkan karna laki-laki lain tiba-tiba berdiri didepannya. Wajahnya tak asing dan benar saja itu adalah Jimian, laki-laki yang fotonya sudah merusak acara sarapan paginya beberapa waktu yang lalu.

"Lo Narien kan? Gue Jimian, Bisa kita ngobrol sebentar?"

Rasanya memang perlu berbicara sebentar dengan orang ini, setidaknya itulah yang dipikirkan oleh Narin, Mereka berdua memilih kantin universitas sebagai tempat melanjutkan obrolan sekaligus tempat untuk menikmati secangkir coklat panas buatan ibu penjaga kantin.

"Lo mau ngomong apa?"

"Bokap nyokap gue mau ngawinin kita"

"Nikahin bukan ngawinin!"

"Iya itu maksut gue"

"Terus?"

"Gue ngak mau di jodohin"

"Terus menurut lo gue mau?!"

"Tapi Masalahnya kalau gue ngak turutin maunya bonyok, semua fasilitas gue bakal dicabut, Termasuk gue bakal diusir dari rumah. Ngak lucu dong kalo cowo seganteng gue jadi glandangan?"

"Ini orang kenapa narsis banget sih? Amit-amit kalo sampek gue nikah beneran sama dia" Narin membatin

"Gimana kalo kita bikin kesepakatan?"

"Kesepakatan apaan?"

"Jadi meskipun kita nikah lo ngak boleh ikut campur urusan gue, dan gue juga ngak bakal ikut campur urusan lo. Terus yang paling penting adalah, lo ngak boleh jatuh cinta sama gue"

"Dih Amit-amit, gak gue jatuh cinta sama orang kayak lo!" Narin meremehkan kalimat terakhir yang diucapkan Jimian.

"Lo ngremehin gue? Point terakhir, point yang paling susah, cewe mana yang ngak jatuh cinta sama cowo sempurna kayak gue? Saran gue lo kudu ati-ati!"

"Sorry, lo bukan tipe gue!" dan Lo juga ngak boleh nyentuh gue sedikitpun, kalo sampek lo berani macem-macem gue patahin tangan lo!"

"Ok Deal!"

Kedua orang yang sama sama tak suka dijodohkan itu akhirnya membuat kesepakatan demi kelangsungan hidupnya masing-masing.