1 Celaka Jadi Cinta

Brugh

Suara mobil menabrak motor di sebuah jalanan yang lumayan sepi.

Pengendara motor yang membonceng ibunya terpental lumayan jauh dari lokasi kejadian. Ibunya terluka parah dan pingsan, sedangkan pengendaranya hanya luka ringan. Pelan-pelan dia bangun dan berjalan ke arah mobil sipenabrak.

Tok tok tok

Pengendara motor tersebut mengetuk cukup keras pintu mobil yang menabrak dirinya.

"Buka woy!" teriak Ule si pemilik motor.

Maryam pemilik mobil tegang karena ketakutan sudah menabrak orang sampai pingsan. Keringat dingin keluar deras dari tubuhnya, ketika Ule mengetuk pintu mobil pun tubuhnya masih bergetar hebat.

"Buka! Atau tidak gue pecahkan dengan batu!" ancam Ule dengan nada sangat keras.

Pelan-pelan Maryam membuka pintu mobilnya dengan wajah pucat dan berurai air mata.

Alih-alih Ule akan murka dengan Maryam namun kesempurnaan wajah cantik Maryam menghipnotis pikiran Ule dalam sekejap.

Maryam menangis sesenggukkan dan menjulurkan tangan memohon maaf pada Ule.

"Sudah, bicaranya nanti saja! Kamu tolong bawa ibuku ke rumah sakit sementara aku akan bawa motorku ke bengkel, nanti aku menyusul! Rumah sakit mana yang akan kau datangi!" Ule berusaha jaga image.

"Rumah sakit Bunda saja biar dekat dari sini!" cetus Maryam dengan tegang.

Ule menggendong sang ibu yang bersimbah darah masuk ke mobil Maryam dan ditempatkan di kursi jok belakang.

"Hati-hati bawa mobilnya! Aku tidak akan lama!" seru Ule.

Mobil Maryam pun melaju ke arah rumah sakit yang dituju, sedangkan Ule membawa motornya ke bengkel yang tak jauh dari lokasi kejadian.

Sambil menuntun motor Ule bergumam dalam batinnya.

"Perempuan itu seketika membuat emosiku luluh. Hidung mancung, kulit putih mulus, pipi merah merona, rambut hitam terurai panjang serta body yang seperti biola. Sungguh membuat anggota tubuhku meradang ingin menyerang!"

"Aku penasaran siapa dia? Wanita cantik, tajir tapi ceroboh dalam berkendara. Sebentar lagi aku pasti tahu!"

Tiba di bengkel Ule langsung bicara ke mekanik tentang kondisi motornya. Dia menitipkannya di bengkel tersebut dan langsung meluncur ke rumah sakit.

Hanya butuh waktu sekitar sepuluh menit saja jarak tempuh dari bengkel ke rumah sakit dengan menggunakan jasa ojeg online supaya lebih simple.

"Ibu ....!" teriak Ule memeluk ibunya di ruang IGD.

"Maaf Dek, apa anda keluarga dari pasien yang bernama ibu Aminah?" tanya salah seorang perawat rumah sakit.

"Ya suster saya anaknya, ada apa dengan ibu saya?" Ule balik bertanya pada perawat dengan nada terisak tangis.

"Ibu anda mengalami pendarahan yang cukup hebat, jadi harus dibawa ke ruang ICU! Kami butuh persetujuan dari pihak keluarga pasien!" kembali perawat menegaskan.

"Kami setuju Sus!" Maryam spontan menyahut.

"Kalau begitu anda ikut kami! Setelah anda membereskan administrasinya Ibu Aminah baru bisa dipindahkan ke ruang ICU!" tegas perawat kemudian.

Maryam berjalan ke ruang administrasi bersama sang perawat, selang beberapa menit. Perawat membawa Ibu Aminah ke ruang ICU.

"Anda boleh pulang atau menunggunya! Nanti kami akan mengabari perkembangan pasien melalui sambungan telepon. Jadi saya minta nomor telepon anda!" ujar perawat.

Ule pun menulis nomor teleponnya di kertas yang ada di tangan perawat.

"Ini nomor saya!" kata Ule.

Setelah perawat hilang dari hadapan mereka, Maryam kembali memohon maaf pada Ule dan berjanji akan mempertanggung jawabkan kesalahannya.

"Sekali lagi aku mohon maaf, aku masih belum profesional menyetir mobil!" lirih Maryam.

Ule tidak merespon ucapan Maryam dengan kata-kata, dia malah menikmati pandangannya dengan menatap puas wajah cantik Maryam.

"Oh iya, kita belum tahu nama kita masing-masing. Aku Sulaiman orang - orang biasa memanggil aku Ule! Kalau kamu siapa?"

Ule mengalihkan perhatian Maryam dengan ngajak dia berkenalan.

"Aku Maryam! Lengkapnya Siti Maryam!" jawab Maryam sembari menjulurkan tangannya.

Sebuah jabatan tangan yang hangat, seolah ada lem perekat di kedua telapak tangan mereka sehingga susah untuk dibuka.

"Aku mohon jangan laporkan aku ke polisi! Aku akan tanggung semua biaya rumah sakit dan bengkel," Maryam memohon sembari membungkukkan badannya pada Ule.

Ule mencegahnya dengan mengangkat tubuhnya tegak kembali seraya berseru.

"Aku nggak jauh berpikir ke sana, tapi ...!" ucapan Ule terputus.

"Tapi apa? Aku akan melakukan apapun yang penting kamu tidak melaporkan aku ke polisi!"

"Benarkah?" Ule bertanya ingin meyakinkan.

"Bagaimana kalau kita bicara di kafetaria rumah sakit itu! Biar bisa santai!" cetus Ule.

Maryam menganggukkan kepalanya dan berjalan ke arah kafetaria yang ditunjukkan oleh Ule. Di sana mereka duduk dan memesan minuman dan beberapa menu camilan.

"Aku tidak punya waktu banyak, cepat katakan apa yang harus aku lakukan!" desak Maryam.

"Menikah denganku!" sebuah tawaran dari Ule yang bikin pikiran Maryam semakin syok.

Maryam tertunduk sejenak hendak mencari jawaban dari tawaran Ule tersebut.

"Hukuman macam apa ini ya Tuhan?" gerutu Maryam dalam batinnya.

Begitu pula dengan Ule, dia tidak berhenti menggerutu di dalam sanubarinya.

"Selama ini aku mampu menghipnotis para wanita dengan paras tampanku ini juga tatapan mata yang sudah kulatih beberapa tahun silam. Namun entah mengapa wanita ini justru menghipnotisku dengan kecantikannya,"

"Hartanya juga bisa aku manfaatkan?" niat jahat Ule tatkala melihat ponsel mahal dan arloji yang harganya di atas rata-rata.

"Apa kamu bingung karena sudah punya pasangan?" tanya Ule kemudian.

Maryam mulai mengangkat wajahnya dengan mengeluarkan kata-kata sebagai jawabannya.

"Aku single, dan aku siap menerima tawaranmu! "Namun kita harus menyepakati beberapa poin penting!"

Ule tak menyangka Maryam akan menerima ajakannya untuk menikah. Dia langsung melempar senyum yang sangat menawan pada Maryam.

"Sekarang aku harus minta restu dulu pada kedua orang tuaku dulu!" Dan mengenalkanmu pada seluruh anggota keluargaku ! Apa kamu siap?"

"Oh tentu saja aku sangat siap!" tegas Ule.

Sambil menunggu kabar dari pihak rumah sakit atas kondisi ibunya, Ule menerima tantangan Maryam untuk diperkenalkan pada seluruh keluarganya.

"Sekarang ijinkan aku yang menyetir mobilmu! Aku kan calon suamimu!" Ule memohon pada Maryam dengan mata yang terus menggoda Maryam.

Tanpa membantah, Maryam memberikan kunci mobilnya pada Ule dan langsung masuk ke dalam mobil dengan posisi duduk sejajar di depan tanpa menatap ke wajah Ule.

"Cara nyetir kamu hebat juga," Maryam memuji.

"Cowok sekeren aku ini harus pintar dalam segala hal termasuk nyetir mobil dan menyetir hati perempuan ," dengan penuh percaya diri Ule mulai merangkai kata-kata gombalan yang berhasil membuat Maryam terbuai.

Maryam nampak tersipu malu mendengar pernyataan Ule tersebut.

"Ngomong-ngomong kita ambil arah mana nih?" tanya Ule kebingungan.

Maryam dengan cepat menjawab," Lurus, belok kanan ada lapang basket nah disitu kita berhenti dulu!"

"Bukannya itu tempat aku latihan karate yah? Apa mungkin di sana ada saudaranya yang ikut latihan juga, Kakak, Adik, atau orang tua. Entahlah aku ikuti saja petunjuk dari dia!" gumam Ule.

Ketika mobil sudah berada di lokasi yang sudah diarahkan oleh Maryam, mereka pun turun dan langsung mengunci mobilnya dengan remot.

"Mama ....!" teriak Fandi putra tunggal Maryam.

"Apa? Mama?" sambil mengernyitkan dahinya Ule merasa kaget ketika Fandi memanggil Maryam dengan sebutan Mama.

avataravatar
Next chapter