webnovel

Siapa Monster Babi Ini?

"Aghhh!"

Teriakan menggema di dalam kamar, tiga orang yang baru masuk berhenti depan pintu. Sesaat, Lia li mengendalikan diri dan menahan amarah. 'Babi ini, mengagetkan saja, kenapa pagi-pagi berteriak?' batinnya. Menumbuhkan senyum, mendekati sang adik yang berkaca.

Dua dayang mendekat, memegangi air satu ember. Punggung gumbal nan bungkuk di tepuk, Lia li berdiri sisi kiri. Sama-sama bercermin, mengamati dua bayangan di cermin. "Kakak, ada apa, pagi-pagi berteriak? Apa menyukai wajah ini?" Menyentuh pipi kanannya.

Ziyi mei menjadi bodoh dan linglung, mundur, mencubit kulit sendiri. Lalu menatap Lia li, kembali memperhatikan dua dayang, berakhir ke kedua tangan yang di rentangan, ini tangan atau kaki? Tidak mungkin! "Aghhhh!" lengkingan suara mulai mengumandang, menjauhi cermin.

Para dayang dan Lia li bingung, menghampiri Ziyi mei. "Ada apa, Kakak? Ayo keluar, Ayah sudah pulang dan menunggu kita." Merasa sang adik begitu aneh dan linglung. 'Apa kepalanya terbentur atau bodoh oleh lemak kemarin yang dimakan?' bertanya dalam hati.

Kedua lengan bergetar, kepala menggeleng, perlahan badan merosot, berjongkok menatap lantai. 'Sial, kenapa aku? Mengapa aku menjadi wanita gendut? Di mana jari lentik dan pinggang semutku? Apa aku bermimpi? Bajuku begitu kuno!' Otak terus berputar, mencerna keadaan ini yang 'tak bisa dicerna.

Tadinya ia seorang gadis dari tahun 2022, sedang menanti pertandingan taekwondo tingkat internasional, tapi harus ditangguhkan atau bisa juga tidak bisa mengikuti. Sangat jelas, dirinya bernama Ziyi meimei. Seorang gadis yang berumur 19 tahun, masuk ke babak selanjutnya. Telah memenangkan taekwondo tingkat nasional. Besok adalah pertandingan yang ditunggu, tapi mengapa pindah ke zaman ini?

Sebelum bangun di tempat ini, Ziyi meimei latihan bersama gurunya, untuk menghadapi pertandingan besok, tingkat dunia. "Guru, aku mau lanjut." 

"Kamu sudah kelelahan dan rumor itu … apa benar? Lupakan, pasti ada alasan kamu melakukannya. Guru pesan, kedepannya lebih hati-hati dan pilih-pilihlah mencari teman."

Ziyi meimei 'tak sanggup menahan air mata, menangis sesegukan dan jatuh ke bawah. Pria yang berusia 27 tahun, menangkap tubuh mungil Ziyi dan memeluk. Hatinya begitu sakit, melihat Ziyi meneteskan air mata dan mendapat kebencian.

Sehari sebelum pertandingan dunia, tepatnya tadi pagi. Berita menyebar luas di internet, yakni seorang atlet taekwondo berinisial ZM. Membully teman-temannya di sekolah dan memalak. Disertai vidio Ziyi berantem serta merampas uang dari kumpulan wanita, hingga ke pria pun ada. 

Satu jam video itu di posting oleh orang anonim, langsung meledak. Banyak orang 'tak menyangka, dia adalah pembuli dan pemalak. Berjibun hinaan kebencian membanjiri akun sosmednya. Sampai-sampai ada papan baliho menginginkan, mundur dari pertandingan! Sebelum bertanding pun, sudah kalah, pasti didiskualifikasi.

Hati Ziyi meringis menonton video, dirinya lagi malak dan membuli tersebar luas. Itu tidak seperti yang mereka pikirkan, memang Ziyi melakukan hal itu, tapi ada alasan. Betul membuli orang dan memalak, tapi sebelum itu terjadi. Orang yang ditindas, lebih dulu lah yang melakukan perbuatan tidak terpuji. Jadi, dia membalas apa yang mereka pernah lakukan terhadap orang lain. 

Dulu di bangku sekolah menengah, Ziyi terkenal jago berantem, begitupun banyak medali yang didapat. Di satu negara ini, dialah paling jago dalam taekwondo. Sehingga mimpinya menjadi kenyataan, bisa mengikut taekwondo tingkat dunia. 

Gurunya membawa Ziyi duduk, menyeka air mata panas sang murid. Tangan hangat dan senyum lembutnya, mampu menenangkan Ziyi. Mereka saling pandang, sesaat sang guru menurunkan tangan dan mengatur diri. Tampak dua telinganya sedikit memerah, mengeluarkan permen di balik kantong jaket hitam. "Makan ini, semoga harimu selalu manis seperti permen. Ayo, kita pulang! Tutup mata dan besok akan menghilang untuk segala hal yang terjadi hari ini."

Meraih permen, memandang. "Betulkah? Aku tidak bisa mengikuti pertandingan, aku menghajar orang itu. Mereka pantas mendapatkan pukulan dan palak. Aku mau semua ini berlalu. Aku ingin menghilang dari dunia ini! Aku tidak mau hidup didunia ini! Aku ingin pergi!"

Sang Guru meraih dua telapak tangan Ziyi, mengusap pelan dan menggenggam erat. Menatap lekat-lekat, dua benih mata membulat. "Jangan, aku tidak ingin kamu pergi dan aku ingin bersamamu selamanya. Emm, Ziyi aku … ayo kita pulang, ini udah malam. Lebih baik kamu tidur dan besok, semuanya berakhir. Kamu tidak akan di buli, tentu kamu tidak akan melakukan hal itu tanpa alasan. Aku memastikan ini, akan menghilang sepenuhnya." Melepas pegangan tangan, mengambil jaket untuknya.

Ziyi harus menutup mulut dan membuang angan-angan yang sudah menjalar. 'Sial, aku pikir Guru mau … ' membuang pikiran. Bangun, menerima uluran tangan, di antar pulang. Dia adalah guru taekwondo yang pertama kali bertemu saat masih SD. 

Waktu tepat jam 12:00 teng, menaiki ranjang. Barusan diantar oleh guru taekwondo. Betapa tidak bisa melupakan perlakuan manis dan menginginkan lebih. "Aghh, aku harus menyatakan cintaku besok, aku sangat menyukainya. Padahal, aku ingin ikut pertandingan besok, mengapa ini bisa terjadi? Siapa yang posting? Guru— apa kamu marah dan kecewa padaku? Semoga, besok aku menghilang dari masalah dan kita …." Menutup mulut, sekaligus menidurkan diri.

—*

Tiba-tiba membuka mata, memandang langit-langit berwarna emas, menundukan pandangan. Mengedip-ngedip, perasaan-- kamarnya berisi plafon bergambar langit berbintang. Ingat sekali, ia meminta hampir 3 bulan baru dikabulkan oleh mamanya.

Menggeleng, terasa kepala berat, napas sedikit sesak. Malah, pandangan ada yang mengganjal, tapi tidak ada benda. Rasanya mata mengecil, melirik samping kiri. Tidak ada TV? Di mana itu, apa mama sita? Menggeleng dan mencoba bangun. "Emgk." Susah sekali bangun, perasan dirinya bangun begitu mudah. Karena seorang atlet, badan ringan dan bertenaga. 

Sekarang?

Masih terbaring lemas. Kembali mengatur napas, menumpukan kedua tangan di kasur, menurunkan kedua kaki, pantat masih duduk. Semua barang terlihat berbeda, ini kayak di zaman dahulu, yang sering sekali ditonton. "Kenapa furniture kamarku berubah? Apa jangan-jangan ulang tahunku dekat, mama menggantinya? Agh, aku yakin kamar mandi tetap di sana." Mencoba berpositif thinking, perut udah mules, segera ke kamar mandi sebelah kiri pojok. 

Lah?

Tidak ada kamar mandi! Mulai mengitari seluruh ruangan. Mulutnya mau berteriak, tepat di waktu bersamaan, ada sebuah potongan memory. Menonton seorang gadis gemuk yang menjijikan, mengejar seorang pria, tapi ditolak. Suka makan daging berminyak. Secara bersamaan, gambaran itu menghilang dengan perut mulas saat mengingat cuplikan memori. Ibarat kaset yang diputar, mengangkat tangan, menutup mulut. "Uek, agh! Gadis gendut siapa itu, menjijikan sekali! Udah gendut, bajunya norak. Bahkan lipstiknya sama dengan warna baju yang merah cabe–cabean!"

Saat menurunkan tangan, ain membesar yang menyaksikan jari jahe, pendek dan gemuk! Tunggu-tunggu, tangan yang bergetar mencoba diangkat, dibalut kain merah cabe, segera Ziyi meimei mencari cermin. Memastikan kalau apa yang ada di otak, tidak terjadi. Naas, tidak ada kaca yang bisa buat ngaca sepenuh badan. Berhenti di depan cermin pendek nan buram, mulutnya terbuka lebar.

Memandang monster babi depan cermin, saking gemuknya tidak memiliki hidung, kedua tangan mencubit pipi. Apakah ini mimpi? 

Sakit!

Pas meringis, sepenuhnya mata menghilang di balik lipatan lemak pipi. Bibir bergetar, sampai tidak sadar ada yang masuk. Orang itu mendekat, meletakkan tangan di bahu kanan, lalu mendesis sambil menyentuh pipinya. "Kakak, ada apa, pagi-pagi berteriak? Apa menyukai wajah ini?"

Ingatan yang ditonton kembali berputar dan secara bersamaan, suara baru bisa lolos keluar dari keterkejutan. "Aghhhh!" berteriak keras. Mundur yang takut menatap bayangan di cermin. Ini adalah monster babi! Menjijikan, di mana pinggang semut? Jari lentik dan kaki jenjang yang di eluh-eluhkan orang? Kakinya adalah daya tarik. Berkat itu, tendanganya begitu kuat dan seni di saat menendang. 

Mengangkat rok hanfu, yang ada kaki gajah, tetiba berjongkok lemas menatap lantai. Wanita lembut itu menghampiri, yang mencoba membangunkan dirinya, tapi tidak bisa. Ziyi harus bangkit sendiri dan memandangnya.

"Kakak, ada apa? Ayo, keluar kita makan."

Amarah membara, "Kakak? Makan? Berhenti bilang makan, kau aja yang makan!" Air liurnya muncrat, menghujani wajah Lia li, saking kesalnya.

Menutup mata. "Ahh, Kakak." Mengangkat tangan, menyeka, ini menjijikan! Sekujur tubuh rasanya mandi lumpur, ini benar-benar MENJIJIKAN! 'Kusiram kau Babi!' kutuk Lia li. Mengangkat alis, mengisyaratakan dua dayang menyiram.

Namun, sebelum itu terjadi, seember air  diraih Ziyi dan…*..*