1 Ketahuan

"Ra, Lo kemarin jalan bareng sama Dimas, gue panggil - panggil diam aja. Sombong Lo!" Sungut Gladis pada sahabatnya, Clara.

"Gue jalan sama Dimas?" Tanya Clara balik pada Gladis dengan dahi berkerut dan jari lentiknya menunjuk dirinya sendiri.

Gladis mengangguk.

"Kapan?" Tanya Clara masih dengan ekspresi yang sama.

"Kemarin, kok Lo jadi yang tanya gue sih, Ra?"

"Masalah nya gue di kosan seharian kemarin."

Gladis menoleh pada sahabat cantiknya.

"Serius?" Gladis memastikan.

Clara mengangguk membenarkan perkataannya.

"Berarti cewek yang sama Dimas itu bukan, Elo?"

"Bukan lah.."

"Tapi mirip banget mukanya sama Elo,"

Clara menarik nafas panjang, Lalu Ia memutar kursi kerjanya hingga kini Ia dapat menatap wajah sahabat baiknya, Gladis.

"Dia adik gue." Jawab Clara enteng.

"Seriusan, Wah berarti sudah ada kemajuan hubungan Lo sama Dimas." Wajah Gladis berbinar.

"Kemajuan?" tanya Clara.

"Iyalah, Berarti elo dah ngenalin Dimas ke keluarga elo kan?"

Clara tersenyum pahit. Mungkin ini saatnya Ia jujur pada sahabatnya tentang hubungannya dengan Dimas.

Clara menunduk.

"Dimas selama ini selingkuh di belakang gue." Clara berusaha untuk kuat dan tak meneteskan air matanya saat mengatakan itu. Ingatannya kembali pada saat Ia mendengar langsung penuturan Dimas yang tak sengaja Ia dengar saat Clara hendak menemui laki - laki yang di cintainya itu. Laki - l;aki yang selama ini Ia percaya dapat menjadi sandarannya ketika Ia lemah, nyatanya adalah tak lebih dari seoranag laki - laki biadab yang telah menghancurkan keluarganya, Dimas laha yang menyebabkan ayahnya meninggal, dan kini Ia mendekati adidknya untuk mengambil harta milik keluarganya, entah dendan apa yang ada di hati Dimas pada keluarganya hingga laki - laki itu tega melenyapkan ayahnya, tanpa Dimas ketahui jika Clara adalah anak sulung dan pemilik saham terbesar musuhnya.

"Mak-sud Lo? Gue ga ngerti deh." Gladis tak mau salah arti dari ucapan Clara.

"Dimas pacaran sama adik gue." Jawab Clara dengan wajah tertunduk.

Kedua mata Gladis membola sempurna, tatapannya penuh tertuju pada gadis berambut hitam legam di hadapannya.

"Gimana bisa?"

"Bisalah."

"Terus Elo diam aja? emang Dimas ga tahu kalau dia adik kamu atau gimana sih, aku bingung deh.!"

lagi - lagi Clara menggeleng.

" Dia ga tau kalau cewek itu adik gue."

"Terus apa yang akan Lo lakuin? Lo gila, Ra. kenapa Lo ga cerita sih sama gue."

"Belum sempat aja, Lo tau kerjaan kita banyak banget, man gue sempet cerita ke Elo."

"Ok, Sekarang apa yang akan Lo lakuin, secara sekarang Lo tahu jika Dimas laki - laki ga baik, kasian kan adik Lo, jadi korban Dimas."

"Nah itu yang lagi gue pikirin, Gue pingin balas Dimas, tapi masalahnya gue juga ga mau nyakitin hati adik gue." Jawab Clara sendu.

Gladis mengetuk - ngetik bibir mungilnya dengan menggunakan jari.

" Lo harus main cantik, Ra."

Clara menatap Gladis tanpa ekspresi.

"Maksud Lo?"

"Ikutin permainan Dimas, namun Elo juga harus atur strategi, gimana supaya Dimas tak mengetahui rencana Elo."

Clara berpikir sejenak.

"Ide Lo bagus juga."

"Tenang aja,Ra. gue bakal bantu elo."

Clara tersenyum menampilkan dua lesung pipinya dengan jelas

"Makasih ya beb, Lo emang sahabat yang ter-baik.'" Ucap Clara.

"Gue akan selalu dukung Elo, gila aja si Dimas, bisa - bisanya dia selingkuh, padahal hampir 10 tahun kan kalian pacaran?"

"he'eh."

"Ra, dipanggil pak Sam keruangannya." Suara sekertaris Samudra yang tak lain CEO perusahaan tempat Clara bekerja terdengar di

telingganya.

"Oh, Oke mbak Key. gue kesana sekarang."

Keysha mengangguk lalu pergi dari bilik kerja Clara.

"Ada apaan lagi si Pak Bos manggil Elo?"

"Entah! gue keruangan pak bos dulu ya, takut dia ngamuk kalo gue kelamaan." Pamit Clara.

"Ok. Good Luck."

Clara tersenyum lalu berlalu meninggalkan bilik kerjanya menuju ke ruangan samudra.

Sementara di ruangan mewah dengan berbagai fasilitas penunjang. Duduk dengan jumawa laki - laki tampan dan penuh kharisma.

"Kamu yakin jika laki - laki itu adalah Dimas, pemilik perusahaan Antara Group?" Tanya Samudera pada Anton, asistennya.

"Sangat yakin tuan." Jawab Anton penuh kepastian.

"Baiklah kalau begitu, kamu bisa melanjutkan pekerjaanmu."

"Baik, Tuan."

BRUK.

Anton mengusap keningnya saat tiba-tiba pintu ruangan bosnya terdorong dari luar berbarengan dengan Ia yang hendak meninggalkan ruangan itu

"Eh! sorry - sorry. Gue nggak tahu kalau Elo berdiri di belakang pintu." Ucap Clara penuh sesal.

"Kebiasaan banget sih Lo, Ra." Ketus Anton pada Clara.

"Ya lagian, kenapa juga Lo ga bilang kalau Elo berdiri di belakang pintu, kan gue jadi kalem buka pintunya." Jawab Clara yang sukses membuat Samudera tersenyum kearah Clara dan Anton.

Ya, Clara, Anton dan Samudera adalah sahabat sedari mereka duduk di bangku SMP, namun mereka terpisah dengan Samudera yang harus melanjutkan sekolah dan kuliahnya di luar negeri.

Walau begitu, komunikasi mereka tak pernah putus, hingga Samudera mengajak kedua sahabatnya itu bergabung di perusahaan milik ayahnya yang kini Ia pimpin.

"Emangnya gue tahu kalau Elo mau masuk?!" Anton menjawab dengan wajah kesal. Sedangkan Clara hanya tersenyum dan melangkah ke arah Samudera yang juga sedang menatap dua sahabat konyolnya.

"Ada apa Lo manggil gue, ganggu istirahat siang gue aja." Ucap Clara berdiri di hadapan Samudera dengan tangan terlipat di dada.

"Mau ajak Elo makan siang, gue tahu elo lagi ga punya duit."

"Sok tahu, Lo. tapi Ok deh, lumayan pengiritan. Seperti biasa gue berangkat duluan, malas gue bareng Ama Elo, ujung - ujungnya jadi bahan nyinyir orang sekantor." Jawab Clara enteng lalu membalikkan tubuhnya hendak keluar dari ruangan Samudera.

"Gaya Lo dari dulu ga pernah berubah."

"Berubah itu menyakitkan bos, dan satu lagi nih... berubah itu butuh modal."

Samudera tersenyum lalu menggelengkan kepalanya.

"Seterah Lo dah." Ucap Samudera lalu mengambil kunci mobil nya setelah Clara keluar dari ruangannya.

'Gue akan bantu Lo, balas sakit hati Lo ke Dimas, Ra.." Ucap Samudera dalam hati

avataravatar
Next chapter