webnovel

Pelangi di Ujung Nadi

"Aku ingin menjadi pelengkap dalam warna pelangi itu" Amara adalah gadis yang ceria dan multitalenta. Dia lahir dengan dikelilingi oleh orang-orang yang sangat menyayanginya. Namun, dibalik keceriaannya ternyata dia memendam pilu dan kerinduan pada sosok ayah kandungnya yang sengaja disembunyikan oleh Ibunya sejak dia lahir. Amara sangat menyukai teater dan karena teater dia bisa dekat dengan cinta pertamanya yaitu, Wisnu. Wisnupun juga jatuh cinta dengan Amara semenjak mereka terlibat dalam Festival Teater sekolah. Ketika mereka saling jatuh cinta, dan Wisnu ingin menyatakan cintanya pada Amara, Wisnu dihadapkan pada sebuah fakta akan dendamnya yang akhirnya membuat Wisnu memilih untuk menjauh dan melukai Amara dengan begitu dalam. Saat Wisnu menyakiti Amara, Amara tidak dapat memungkiri bahwa dia tidak mampu membenci Wisnu. Amara sangat mencintai Wisnu. Dia terus menunggu Wisnu dan tidak dapat berpaling darinya sampai akhir nafasnya. Keinginannya hanya sederhana dia ingin bertemu dengan ayah kandungnya dan melihat pelangi bersama dengan cinta pertamanya, yaitu Wisnu. Akankah Amara mendapatkan impiannya tersebut, ataukah dia harus rela pergi dari dunia ini tanpa melihat pelangi bersama cinta pertamanya tersebut. Pelangi di Ujung Nadi adalah kisah penantian akan cinta pertama sampai nafas terakhir. Sebuah kisah cinta yang tulus, sekalipun disakiti dan tetap menerima hingga di akhir hayat. Haloo semuanya, perkenalkan saya author Gratia Kristi. Terimakasih sudah berkunjung dan membaca tulisan saya. Tetap dukung saya agar dapat membuat karya-karya baru yang dapat menemani pembaca sekalian. Jangan lupa untuk vote dan komen sebagai bentuk dukungan terhadap karya saya. Kunjungi media sosial saya di IG : @gratiatalitha FB : Gratia Kristi Talita Twitter : @gratiakristi Terimakasih dan jangan lupa vote.

gratiatalitha_3357 · Teen
Not enough ratings
6 Chs

Insiden Bola Basket

"JJDDUUK!!"

"Aaawww…!!!" seru Amara ketika dia sadar ada sebuah bola basket yang mengenai kepalanya. Sesaat kemudian dia merasa sekelilingnya berputar dan dia terhuyung-huyung.

"Amara? Kamu nggak kenapa-kenapa kan?" tanya Wesya yang berada disebelahnya.

"Sialan banget sih ini orang! Main nggak pake aturan" omel Puspa yang juga ikut-ikutan kesel dengan perbuatan seseorang.

Tiba-tiba datanglah sesosok anak laki-laki yang menghampirinya. Dia terlihat masih seumuran mereka dan kemungkinan mereka teman satu angkatan di sekolah ini. Namun, yang membedakan hanya Amara dan dua temannya sedang mengenakan baju seragam SMA sedangkan anak laki-laki itu mengenakan baju basket dengan keringat yang membasahi tubuhnya. Laki-laki tersebut tampak panik saat tahu dia melepar bola basketnya terlalu keras hingga melukai kening temannya tersebut.

"Sorry, aku nggak sengaja" kata anak laki-laki itu yang menghampiri Amara. Setelah mereka kenali adalah Wisnu kapten basket sekolah.

"Sorry…sorry, pake mata dong kalau main! Nggak aturan banget sih!" omel Wesya yang sedari tadi jengkel dengan sikap Wisnu yang memasang wajah tak bersalah. Sedangkan Amara tidak menjawab apa-apa. Dia hanya merintih kesakitan, karena sekarang kepalanya semakin pusing. Beberapa detik kemudian dia tergeletak di tanah. Amara pingsan, karena lemparan bola itu telalu keras mengenai kepalanya. "Amara…Amara bangun?" panggil Wesya. Tiba-tiba Wisnu pun mengangkat Amara dan berlari membawa Amara ke UKS diikuti Wesya dan Puspa.

***

"Lil, gawat ada insiden di jalan setapak deket lapangan basket"

"Insiden apa?"

"Pacar kamu nyelakain anak XI Sosial 1"

"Siapa?"

"Nggak tahu dan dia pake acara gendong cewek itu ke UKS"

"Alah biarin aja! Dia kan cuma nolongin aja"

***

"Amara?" kata Wesya memanggil Amara yang sudah setengah jam belum sadar dari pingsannya.

"Aww… dimana aku?" tanya Amara yang telah sadar dari pingsannya.

"Kamu di UKS" kata Puspa menerangkan.

"Di UKS? Emang aku kenapa" tanya Amara yang masih merasakan pusing.

"Kepala kamu terbentur bola basket. Gara-gara dia tuh kapten basket kamu jadi ada di UKS ini" kata Wesya dengan menunjuk Wisnu yang berdiri di pojok ruangan.

"Ooo…gara-gara tadi? Makasih ya udah nganterin ke UKS" kata Amara pada Wisnu. Sontak membuat Wesya dan Puspa yang sedari tadi bersungut-sungut atas ulah Wisnu menjadi kaget.

"Amara, cuma gitu aja? Dia itu udah celakain kamu. Sekarang dengan gampangnya kamu maafin dia?" kata Wesya yang masih sewot dengan insiden tadi.

"Udahlah, dia juga udah bertanggung jawab dan minta maaf, kan?" kata Amara meredakan emosi temannya tersebut.

"Kamu, udah baik kan? Maaf tadi aku nggak sengaja" kata Wisnu yang menghampiri Amara dan memegang kening Amara yang sekarang muncul kebiru-biruan karena terlalu kerasnya bola yang mengenai kepalanya.

"Iya, aku sudah baikan kok. Cuma luka kecil aja paling juga sembuh sendiri" kata Amara yang tersipu malu saat Wisnu melihat lukanya.

"Ya udah kalau gitu aku balik lagi ke lapangan basket. Maaf ya, Mar?" kata Wisnu dengan merasa sangat bersalah.

"Iya, makasih ya" kata Amara yang mengiringi kepergian Wisnu dari UKS. Setelah Wisnu pergi dari UKS, tiba-tiba Della dan Arlina datang dengan tergopoh-gopoh

"Mara, kamu nggak kenapa-kenapa kan?" tanya Della dengan panik.

"Udah telat" jawab Puspa sewot.

"Maaf, kita tadi lagi rapat cheers" kata Arlina menerangkan.

"Siapa yang bikin kepala kamu jadi biru-biru kayak gni" kata Della dengan menyentuh luka bekas yang ada di kening Amara.

"Aww…" rintih Amara saat Della menyentuh lukanya itu.

"Itu si kapten basket sok keren dan nggak bertanggung jawab itu" kata Wesya yang masih saja sewot.

"Ouw… dia yang bikin kamu kayak gini! Kurang ajar banget. Makanya dia tadi ketemu kita dengan tampang sok manis. Ternyata dia habis celakain teman aku" kata Della dengan geram.

"Udah-udah, aku udah baikan. Lagipula dia juga udah minta maaf kan, Sya? Udahlah nggak usah diungkit-ungkit" kata Amara yang sekali lagi menenangkan kekhawatiran teman-temannya tersebut.

"Nggak bisa gitu, Mar. Kita harus kasih dia pelajaran. Biar dia nggak sok jadi kapten basket" kata Wesya yang masih jengkel.

"Sya, udahlah. Aku tahu kamu ada dendam kesumat sama dia, cuma gara-gara waktu SD dia pernah bikin kamu malu" kata Amara.

" Apaan sih kamu?" tanya Wesya ketus.

��Udahlah, Sya. Jangan terlalu benci ntar suka lho…" ledek Arlina.

"Hahahaahahahahah..." mereka tertawa terbahak-bahak.

"STOP!! Aku benci nama jelek itu disebut-sebut" jawab Wesya dengan merah padam.

"Calm down, sister" kata Puspa yang merangkul Wesya.

***