1 Talk to Him

Pagi yang cerah, secerah suasana hati seorang gadis berseragam putih abu-abu, rambut panjangnya tergerai, tas sekolah serampang dan penampilan yang sangat rapi. Dia adalah Arlenne Eddelyn salah satu siswi SMA Pelita Bangsa. Tahun ini Arlenne berada di kelas XI.

    "Pa, Ma, Arlenne berangkat ke sekolah dulu ya.." kata Arlenne yang sedang terburu-buru

    "Ga sarapan dulu, Lenne?" tanya mamanya

    "Ga sempat, Ma. Ada upacara, Arlenne ga mau telat, Bye, Ma.."

Arlenne mencium pipi mamanya dan berlari terburu-buru. Arlenne masuk ke mobilnya dan berangkat ke sekolah, tapi sebelumnya Arlenne selalu menjemput sahabatnya, Eden. Sebenarnya rumah Eden deket banget dengan sekolah, tapi Arlenne selalu ingin barengan sama dia.

Di depan rumah Eden..

    "Edeeen.." teriak Arlenne sambil menglakson

Keluar seorang gadis yang berseragam putih abu-abu sama dengan Arlenne, hanya saja rambut Eden pendek tidak seperti Arlenne, dan Eden membawa ransel gedenya.

    "Lenne, uda beribu kali gue bilang, jangan teriak. Klakson aja uda, loe mau orang sekampung tau nama gue?"

    "Sorry, Den.. My bad.." kata Arlenne sambil nyengir

    "Buset, Lenne.. Baru jam setengah tujuh kali, yakin mau cepetan nyampe?" kata Eden sambil melihat ke arah jam tangannya

    "Ah, Eden.. Ga seru ah loe.. Hari ini upacara, Den.. Gue bakal ketemu sama 'dia'.."

    "Oh.."

    "Oh doang?"

    "Lagian ni ya, Lenne. Kenapa ga loe nyatain aja? Daripada stalking 'dia' mulu.."

    "Yaa, si bego. Den, gue tuh cewe malu kali gue duluan nembak. Kalau ditolak gimana??"

    "Ya gimana ya, maksud gue tar loe rugi tau. 'Dia' kan senior kita, sisa tahun ini kali, Lenne."

    "Gue ada rencana nembak sih, Den. Tapi setiap mau direalisasikan nyali gue langsung  ciyut, Den."

    "Ya latihan, Lenne."

    "Latihan?? Eden, ni bukan ujian matematika yang harus rajin latihan biar sukses ujiannya. This is confession, Den."

    "Uda ah, males liat loe yang coward. Yuk, cabut ke sekolah aja.."

    "Coward?? Untung loe yang ngomong, Den. Kalau orang lain gue botakin langsung.."

Keduanya tertawa bersama dan berangkat menuju ke sekolah.

SMA Pelita Bangsa..

Arlenne dan Eden yang sudah sampai sekolah langsung berlari menuju kelas dan segera meletakkan tas mereka di kelas. Tak lupa memakai dasi dan topi. Jam menunjukkan pukul 7 dan upacara telah dimulai, Arlenne dan Eden, sudah berbaris di barisan paling depan. Sepanjang upacara yang dilakukan Arlenne adalah mengintai 'dia'.

    "Den, koq ga nampak ya 'dia'.."

    "Ga jadi paskibra kali hari ni.."

    "Masa sih?? Selama ni ga pernah absen..Masa 'dia'..."

Bersamaan dengan omongan Arlenne yang terhenti, Arlenne melihat ke arah seorang pria bertubuh tinggi tegap yang baru saja masuk ke barisan dan kelihatannya teman sekelasnya menyuruhnya untuk berdiri di depan. Pria tu berambut coklat, sama seperti warna matanya, berpakaian rapi, dan berlesung pipi.

    "Den,Den,Den tu 'dia'.. Kece badai.." kata Arlenne terpesona

    "Iya, Iya.. Lenne, loe teriak lagi wali kelas bakalan datang dan narik loe keluar dari barisan." kata Eden mengingatkan

Arlenne menatap lama ke arah pria itu. Tak lama kemudian, sepertinya pria itu merasa sedang ditatap. Pria itu menoleh ke arah Arlenne, membuat Arlenne shock dan memalingkan wajahnya. Pria itu tertawa dan menampakkan lesung pipi di tawanya. Setelah beberapa detik Arlenne menatap ke arah pria itu lagi dan ternyata pria itu masih menatapnya dan tersenyum kepadanya. Arlenne salting abis dan dengan malu membalas senyum pria itu.

    "Den, kepergok gue.. 'Dia' malah senyum sama gue, salting ni gue.."

    "Bagus donk..ada perkembangan.."

Arlenne menatap ke arah pria itu lagi dan hasilnya tetap sama pria itu masih menatapnya. Arlenne memalingkan wajahnya dan tidak menatap ke arah pria itu lagi.

Upacara selesai..

Arlenne masih salah tingkah, dia berjalan masuk ke kelas bersama Eden tanpa sadar Arlenne menjatuhkan topinya. Pada saat Arlenne berjalan tiba-tiba tangannya dipegang oleh seseorang. Arlenne berbalik dan terkejut abis.

    "Topinya jatuh.. Nih.." kata seorang pria sambil tersenyum dan menampakkan lesung pipinya

Arlenne terdiam dan masih terbengong melihat pria di hadapannya. Ternyata pria itu adalah 'dia'nya Arlenne

    "Heii, koq bengong?? Ini gue mau kasih topi loe.."

    "Ah, iya.. Topii.. So..Sorry uda ngerepotin kakak.." kata Arlenne dan dengan cepat dia mengambil topinya.

    "Kakak? Oh, jadi loe adik kelas ya?"

    'Bego loe, Lenne..' kata Arlenne dalam hatinya.

    "Gue Nicholas, Nicholas Anderson.." kata pria itu sambil mengulurkan tanganya

Dengan gugup Arlenne menjabat tangan pria itu..

    "Gue A.. Arlenne Eddelyn.."

    "Wow, namanya bagus.."

    "Makasih, Kak.."

    "Jangan panggil gue 'kak' kayaknya tua banget..haha.. Panggil aja nama gue.."

    "Ah..iya.. Makasih, Nicho.."

    "Begitu lebih baik.. Gue cabut dulu ya, Ar.."

'Ar' nama panggilan seorang Nicholas Anderson untuknya.. Biasanya orang selalu memanggilnya 'Lenne'.. Arlenne terdiam karena sangat senang.

    "Ar?? loe kenapa? Koq diem?"

    "Ah, ga.. Lagi mikirin tugas matematika aja.. Haha.."

    'Bego lu Lenne.."

    "Oh, boleh tanya gue kalau ga ngerti.. Gue bisa ajarin loe.. Mau simpan contact gue??"

    'OMG!! Double Jackpot Arlenne.. Dapat nama dan contact.. Ow, come on..'

    "Ehmm, Ar??"

    "Oh, iya..boleh minta nomornya??"

    "Siniin hp loe.. Kalau gue sebutin dinding bertelinga.. Banyak banget cewek-cewek reseh yang pengen banget nomor gue.." kata Nicholas tanpa nada sombong sama sekali

Arlenne memberikan hpnya ke Nicholas. Nicholas menyimpan nomornya di hp Arlenne, setelah itu dia memakai hp Arlenne untuk missed calls ke nomornya. Lalu Nicholas mengembalikan hpnya.

    "Tu uda gue save.. Please jangan kasih tau cewek-cewek sini ya.."

    'Of course not.. Gue ga mungkin sebego tuh Nicho..'

    "Ah, iya.. Aman koq, Nicho.."

    "Ok.. Gue ke kelas dulu ya.."

    "Ok.."

Nicholas pun berlari menuju kelasnya, sedangkan Arlenne masih terpesona dan berbunga-bunga.

    "Lenne.." panggil Eden

    "Den, gue bahagia banget.."

    "Iya gue tau.. Gw daritadi di sini jadi pajangan.." kata Eden BT

    "Sorry, Den.. It's really my bad.. I'm too excited and He talk to me.. Gue bahagia banget.."

    "Kesempatan ni, Lenne.. Lu dikasih nomor dia kan?"

    "Iya, tapi mana mungkin gue samperin dia duluan pakai chat.."

    "Bilang gue bego, ternyata loe lebih bego ya, Lenne.."

    "What??"

    "Just talk about math, Lenne.."

avataravatar