1 Pertemuan Dengan Cowok Asing

Pada siang hari itu, sinar matahari di kota Bandung sedang terik-teriknya. Angin berhembus dengan sangat kencang yang mengakibatkan dedaunan kering di ranting-ranting pohon berjatuhan di atas aspal jalanan. Cuaca seperti ini mengakibatkan hampir seluruh penduduk lebih memilih untuk berada di dalam ruangan. Namun hal seperti itu tidak dilakukan oleh sekelompok remaja yang sedang berdiri mengelilingi pohon mangga.

Salah satu dari sekelompok remaja itu sedang memanjat pohon, namanya Gabby. Rambutnya yang tadi di kuncir buntut kuda sudah acak-acakan, telapak kakinya kotor, dan keringat yang deras membasahi bajunya. Orangtua Gabby tidak pernah lupa untuk selalu mengingatkannya agar berpenampilan rapi dan sopan. Tapi Gabby tidak pernah mendengarkannya.

Ya, tingkah Gabby tidak pernah terlihat seperti remaja perempuan pada umumnya. Gabby lebih memilih untuk memanjat pohon daripada pergi ke mall bersama teman-temannya.

Ayah dan Ibu Gabby memiliki perusahaan terkenal yang bergerak di bidang agraris. Karena terlahir dari keluarga kaya tentu saja Gabby memiliki segalanya di rumah seperti handphone versi terbaru, bahkan laptop yang sudah terisi penuh dengan game. Tapi, hal itu tidak membuat Gabby suka berdiam diri lama dirumah.

"Hey! Hati-Hati! Nanti kalau kamu jatuh aku gak mau menangkapmu!" seru salah satu remaja laki yang berada di bawah pohon. Meskipun Gabby adalah seorang perempuan, hampir semua temannya adalah laki-laki.

"Iya, aku tahu!" Sahut Gabby, "Sudah, ah! Yang kebanyakan bicara nanti gak bakal dapat jatah magga!" Tukas gadis remaja itu. Dia lalu memetik sebuah mangga, dan tanpa peringatan, melemparnya tepat pada kepala temannya yang cerewet itu.

"Aduh, sakit tahu!" Remaja itu mengusap-usap kepalanya. Gabby hanya menyengir melihat anak itu, mengelap keringat di keningnya menggunakan belakang telapak tangannya lalu melanjutkan memetik buah mangga.

Tiba-tiba salah satu teman Gabby melihat seseorang datang dari kejauhan lalu berteriak, "Eh! Cepat turun! Ibumu lagi jalan ke arah sini!" Saat Gabby melihat ke arah yang ditunjuk temannya, matanya yang berwarna cokelat gelap itu langsung terbelalak kaget.

Dengan cepat Gabby melompat dari atas pohon yang menyebabkannya jatuh terduduk, "Gabby! Berhenti disana! Kau dalam masalah yang sangat besar!" dengar Gabby dari kejauhan.

Gabby meringis kesakitan sambil mengusap-usap pantatnya lalu melihat ke samping dan baru menyadari kalau teman-temannya sudah lari menjauh meninggalkannya -- dasar pikir Gabby.

"Gabby!" Terdengar suara melengking seorang wanita. Tak lama kemudian, muncul sosok ibu-ibu yang wajahnya mirip Gabby. Wanita itu mengenakan pakaian santai berwarna biru muda dan rok hitam. Rambut cokelatnya dibiarkan terurai dibelai hembusan angin.

"Ibu!" sahut Gabby sambil tersenyum lebar.

Namun ibunya tidak membalas senyumannya. Justru, ketika dia melihat baju Gabby yang kotor dan rambutnya acak-acakan, ibu pun jadi geram. Tanpa banyak bicara, tangannya langsung menjewer telinga kanan Gabby.

"Aduh!" Teriak Gabby, "Sakit bu! Salahku apa?!"

"Hampir setiap hari ada saja kelakuanmu yang bikin ibu kesal!" Gerutu Agnes sambil menjewer telinga anaknya lebih keras. "Ayo cepat pulang! Kita ada tamu penting!" perintahnya sembari menyeret anaknya.

Selama perjalanan pulang Gabby hanya bisa meringis kesakitan sambil berusaha untuk melepas tangan ibunya dari telinganya. Melihat usaha Gabby, ibunya justru menjewer telinga anaknya lebih keras.

"Kan ibu sudah sering bilang, jadi anak perempuan itu harus selalu berpenampilan rapi dan sopan." Kata ibu Gabby.

--

"Jadi kau memberitahuku kalau kau dan Michael kembali tinggal di Bandung, sedangkan orangtuanya..."

Adam terdiam sejenak lalu menjawab, "Iya pak, kedua orang tua tuan muda masih tetap bekerja di Amerika dan akan kembali saat kerjaan mereka sudah selesai."

Daniel merasa kasihan terhadap remaja laki itu yang sedang duduk di seberangnya. Remaja laki itu bernama Michael. Sejak Michael masih balita, orangtuanya sudah sibuk dengan dunia pekerjaan mereka yang menyebabkan Michael melewati masa kecilnya bersama pengasuhnya, Adam.

Ketika mau bertanya lebih lanjut, Daniel melihat ada pergerakan di pintu masuk lalu mengurungkan niatnya.

Daniel melihat Gabby masuk dengan menggerutu, tidak menghiraukan tamu yang sedang duduk di hadapan ayahnya, kemudian duduk di sofa sebelah ayahnya.

Tangannya dilipat di depan dadanya lalu menoleh ke arah ayahnya , "Ayah! Ibu jahat sekali! Masa tadi aku cuman memanjat pohon tetangga terus ibu datang dan menjewerku!" Ujar Gabby dengan emosi.

Melihat kedatangan Gabby, Nara, anjing keluarga mereka, langsung lari mengelilingi kaki Gabby dan menaruh hidungnya di atas paha Gabby. Gabby menyambut kedatangan Nara dengan tersenyum kecil lalu mengelus-elus kepalanya.

"Lagian kamu ngapain manjat pohon tetangga?" Ayah Gabby mengerutkan dahinya. "Sudah, nanti kita bahas lagi. Kita sedang ada tamu." Sambungnya dengan nada tegas.

Baru ingat alasan utama kenapa dia disuruh pulang oleh ibunya, mata tajam Gabby melirik ke arah sofa yang berada di seberangnya. Di sofa ada remaja laki seusia dengannya yang sedang duduk di tengah sofa sambil melihat ke arah mereka.

Setelah melihat beberapa saat Gabby berpikir, anak laki kok mukanya cantik, seperti perempuan.

Mengalihkan pandangannya, Gabby melihat di samping sofa tempat remaja laki itu duduk ada pria yang sedang berdiri . Kira-kira berusia 40 tahun, memakai jas hitam lengkap seperti pelayan di restoran mahal. Pria itu membalas tatapan Gabby, tatapannya tegas, yang membuatnya mengalihkan pandangannya dari pria itu.

avataravatar
Next chapter