13 Mengenai Cakra, Prana, dan Kanuragan

Ren tidak menyangka akan ada sejumput kecil kesadaran milik Mpu Semadya di dirinya. Dari Mpu Semadya, ia pun mulai belajar untuk mengambil energi alam murni.

Selama ini, Ren tidak begitu fokus pada peningkatan ilmu kanuragannya dan hanya belajar meditasi ala kadarnya saja. Tak heran tingkat ilmu kanuragan dia kurang tinggi, padahal dia adalah ujung tombak berikutnya bagi kerajaan.

Tak heran dulu ayahnya membujuk dia untuk lebih tekun meningkatkan kanuragan dari energi alam murni. Ren menanggapi tidak terlalu serius dan malah meneruskan berlatih bela diri biasa, mengira itu saja yang diperlukan sebagai raja yang kuat.

Tak disangka, ketika ilmu bela dirinya belum mencapai tingkat memuaskan dan ilmu kanuragannya masih rendah, keluarganya diserang dan dimusnahkan tanpa dia bisa melakukan apapun seperti seorang pecundang.

Setelah mendapatkan pencerahan dari Mpu Semadya di dirinya, Ren berikrar akan memperbaiki segalanya dan lebih tekun mempelajari meditasi.

Perlahan-lahan, kesadaran Mpu Semadya mulai membimbing Ren untuk lebih memahami cakra. Suara Beliau bergema di kepala Ren sembari Ren terus memusatkan perhatian pada meditasinya.

"Cakra berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti lingkaran atau roda karena memang energi tersebut berputar di dalam tubuh makhluk hidup."

"Cakra merupakan pusat energi hidup yang bisa diperkuat dengan latihan napas, pikiran positif, meditasi, berikut mengonsumsi makanan sehat, berikut juga latihan fisik."

"Ada 7 cakra utama di tubuh kita. Cakra Dasar atau Muladhara berwarna merah dan berada di bawah tulang ekor. Cakra Swadhisthana atau Cakra Sakral berwarna jingga, berada di antara tulang ekor dan pusar. Cakra Manipura berwarna kuning, terletak di atas area pusar. Kemudian, Cakra di jantung disebut Cakra Anahata berwarna hijau berada di pusat dada. Cakra tenggorokan disebut Wisuddhi berwarna biru dan di tenggorokan."

"Lalu yang keenam, ada Cakra Ajna atau Mata Ketiga, warnanya indigo, terletak di antara kedua alis. Dan yang terakhir adalah Cakra Mahkota atau Sahasrara, berwarna ungu, ada di bagian atas kepala kita."

"Cakra harus seimbang di tubuh kita agar membawa manfaat maksimal untuk ketahanan dan kebaikan tubuh. Cakra yang terlalu aktif atau terlalu pasif tidak baik untuk tubuh. Menyeimbangkannya bisa dengan cara meditasi dan itu yang terbaik, sekaligus untuk mengambil energi murni dari alam."

"Namun, meditasi tidak melulu menjadi cara penyeimbang cakra. Kita bisa melakukan relaksasi dan juga latihan pernapasan yang benar. Kedua itu dan juga meditasi merupakan metode untuk menyeimbangkan cakra."

"Bernapas dengan sadar merupakan hal baik. Bernapas dengan benar juga bisa menurunkan tekanan pada pikiran sehingga tubuh bisa bekerja lebih optimal."

Mendengar penjelasan panjang dari Mpu Semadya, Ren tergelitik untuk berbicara meski secara batin. "Mpu, Anda mengerti bahasa modern juga."

Terdengar kekehan dari Mpu Semadya sebelum Beliau menyahut. "Ini karena Anda sudah melakukan penyerapan informasi dari kepala bocah perempuan itu, Gusti Raden Mas. Oleh karenanya, hamba juga ikut mengerti mengenai jaman ini."

Ada senyum terukir kecil di wajah Ren.

"Mpu, jika aku sudah bisa menyeimbangkan cakra, lalu apa lagi?"

"Paduka bisa memulai melatih energi prana panjenengan."

"Ahh, apakah energi prana itu yang menjadi dasar kekuatan kanuragan?"

"Ilmu kanuragan merupakan penyatuan dari energi alam dengan energi dalam tubuh manusia yaitu 7 cakra prana itu tadi, sehingga menimbulkan hal-hal di luar nalar manusia."

"Tunggu dulu, Mpu. Aku masih agak tertinggal mengenai pengertian dari cakra, prana dan kanuragan."

"Itu karena Paduka lebih banyak fokus pada pelatihan bela diri biasa semata dan enggan mengolah energi cakra prana panjenengan."

"He he, maafkan sikapku dulu, Mpu. Aku akui, memang aku salah terlalu menggampangkan kanuragan berbasis cakra prana."

"Seperti yang harus diketahui, bahwa ilmu kanuragan itu adalah ilmu bela diri secara supernatural, Paduka. Bisa memukul tanpa menyentuh, mematahkan benda padat dan keras tanpa kesusahan, dan semacamnya. Saat ini, ilmu kanuragan Paduka masih berada di ranah bumi dan itu di tingkat kedua. Cukup bagus, namun jika Paduka dulu lebih serius mendalaminya, mungkin sekarang Paduka sudah di ranah langit."

"Ya, maafkan aku yang dulu menyepelekan mengenai kanuragan, Mpu. Sekarang aku ingin memperbaiki dan kuharap aku bisa kembali ke jamanku sendiri. Tapi, apakah itu mungkin, Mpu?"

"Mungkin bisa jika Paduka berhasil menembus ranah di atas ranah dewata. Tapi … sangat jarang ada yang mampu melakukannya."

"Berarti kamuragan Mpu sudah berada di atas ranah dewata?"

"Hamba hanya ada di ranah dewata tingkat 5."

"Itu sudah puncak dari kanuragan di kerajaan kita, kan Mpu?"

"Ya, tapi penyihir jahat Patmadurna juga berada di tingkatan yang sama dengan hamba, oleh karena itu dia bisa mendesak hamba kala itu."

"Kalau begitu, cukuplah aku menguasai ranah dewata tingkat 5 saja agar aku bisa kembali ke jamanku, benar bukan, Mpu? Untuk apa melampaui itu?"

"Jika Paduka hanya di taraf itu saja, maka Panjenengan tidak akan bisa dengan tepat tiba di era dan tahun yang Paduka inginkan. Sama seperti yang hamba lakukan, hamba tak tahu akan mengirim Paduka ke mana, karena ilmu kanuragan hamba terbatas."

Merenungkan ucapan Mpu Semadya, Ren bisa menyimpulkan apabila dia hanya mengejar ilmu kanuragan ranah dewata tingkat 5 saja, maka dia hanya bisa membuka portal ruang waktu tanpa bisa mengetahui dengan tepat di mana ujung destinasinya. Berbeda jika dia bisa mencapai ranah di atas ranah dewata, mungkin dia bisa dengan tepat membuka portal ke tempat yang dia ingin tuju.

Akan sia-sia saja ketika dia membuka portal dan ternyata di tempat antah-berantah. Maka, jika dia hendak kembali ke eranya sendiri, dia harus berjuang menaikkan ilmu kanuragannya melampaui ranah dewata.

"Lalu, Mpu … apakah tenaga dalam itu sebenarnya?"

"Tenaga dalam adalah ilmu yang mempelajari 7 cakra tadi, Paduka. Tenaga dalam juga menjadi landasan dasar dari ilmu kanuragan. Dengan ilmu tenaga dalam yang tepat, maka Paduka bisa menggunakannya untuk bela diri, pengobatan, terawangan, tameng badan, pagar area dan berbagai manfaat lainnya."

"Ohh, berarti aku bisa memberikan pemagaran di kamar ini, ada kaitannya dengan ilmu tenaga dalam, Mpu?"

"Benar, itu merupakan salah satu kanuragan yang hamba berikan ke Paduka."

"Termasuk pengobatan yang kemarin aku lakukan ke seorang bapak di taman?"

"Benar, Paduka. Selama panjenengan bisa mengolah ketujuh cakra panjenengan dengan baik dan benar, maka ilmu tenaga dalam Paduka akan menjadi pondasi bagus untuk membentuk ilmu kanuragan Paduka. Setelah itu, maka energi prana Paduka akan terbentuk secara otomatis."

"Baiklah, kalau begitu, aku bisa menyimpulkan bahwa langkah yang harus aku tekuni, pertama-tama adalah mengolah serta menyeimbangkan 7 cakra di tubuhku agar terbentuk tenaga dalam yang merupakan dasar dari ilmu kanuragan dan jika energi kanuraganku sudah terbentuk secara stabil, maka aku memiliki tenaga prana. Begitu, Mpu."

"Benar, Paduka."

"Hm, jadi, aku memerlukan tenaga prana agar ilmu kanuraganku bisa meningkat. Apakah aku bisa mengatakan bahwa energi prana sama dengan tenaga dalam?"

"Kurang lebih demikian, Paduka, meski prana berada sedikit di atas dari tenaga dalam."

"Baiklah, baiklah, aku mengerti sekarang. Dulu aku malah bermain-main saja dan tidak menaruh perhatian khusus pada hal tersebut. Sekarang, aku ingin memiliki energi prana sebanyak mungkin."

"Oleh karena itu, Paduka, Anda harus tekun mengambil energi alam untuk diolah bersama tenaga dalam Paduka agar terbentuk prana yang solid, dan prana Paduka bisa dikultivasikan untuk meningkatkan ilmu kanuragan."

"Kultivasi? Apakah prana sama dengan energi Qi di negeri Tiongkok?"

"Benar, Paduka."

Kini, Ren sudah lebih memahami banyak hal dari bimbingan Mpu Semadya. Dia tak sabar ingin mencapai tingkatan tertinggi dari kanuragan.

------------

source =

- Kompas Lifestyle: Cara Menyeimbangkan Cakra dengan Yoga, Sudah Tahu?

- Wordpress Komunitas Medan Djoeang: Antara Tenaga Dalam dan Kanuragan

avataravatar
Next chapter