1 Prolog

"Diah tolong bantu ibu belikan bahan-bahan ini di minimarket sebrang kompleks perumahan kita," suruh ibu Diah ketika melihat putrinya baru saja keluar dari kamarnya.

Diah menutup pintu kamarnya dan berjalan mendekati ibunya. "Mau beli apa bu?" Diah menerima daftar belanja dari tangan ibunya dan mengernyitkan dahinya karena melihat banyak bahan yang perlu dia beli. "Banyak sekali."

"Ibu dengar dari bibimu, masmu Indra telah menemukan calon istrinya dan dia akan berkunjung ke rumah kita," kata ibunya dengan suara berbisik dan menyikut pelan putrinya.

"Mas Indra?" Diah menaikan sebelah alisnya dengan mulut berkedut. "Dia akan menikah? Apakah matahari telah terbit dari barat?" kata Diah dengan suara mengejek, dia tidak percaya kakak laki-lakinya itu rela membuang status lajangnya dan mengikat diri dengan status pernikahan.

"Jangan berkata seperti itu, syukurlah masmu mau menikah daripada menghabiskan waktu dengan bekerja saja dan jadi perjaka tua."

"Bu kamu juga mengejeknya," timpal Diah sambil tertawa kecil.

Ibunya memukul bahunya pelan. "Anak ini."

Sebenarnya dia juga tidak percaya dengan anak keduanya yang mengatakan ingin segera menikah padahal dulu pernah mendesaknya tetapi tetap tidak mau. Namun, entah angin dari mana dua minggu yang lalu anaknya bertingkah aneh seperti orang kerasukan yang senyum-senyum sendiri dan tertawa cekikikan. Tetapi seminggu kemudian sikapnya berubah lesu seperti tidak memiliki harapan hidup dan selalu murung.

Dia bingung dengan apa yang terjadi pada putranya dan berniat membawanya ke psikolog karena tingkah lakunya yang aneh belakangan ini, namun kemarin putranya tiba-tiba mengatakan ingin menikah dan akan memperkenalkan calon istrinya. Tentu saja seluruh keluarga terkejut dan meminta penjelasan darinya, tetapi Indra dengan senyum cerahnya mengatakan akan membawanya untuk makan malam.

"Orangnya seperti apa bu? Punya fotonya tidak?" tanya Diah penasaran. Dia tidak percaya kakaknya yang memiliki banyak mantan akan segera menikah.

Ibunya mengedikan bahunya karena dia juga belum melihat calon menantunya. "Ibu tidak tau, kata bibimu dia berasal kota Malang dan dia menyewa kamar di kontrakan bibimu."

"Ahhhh .... aku ingin melihat calon kakak ipar yang bisa buat mas Indra bertekuk lutut hehehehe ...." kekeh Diah.

"Cepatlah beli bahan-bahan ini, ibu mau masak makan malam untuk pertemuan nanti. Masmu sekarang sedang menemaninya," kata ibunya sambil menyerahkan uang pada putrinya kemudian mendorongnya keluar dari pintu.

oOo

Diah berjalan menuju garansinya untuk mengeluarkan sepedanya, jarak minimarket dari rumahnya tidak terlalu jauh sehingga dia tidak menggunakan motor. Ia mengayun sepedanya dan melewati rumah-rumah yang sedikit identik dengan rumahnya, namun masih ada sedikit perbedaan. Ia tersenyum ramah dan menyapa para tetangga yang dia lewati, ini adalah hari yang cerah dan banyak orang keluar untuk menikmati hangatnya matahari.

Lapangan di tengah kompleknya terlihat ramai dan banyak orang tengah berjalan kaki ataupun melakukan olahraga, tak jauh dari lapangan ada sebuah tempat khusus yang digunakan oleh penduduk kompleks untuk bersantai dibawah pohon rindang. Bahkan ada yang menggunakan tikar dan berbaring disana untuk menikmati semilir angin yang berhembus.

Diah menyapa satpam kompleks saat melewati gerbang kemudian berbelok ke kanan untuk menyusuri jalan. Posisi kompleks perumahannya cukup strategis dekat dengan pusat perekonomian sehingga banyak ruko-ruko yang berdiri di sepanjang jalan, tak ketinggalan pedagang kaki lima turut serta berjualan di sana walaupun tidak memiliki izin resmi sebab harga sewa ruko cukup mahal di daerah ini. Walaupun kota kelahirannya tidak seramai ibukota ataupun kota-kota besar lainnya tetapi bisnis perekonomian di kota ini cukup bagus sebanding dengan kota besar.

Diah menghentikan sepedanya dan menunggu lampu merah menyala untuk penyebrang, dia menunggu dengan sabar dan melihat kendaraan beroda dua maupun roda empat berlalu lalang di depannya dengan cepat. Tak berselang lama akhirnya lampu berubah hijau dan dia segera mengayunkan sepedanya untuk menyebrang jalan dan tak lupa memperhatikan sekitarnya agar tidak terjadi kecelakaan.

Ia membelokan setirnya ke kiri kemudian terus mengayunkan sepedanya agar sampai ke minimarket tersebut, setelah sampai ia memarkirkan sepedanya dan berjalan menuju pintu minimarket.

Hawa dingin langsung menerpanya dan sangat kontras dengan suhu panas di luar sana. Seorang pegawai menyapanya ramah dan ia membalasnya dengan senyuman, ia mengambil keranjang belanja di samping pintu dan berjalan menuju area bahan yang akan ia beli. Dia cukup familiar dengan minimarket ini karena sering berbelanja disini.

Diah mengeluarkan daftar belanjanya dan mengambil barang-barang di rak sesuai dalam daftar, matanya tidak berkedip ketika melihat harga yang tertera bahkan dia mengambil cemilan kesukaannya dan memasukannya ke dalam keranjang. Ibunya memberikan uang yang cukup banyak sehingga dia tidak takut jika kekurangan uang.

Diah berjalan ke area minuman dan mengambil jus strawberry favoritnya, ia sangat menyukai berbagai olahan strawberry terutama cake, ia sering pergi ke toko kakaknya untuk makan tentu saja tanpa membayar, lagipula dia kakaknya sendiri dan tak akan bangkrut jika ia mengambil satu atau dua cake di etalase. Tentu saja dia melakukan itu ketika kakaknya tidak ada di toko, jika tidak dia akan mengomelinya sampai hujan lokal mengenai wajahnya.

Dia menimbang antara susu dan soda di tangannya, ia bingung ingin memilih yang mana karena satu adalah susu strawberry kesukaannya dan satunya lagi adalah soda yang cocok untuk menemaninya menonton anime. Ia terdiam sejenak kemudian memutuskan memilih soda, sepertinya dia ingat masih ada sedikit susu strawberry di kulkasnya.

"Lebih baik kamu memilih susu daripada soda."

Diah terdiam ketika mendengar suara laki-laki dari belakangnya, kemudian lengan panjang terlulur mengambil susu yang ia kembalikan.

Ia tiba-tiba menahan nafas ketika merasakan laki-laki dibelakangnya membungkuk dan nafas hangatnya mengenai lehernya yang cukup sensitif.

"Susu membuatmu tumbuh tinggi."

"...."

"Terlalu banyak cemilan dan soda akan membuatmu gemuk."

"...."

Diah menggertakan giginya ketika mendengar kalimat yang diucapkan, ia paling benci jika ada yang mengatainya pendek dan gemuk!

Dia hanya sedikit mungil dan montok ok!

Diah membalikan tubuhnya namun hidungnya menabrak dada yang keras hingga membuatnya meringis kesakitan, ia mendongakan lehernya dan melihat laki-laki asing yang menatapnya dengan menunduk.

'Tinggi sekali,' batin Diah menangis dalam hati ketika melihat perbedaan mereka dan dia hanya sekitar dadanya sehingga harus membuatnya mendongakkan lehernya.

Diah ingin mencaci maki laki-laki itu tetapi mengurungkan niatnya karena merasakan aura kuat darinya. Pemuda itu tinggi tegap dengan pinggang ramping dan bahu yang tidak terlalu lebar dibalut dengan pakaian karyawan minimarket yang sederhana dengan celana jins melapisi kaki jejangnya, dengan pakaian sederhana seperti itu tidak membuatnya terlihat seperti seorang karyawan toko malah terlihat seperti model yang keluar dari majalah untuk mengiklankan sebuah produk berkualitas tinggi.

"Kurasa kau membutuhkan banyak minum susu." Suara maskulin itu membuat lamunan Diah buyar.

"Masih ada kesempatan untuk tumbuh tinggi." Laki-laki itu menepuk kepala Diah dan membalikan tubuhnya untuk pergi meninggalkannya.

Diah memberikan jari tengah pada laki-laki itu penuh kebencian, matanya melebar dan mulutnya mengeluarkan runtukan hingga mengabsen penghuni kebun binatang untuk mengatai laki-laki kurang ajar itu.

Seenaknya saja menukar sodanya dengan susu dan mengejeknya pendek, Diah tidak bisa menerimanya!

Sejak kapan ada karyawan kurang ajar di minimarket ini, seingat Diah kemarin lusa dia tidak pernah melihat laki-laki itu ada di daerah ini. Dan mengapa manajer toko menerima orang dengan mulut pedas yang mengatai pelanggan? Apakah manajer toko sudah gila? Dia tidak inginkan tokonya bangkrut karena orang kurang ajar itu?

oOo

Dengan kesal ia mengembalikan susu di kulkas dan mengambil sodanya kembali, sejujurnya walaupun susu itu berasa strawberry dia sudah muak meminumnya karena sejak kecil ibunya selalu memeberikan susu agar ia bisa tumbuh tinggi. Namun, kenyataannya dia masih sangat pendek dibandingkan dengan teman sebayanya bahkan banyak yang mengira dia masih SMP padahal dia sudah SMA.

Diah segera menyelesaikan belanjaannya dan berjalan menuju kasir untuk membayar, dia tidak ingin bertemu dengan laki-laki kurang ajar itu yang menyulut amarahnya.

Diah menyeret keranjangnya karena barang yang ia beli ternyata cukup banyak, ia menyesal tidak menggunakan troli untuk mengangkut belanjaannya karena mengira sudah cukup dengan keranjang belanjaan saja. Namun, ia tidak menyangka masih ada catatan lain di belakang kertas yang diberikan ibunya.

Sebenarnya ibunya ingin membuat makan malam atau membuat perjamuan keluarga? Kenapa banyak sekali yang harus dia beli?

"Lebih baik perbanyak olahraga."

Mata Diah terbelalak lebar ketika mendengar suara familiar di telinganya, ia menatap laki-laki itu yang tengah berdiri di belakang meja kasir tengah menatapnya dengan pandangan rendah.

Tunggu sebentar, bukankah orang yang menyapanya tadi bukan laki-laki kurang ajar ini? Kenapa sekarang dia menjadi kasir?!?!

"Butuh bantuan?" tawar laki-laki itu ketika melihatnya kesusahan membawa belanjaannya.

"Tidak perlu!" dengan bersungut-sungut dia membalasnya dan mengangkat keranjang belanjaannya ke meja kasir.

Laki-laki itu hanya menaikan sebelah alisnya dan segera menghitung total belanjaannya, ia mengira kemungkinan pelanggan di depannya sedang dalam mood buruk dan lebih baik dia tidak menyinggungnya.

Setelah hampir selesai menghitung belanjaannya, laki-laki itu tidak menemukan susu yang ia ambil dan malah melhat berbagai minuman soda di keranjang tersebut. Ia mendongakan kepalanya dan melihat gadis itu yang tengah menatapnya tajam dengan jari mengetuk di atas meja karena tidak sabar.

Diah yang merasakan tatapannya dan membalasnya dengan tajam, kenapa juga dia harus menurut untuk membeli susu, lebih baik membeli minuman soda untuk menemaninya menonton, lagipula laki-laki itu tidak bisa mengaturnya.

Matanya tanpa sengaja melihat layar yang menghadapnya dan berlawanan arah dengan kasir, terbesit sebuah ide dalam kepalanya.

"Totalnya 325.000," kata laki-laki itu setelah memasukan semua belanjaannya ke dalam tas kresek.

Diah mengeluarkan uangnya dan melihat laki-laki itu tengah mengecek uangnya apakah palsu atau tidak kemudian mengeluarkan 25.000 sebagai kembalian dan mengambil beberapa susu di sampingnya lalu masukannya ke dalam tas kresek.

"Hari ini ada promo untuk belanja lebih dari 200.000 akan mendapatkan produk senilai 20.000 sebagai hadiah, dan kurasa susu susu ini cocok untukmu," ucap laki-laki itu lugas tanpa rasa bersalah.

Dengan kesal Diah menekan tanda tidak puas pada layar dan mengambil kembalian serta tas kreseknya kemudian berjalan keluar meninggalkan minimarket, dia bersumpah tidak akan kembali lagi ke minimarket ini untuk berbelanja!

-TBC-

[Mini Teater]

Manajer : Hah ada yang tidak puas dengan pelayananmu?

Karyawan A : Apakah daya tariknya sudah menghilang?

Karyawan B : Ah ini tidak mungkin

Karyawan C : Tunggu apakah pelanggannya buta?

Manajer + Karyawan ABC : Hmmm.... mungkin saja

Rifan : ....

avataravatar
Next chapter