57 BAB 57: Bunga dan Coklat

Jasmina dan Bagas sedang dalam perjalanan pulang menuju rumah mereka degan mobil mungkin Bagas. Alunan musik dari Tulus yang berjudul sewindu berkumandang, dan hal itu membuat Bagas dan Jasmina bernyanyi dengan semangat seperti orang gila. Walau nada fals kemana-mana dan beberapa lirik mereka lupa, tapi mereka terus bernyanyi sambil tertawa-tawa. Ya, mungkin lagu Sewindu dari Tulus dapat mewakili perasaan Bagas yang sudah menyukai Sharon hampir 8 tahun lamanya.

"Bagasssss!! Sepertinya nih ya, aku hapus aja deh foto Kak Tyas dan kak Naga yang ada di medsos aku. Udah ga ada gunanya lagi hihihihi", Jasmina sangat antusias menyampaikan berita. Bagas yang bingung, bolak balik menatap bergantian antara Jasmina dan jalanan di depannya. "Liat niiiii, di medsos kak Naga. Ada foto dia, kak Tyas, dan sepertinya mama papa kak Bagas di restoran mewah gitu! Daaannnn, kok kak Tyas pake baju yang beda ya. Ya ampunnn dia cantik banget! Apa mereka baru aja bertunangan ya? Hahahahah", Jasmina tertawa super lebar yang membuat Bagas jadi lebih penasaran dan bolak-balik mau melihat HP Jasmina.

Akhirnya Bagas tidak tahan dan menepikan mobilnya sejenak, "Manaaaa aku mau liat!", kata Bagas merebut HP Jasmina. Postingan kak Naga. Slide pertama adalah foto dia, kak Tyas dan mama papa kak Naga, dimana slide kedua, adik-adik kak Naga ikut masuk ke dalam foto. Mereka semua tersenyum bahagia, dengan caption: Terima kasih Bapak, terima kasih Ibu untuk restunya. Slide ketiga foto kak Tyas sendirian, dimana kaling berinisial T, tampak jelas, sejelas kecantikan dan keanggunan kak Tyas. Memang ya, perempuan cerdas dan baik akan terlihat sangat menawan.

"Bagas! Ini darurat. Sharon pasti menggila. Karena selama ini dia merasa selalu mendapat dukungan dari keluarga kak Naga. Nah disinilah kamu harus bertindak! Detik ini juga, kamu harus samperin ke rumah Sharon. Hayo, mampir dulu ke toko Bunga dan beli coklat!", Jasmina memberi perintah sambil mencolek bahu Bagas agar segera jalan.

Bagas masih belum bisa mengumpulkan nyawanya. Masih kaget karena rencana mereka "terlalu berhasil". Ia butuh waktu minimal beberapa jam untuk mencerna semuanya. Ia masih ingin merayakannya bersama Jasmina.

"Hayooo Bagas, kita ga punya banyak waktu! Kamu hari ini juga harus ke rumah Sharon, nemenin dia yang pasti lagi patah hari berat. Jangan ambil kesempatan dulu buat nyatain perasaan kamu, yang penting hari ini jadi temen yang baik aja dulu. Cepetan ayo, toko bunga! Di depan situ kayaknya ada florist deh. Sebelahnya ada minimarket. Hayuuuu", perintah Jasmina sambil menggoyang-goyangkan badan Bagas melalui bahunya. Bagas membelokkan mobilnya lagi memasuki jalur.

Beberapa saat kemudian mereka sampai di sebuah florist. Jasmina turun dan memasuki florist tersebut. Beberapa menit kemudian dia keluar dan memasuki minimarket yang terletak persis disamping toko bunga itu, dan keluar membawa sebuah paperbag lucu. Ia kembali memasuki toko bunga.

AKhirnya setelah 5 menit, Jasmina keluar membawa sebuah buket bunga besar terbuat dari beberapa bunga lily putih-pink, dan beberapa bunga mawar berwarna pink yang dihiasi beberapa tangkai baby breath. Buket itu di bungkus oleh kertas tisu berwarna pink dan plastik tipis yang masih kaku. Sungguh sebuah buket bunga yang indah. Ketika Jasmina memasuki mobil mungil Bagas, wangi mawar tercium. Sungguh menenangkan.

"Aku tadi minta si mbaknya nyemprotin aroma mawar dikit-dikit disini hihihi", jelas Jasmina sambil menunjuk mawar-mawar pink itu. Bagas termenung melihat pemandangan ini. Warna buket yang sedang dipeluk Jasmina, serasi sekali dengan warna pipi dan bibirnya. Untuk kedua kalinya Bagas melihat Jasmina membeli sebuah buket bunga. Bahkan buket bunga kali ini, bukan untuk dirinya. Namun akan diberikan kepada perempuan lain. Apakah Jasmina baik-baik aja? Ia kelihatan begitu tulus dan cantik sekarang, Bagas bergumam dalam hati yang membuat ia tidak bisa berkata-kata...

"Woyyy Bagas! Fokus! Nah, begitu kamu sampe di rumah Sharon, katakan, Sharon this is for you. Ga tau kenapa, hari ini aku cuma ngerasa pengen ngasi kamu ini. Ok?", Jasmina memberi perintah. Bagas mengangguk pelan sambil masih memandang buket bunga itu.

"Kemudian, setelah itu, kamu kasi dia ini, coklat susu yang penuh gula dan lemak, tapi rasanya eeeeenak banget! Paham?", Perintah Jasmina lagi sambil memamerkan paperbag berisi sepaket coklat Ferero Roche isi 20 ke hadapan Bagas.

"Kenapa gak beliin dia dark chocolate yang sehat sih? Atau protein bar sekalian? Dia kan peduli banget ama bentuk tubuh dia. Kalo ngasi begitu, apa dia ga merasa tersinggung? Ntar malah dibuang lagi!", keluh Bagas. Jasmina melotot.

"Bagas, sepertinya kamu gak paham ya perasaan perempuan. Kalo mereka lagi patah hati, mood mereka bisa berantakan. Mereka gak akan pilih-pilih makanan! Apalagi kalo yang namanya coklat. Semakin berlemak, semakin manis, semakin banyak almondnya semakin baik. Jadi intinya...Cewek yang patah hati itu...

"Bego", Bagas memotong kata-kata Jasmina sambil tersenyum jahil. Jasmina kembali melotot dan memasang ekspresi serius ke arah Bagas.

"Bukan Bagas, saat ini perasaan Sharon pasti lagi rapuh banget, jadi dia butuh..."

"Psikiater", potong Bagas lagi sambil tertawa.

"Ya ampunnnn kamu tuh masih aja ya jadi gunung es. Kamu harus bisa donk memposisikan keadaan dia sekarang. Gimana coba perasaan kamu waktu tau dia sama kak Naga mau bertunangan? Sedih gak?", tanya Jasmina. Bagas terdiam.

"Masih mau gak sama Sharon?", tanya Jasmina tegas. Bagas mengangguk. "Mauuuuuu", jawabannya seperti kucing kecil kedinginan yang ditanya mau makanan kucing kalengan apa enggak. Heemmm makanyaaaa jangan sok jual mahal.

"Ayo buruan anter aku pulang!", perintah Jasmina lagi sambil kembali mencolek bahu Bagas dan menunjuk jalanan. "Siap ratuuuuu", jawab Bagas sambil tertawa ngikik.

---

Jasmina sudah sampai dirumahnya, dan segera turun dari mobil Bagas. Sebelum ia memasuki pagar rumahnya, ia mengetuk jendela mobil dan meminta Bagas membuka kaca mobilnya. Ia siap member ceramah lagi…

"Inget Bagas! Kasi bunganya, kasi coklatnya, dan biarkan dia menangis sepuasnya. Mengerti? Jadilah pendengar yang baik. Ingat! Mendengarkan dengan sepenuh hati, memiliki perasaan yang sama seperti mencintai. Bila ia merasa didengarkan, dia akan merasa dicintai dengan sepenuh hati. Terutama masa-masa seperti ini. Paham?", Jasmina berusaha untuk mengulang-ngulang kuliahnya di mobil tadi. Bagas mengangguk-angguk.

"OK Bagas Fighting with Sharon!" Byeeee", Jasmina melambaikan tangan ke Bagas. Cowok itu langsung nyetir ke arah rumah Sharon yang tidak begitu jauh dari situ. Jasmina menyaksikan ekor mobil itu pergi. Ada perasaan yang aneh yang tidak ingin dia evaluasi. Takut, ketika ia mengulik-ngulik apa itu, hanya akan membuat hatinya sakit. Apakah lega, apakah cemburu, apakah galau?

Apakah yang ia sarankan kepada Bagas hari ini, adalah apa yang paling ia harapkan dari cowok-cowok yang sudah menyakitinya saat ini? Baik kak Miko, baik Bagas, yang telah membuatnya menangis akhir-akhir ini. Tidak satupun dari mereka melakukan apa yang Jasmina sarankan kepada Bagas hari ini.

Memang kalau seorang cowok ingin memberikan sebuah surprise, minta maaf atau apapun kepada pacarnya, lebih baik meminta saran dari seorang perempuan. Kenapa? Ia akan memberikan pendapat dan saran dari perspektif seorang perempuan. Karena mereka yang paling tahu, apaaaaa yang paling membuat mereka bertekuk lutut, apa yang paling membuat mereka bahagia, atau yang bisa menghapuskan kesedihan mereka. Perempuan yang paling tahu tentang perempuan. Seperti saat ini, Jasmina tau apa yang Sharon butuhkan. Tapi apakah ada yang tau apa yang Jasmina perlukan?

"Jasmina, kenapa Bagas harus ngasi bunga dan coklat untuk Sharon?", tiba-tiba sesosok cowok mengagetkan Jasmina. Devon! Entah sudah berapa lama dia disana, dan apa saja yang sudah dia saksikan. Disebelahnya ada Rania yang sedang bengong sambil menggigit es lilin. Matanya bengong, seakan mau bertanya atau menyapa, tapi malas melepas es yang ada di mulutnya.

"Devon! Rania! Kamu ngapain disitu???", tanya Jasmina panik. Devon dan Rania berdiri tidak jauh dari Jasmina, sepertinya dia baru datang dari arah belokan. Dia pasti sudah denger semuanya!

"Aku dari warung di blok situ, mau beli gula doank. Kamuu...kamu... ngapain tadi?" tanya Devon bingung. Jasmina tertawa tanpa sebab, mengangkat bahunya dan merentangkan tangannya salah tingkah.

"Heeemm aku ama Bagas tadi baru aja nonton. Capek uey, aku istirahat dulu yaaa, Byeee Rania!", Jasmina langsung kabur ke dalam rumahnya.

"What was that?", tanya Rania kebingungan melihat tingkah Jasmina. Rania benar-benar tidak paham. Dia cuma melihat Jasmina mengetuk kaca mobil dan berbicara dengan seorang cowok, kemudian pamit dan melambaikan tangannya. Apa salahnya?

"Jasmina is suggeting the boy number 2 to give a flower and chocolate to another girl, and wish him a good luck", jawab Devon lemas.

"Who's boy number 2? Isn't he..."

"Jamina's boyfriend…", potong Devon singkat.

"To what girl…?" tanya Rania agak emosi.

"Some girl…", jawab Devon terlalu singkat. "Some girl nothing compare to Jasmina", jawab Devon lagi.

Nothing compare to amazing JASMINA, but still, Jasmina is the stupid one, gumam Devon.

avataravatar
Next chapter